Mansion El Zibrano
Terlihat El tengah duduk termenung di balkon ditemani dengan satu botol wine.
Ia terlihat begitu murung dan sibuk dengan pikirannya sendiri.
Lebih tepatnya fokus dengan Lea.
"Ahhhhh," helanya kala wine dingin itu membasahi tenggorokannya.
El membuang napas panjang dan mendongakkan kepalanya menatap langit malam.
"Di mana kamu sekarang?" gumamnya yang begitu penasaran dan ingin tahu di mana keberadaan Lea saat ini.
El lalu berbaring untuk menikmati tatapannya pada langit malam yang dipenuhi dengan kemerlip bintang.
Ia terus berperang dengan dirinya sendiri dan hanya memikirkan di mana keberadaan Lea.
Hingga El teringat sesuatu yang mana sejak kemarin ia ingin menyelidiki hal itu.
El meraba ponselnya yang tergeletak di sampingnya.
Tangannya mulai mengetikkan nama akun Instagram Zen untuk memeriksa sendiri grup yang kemarin Sarvel bicarakan.
Klik
El seketika langsung bangun saat melihat foto kelompok tersebut.

"Alvaro," gumamnya terkejut kala melihat foto Alvaro bersama mereka.
El langsung menscroll ke bawah untuk mencari tahu lebih lanjut tentang grup mereka.
Hingga El merasa penasaran dengan akun masing- masing dari mereka.
Lebih tepatnya akun Alvaro, teman baiknya.
Klik
El sedikit terkejut kala melihat postingan pada akun Alvaro.
"Mortuus?" gumamnya sembari mengernyitkan keningnya.
El langsung mencari arti dari kata tersebut.
"Mati," gumamnya kala membaca artinya.
El kembali ke akun Alvaro untuk kembali melihatnya.
Tatapan El lebih fokus pada tanggal di mana postingan itu di unggah.
"Bagaimana bisa postingannya tepat setelah kematian dia? Siapa yang mengunggahnya?" gumam El yang kini dibuat berpikir hanya karena postingan tersebut.
Hingga El teringat akan Nancy.
"Bukankah ini perempuan yang tewas di kamarnya sendiri bulan lalu?" gumamnya yang mana kini ia paham siapa dia.
El kembali melihat foto- foto mereka berulang kali.
Namun tatapannya lebih fokus pada Alvaro dan Lea.
"Siapa yang tahu jika ternyata kau memiliki sahabat secantik ini. Yaaa bangsat, kenapa kau dulu tidak mengenalkanku pada sahabatmu ini, hah?" tanyanya pada foto Alvaro yang tersenyum begitu lebar sembari memeluk Lea.
Tanpa El sadari, matanya mulai berkaca- kaca kala ia mengingat Alvaro.
"Argh shit, mataku selalu perih kala mengingatmu," umpatnya sembari mendongakkan kepalanya ke atas.
Bayangan tentang malam itu sontak kembali terlintas dan terputar begitu saja pada otak El.
Hingga tangisan itu tak bisa lagi ia tahan.
"Maafkan aku, maafkan aku malam itu," gumamnya lirih sembari terisak di mana tangannya menggenggam erat ponselnya.
El malah meringkuk memeluk erat lututnya untuk meredam suara tangisanya.
Bayangan wajah Alvaro dan Lea kini melintas secara bergantian di otaknya.
Setelah lama menangis dan kini hatinya sedikit lega dan tenang, El mengangkat kepalanya di mana matanya sudah sembab.
"Kini aku paham, kenapa Lea mengatakan agar aku tidak membunuh orang- orang disekitarnya padahal aku tidak pernah membunuh orang- orang di dekatnya, faktanya seseorang telah menjebakku dengan pembunuhan Nancy bulan lalu, mungkin itu yang membuat Lea beranggapan jika aku yang membunuhnya," gumam El yang kini berperang sendiri dengan pikirannya dengan segala anggapan dan tebakannya.
"Apalagi mulut sialan Oliv menggiring Lea untuk percaya jika aku bisa membunuh siapapun yang melukainya," lanjutnya dengan rahang yang begitu ketatsembari menggenggam erat ponselnya.
"Sekarang masalahnya, siapa pembunuh Nancy? Dan siapa yang telah menjebakku? Apa ini sungguh perbuatan Archellio?" gumamnya yang bertanya- tanya akan hal itu.
"El," panggil seseorang dari belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Novela JuvenilEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...