Part 45

19.8K 406 4
                                    

Jika Glen pulang mendapati Flo sedang sakit, berbeda dengan Sarvel.

Ia pulang mendapati Berlyn tertidur di atas meja makan.

Sarvel yang tengah berdiri di samping meja makan, kini melihat menu makanan kesukaannya yang begitu banyak sekali.

Hingga tatapannya jatuh pada wajah cantik dan damai Berlyn yang tertidur dengan pulas meski dengan posisi yang kurang nyaman.

Kalian kira Sarvel akan membangunkan Berlyn atau memindahkannya secara diam- diam ke ranjangnya?

Tentu tidak.

Sarvel tak akan melakukan hal itu pada orang yang telah bersuami.

Tentu ia akan menelpon suaminya, agar mengajak pulang istrinya.

Sarvel meraih ponsel Berlyn untuk menghubungi suaminya.

Namun Sarvel malah dibuat salah fokus dengan wallpaper ponsel Berlyn yang tidak pernah berubah sejak dulu.

Yaitu gambar taman di musim gugur.

Di mana itu adalah tempat Sarvel menyatakan cintanyanya pada Berlyn.

Sarvel langsung mencari kontak suami Berlyn untuk mengalihkan kenangan tersebut.

"Ia beri nama apa kontak suaminya?" gumam Sarvel kala ia tak bisa menemukan kontak suaminya Berlyn.

Hingga Sarvel berhenti pada kontak yang Berlyn beri nama kakak.

"Apa kutelpon saja kakaknya? Biar ia datang kemari dan menjemput dia?" gumamnya yang bimbang.

Sarvel lalu langsung menelpon kakaknya Berlyn.

Lama tidak ada jawaban dari seberang telepon hingga panggilan kelima baru tersambung.

"Halo," jawabnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Sarvel sedikit menjauh dari Berlyn dan berdeham sekilas.

Ternyata kakaknya laki- laki? Baguslah, itu artinya ia bisa menjemput dan mengajak adiknya pulang, batin Sarvel dalam hati.

"Adikmu tertidur di mansionku, bisa kau menjemputnya?" pintanyanya dengan suara yang dingin.

Verel yang tadinya begitu mengantuk karena baru tidur setelah tadi melembur bekerja, sontak langsung terbuka lebar kedua matanya kala mendengar telpon dari Sarvel.

"Di mana mansionmu?" tanyanya dengan galak dan langsung turun dari ranjang dan bergegas berganti baju tanpa mematikan teleponnya.

Sarvel yang mendengar hal itu sedikit terkejut.

Galak juga kakaknya, batin Sarvel dalam hati lalu mengirimkan lokasi mansionnya pada Verel.

Sarvel menghela napas lalu mengembalikan ponsel Berlyn di sampingnya.

Dengan begitu acuhnya, Sarvel berlalu begitu saja menuju ke kamar tanpa berniat memindahkan Berlyn ke sofa untuk sementara agar tubuhnya tidak terasa sakit saat bangun nanti.

Selesai mandi Sarvel bergegas keluar kala seseorang menekan bel rumahnya tanpa henti.

Ceklek

"Mana adik gue?" tanya Verel sembari menatap galak Sarvel yang mana ia masih mengenakan jubah mandi karena tak sempat berganti baju.

Verel langsung menarik kera jubah mandi Sarvel.

"Apa yang lo lakuin sama adik gue, hah?" marahnya pada Sarvel di mana Verel sepertinya salah paham.

Sedangkan Sarvel kini hanya diam karena ia berusaha mengingat baik- baik wajah Verel saat ini.

"Kau yang jemput Berlyn di kantor setiap malam kan?" Verel memicingkan matanya lalu detik kemudian mengangguk.

"Oh gue inget, lo bosnya kan?" tanya Verel yang mana waktu Sarvel pingsan setelah minum begitu banyak, Verel lah dan Berlyn yang membawanya pulang.

Sarvel masih tidak paham saat ini.

"Tunggu, bukankah kau suaminya?" tanya Sarvel memastikan.

Verel melepaskan cengkramannya pada kerah jubah mandi Sarvel dan berkacak pinggang menatap galak Sarvel.

"Oh jadi ini, bos sekaligus mantan brengsek itu? Yang selalu menyiksa adikku setiap waktu kala di kantor? Kau ingin mengatakan sesuatu sebelum kupenggal kepalamu dan kurobek bibirmu?" tanyanya pada Sarvel.

Sarvel dengan polosnya menggelengkan kepalanya dan kembali bertanya pada Verel.

"Tunggu, jadi kau kakaknya? Bukan suaminya?" tanya Sarvel seali lagi untuk memastikan.

Verel langsung menarik kerah jubah mandi Sarvel untuk kedua kalinya.

"Dari dulu Berlyn itu masih singel, mulai dari putus sama lo sampai sekarang, jadi jangan coba- coba deketi ia setelah tahu jika ia masih sendiri, dan ingat," Verel menjeda ucapannya.

"Jangan kau pikir ia masih sendiri karena belum mendapatkan pengganti yang pas setelah putus denganmu, aku hanya belum rela melepasnya pada pria lain dan cemas akan bertemu pria brengsek sepertimu, kau paham?" tegasnya pada Sarvel.

Sarvel yang mendengar peringatan Verel bukannya takut malah nyengir begitu lebar.

Verel langsung mendorong Sarvel dan mencari keberadaan adik perempuannyaitu.

"Tapi tunggu, jika ia belum menikah lalu siapa anak kecil yang memanggilnya mama itu?" tanya Sarvel sembari mengintili Verel di belakangnya.

"Dia putraku bangsat," jawabnya diiringi dengan umpatan.

Sarvel yang mendengar jawaban Verel kini benar- benar merasa senang dan begitu girang.

Namun demi menjaga imagenya, ia berusaha secool mungkin di depan Verel.

Verel yang mendapati Berlyn tertidur di atas meja makan sontak langsung berbalik dan menatap tajam Sarvel.

Sarvel yang mendapatkn tatapan tajam tersebut sontak langsung kikuk.

"Andai saja ia tidak terikat kontrak kerja denganmu, sudah kupenggal kepalamu sejak tadi," peringatinya pada Sarvel.

Sarvel memalingkan wajahnya sembari memegangi lehernya.

Verel melepaskan jaket hitamnya untuk menutupi tubuh adiknya lalu mengangkat secara perlahan Berlyn untuk ia ajak pulang.

Sebelum pergi Verel menyempatkan untuk berbicara pada Sarvel.

"Jangan kau kira kau akan bisa mendapatkan ia kembali, aku akan memotong burungmu jika kau macam- macam atau berani menyentuhnya," ancamnya lalu pergi begitu saja membawa pulang Berlyn.

Sarvel dengan spontan mengeratkan jubah mandinya kala Verel mengancam akan memotong burungnya.

"Ia kejam sekali, ia sangat pantas jika menjadi malaikat maut atau penjaga api neraka," gumam Sarvel yang selalu ingat dengan perihal alam baka.

Detik kemudian Sarvel tersenyum begitu lebar dan melompat kegirangan kala ia tahu kenyataan tentang Berlyn yang sebenarnya.

"Akhirnya aku tahu yang sebenarnya," ujarnya dengan begitu bergembira sembari melompat kegirangan dan berlari memutari ruang tengah.

"Yeaayyyy akhirya ia masih singel," teriaknya dengan senang dan bersorak tanpa henti.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang