Kini El telah tiba di rumah pukul 2 dini hari.
Ia berlari begitu cepat untuk masuk ke dalam mansion.
Hingga depan pintu kamarnya, El mengatur napasnya lalu membuka secara pelan pintu kamarnya.
El langsung berlari ke arah Lea dengan mata yang memerah menahan tangis.
Lea yang mendengar suara berisik tersebut sontak membuka perlahan kedua matanya.
"El," gumamnya lirih dengan suara serak basahnya.
El langsung membuka borgolan pada tangan Lea dengan mata yang berkaca-kaca.
HAP
"Maafkan aku, maafkan aku," serunya sembari memeluk erat Lea dan beberapa kali mengucapkan kata maaf pada Lea.
Lea yang masih setengah sadar hanya diam dan mencoba mengumpulkan segala nyawanya.
Hingga Lea sudah sadar dan kini bisa dengan jelas mendengar suara Isak tangis.
Tunggu, El menangis?
Sungguh?
El menguraikan pelukannya pada Lea.
"Kumohon jangan pergi, kumohon," pintanya dengan mata yang sembab karena menangis.
Lea menatap El dengan penuh rasa tak percayanya.
El benar-benar menangis.
Tapi karena apa?
"Aku akan menarik ucapanku, asal kamu tidak pergi meninggalkanku," ucap El dengan begitu bersungguh-sungguh membuat Lea bingung dan tak percaya.
"Ucapan yang mana? Menikah denganmu?" tanya Lea dengan begitu antusias kala mendengar El akan menarik ucapannya.
El berdecak membuat Lea tersenyum namun detik kemudian ia langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi serius.
"Tentang membantai siapapun yang menyakitimu entah itu keluarga atau orang terdekatmu," Lea langsung diam tak berkutik.
"Aku akan menarik ucapanku itu dan akan menggantinya dengan melindungimu dari siapapun entah itu musuhku atau orang-orang yang menentang hubungan kita, sekalipun itu mamaku sendiri," ujar El membuat Lea tersenyum sangat tipis sekali.
El mungkin tidak tahu perihal Tesa yang malah berharap dan berdoa jika kelak yang akan menjadi istrinya adalah Lea.
Dan Lea juga tidak berniat untuk mengatakannya.
"Kenapa kamu hanya diam sejak tadi, kamu tidak akan pergi dariku kan?" tanya El dengan kesal kala Lea hanya diam dan tersenyum.
Lea memalingkan wajahnya menahan senyumnya.
"Tidak. Aku akan tetap pergi," tegasnya pada El.
El menautkan alisnya dengan tajam kala mendengar jawaban Lea.
"Aku akan ikut denganmu," kekehnya membuat Lea menaikkan sebelah alisnya.
"Ikut kemana?" ketus Lea.
"Kemanapun asal denganmu," jawabnya dengan santai.
Lea menghela napas gusar dan menatap arah lain.
Hingga tatapannya tertuju pada keranjang baby Enzo.
El mengikuti tatapan Lea lalu ia mengatakan hal yang begitu di luar dugaan.
"Aku tak akan lagi memintamu untuk menjadi ibu susu putraku, asal jangan tinggalkan aku, kumohon," pintanya dengan begitu tulus dan bersungguh-sungguh.
Lea bisa melihat ketulusan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Fiksi RemajaEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...