Kini Sarvel telah tiba di markas.
Ia berlari begitu tergopoh- gopoh hanya untuk memberitahu El dan yang lainnya.
"El," teriaknya begitu keras.
Terlihat El dan yang lainnya tengah duduk di ruang tengah menunggu dirinya.
Sarvel mengatur napasnya lalu memberikan kertasnya pada El.
"Nah, kau baca suratnya," suruhnya pada El sembari memberikan kardus kecil tersebut.
El langsung membuka kardus tersebut untuk melihat isinya.
Seketika semua merapat untuk melihat pesan yang Archellio sampaikan.
"Menunggu seseorang? 5 tahun lagi?" gumam Alvino yang dibuat bertanya- tanya soal itu.
"Siapa yang dia maksud?" tanya Glen yang juga penasaran dengn hal itu.
El tampak diam, ia mengamati tulisan itu dan membacanya berulang kali untuk memahami isi yang Archellio coba sampaikan.
"Apa pesan yang Archelio maksudkan? Siapa yang ia maksud? Sepertinya itu ia tujukan pada seseorang," tanya Sarvel yang juga tak paham dengan maksud dari surat tersebut meski ia sudah membacanya berulang kali.
"Aku juga tidak paham dengan maksud dari tulisannya," gumam El sembari membuang kertas yang ia remas hingga kecil tersebut.
Mereka menghela napas gusar kala mendengar jawaban Archellio.
"Kalian merasa aneh enggak sih sama kembalinya Archellio, setelah sekian lama tidak mendengar tentangnya, kini ia kembali dan mengancam kita, ia juga memantau pergerakan kita, bahkan ia juga sudah tahu apa kelemahan dari masing- masing kita, lantas sekarang ia kembali menghilang dan meninggalkan pesan akan kembali lagi 5 tahun lagi untuk menunggu seseorang, siapa yang ia maksud itu?" tanya Alvino yang mencoba mencerna kembalinya Archellio.
El yang mendengar penjelasan Alvino, juga merasa janggal.
"Bener juga, selama ini tidak ada sengketa tentang wilayah atau barang- barang yang kita kirimkan ke luar, lalu apa yang membuat ia kembali dan mulai merusuh?" gumam Glen yang juga dibuat bingung dengan Archellio.
"Arghhhhh," teriak frustasi El membuat mereka sedikit terkejut dengan hal itu.
"Persetan dengan apa yang ia rencanakan, aku akan menghadapinya dan menghabisinya sendiri di masa yang akan datang, kalau perlu aku sendiri yang akan mengubur mayatnya. Saat ini aku hanya ingin tahu di mana dan dengan siapa Lea saat ini? Sekalipun ia tidak ingin bertemu denganku, aku tak masalah, aku hanya ingin tahu keberadaannya, hanya itu saja," ungkapnya pada mereka semua.
Semua yang mendengar hal itu ingin sekali mengejek El, sayang sekali jika ejekan itu keluar dari mulut mereka, peluru El yang akan masuk ke dalam tubuh mereka masing-masing.
Bagaimana tidak ingin tertawa, El Zibrano yang terkenal akan kebengisan dan kekejamannya mendadak mellow dan berhati yupi hanya karena ditinggal Lea.
Padahal saat ditinggal Fera El tidak sehancur ini.
"Yaaa, apa kau sungguh sedang galau saat ini?" tanya Glen dengan segala keberanian karena adanya cadangan nyawanya.
El menoleh secara perlahan menatap Glen.
Glen menenggak ludahnya.
"Yaaa, aku tahu kau sangat ingin sekali pergi ke alam baka, tapi setidaknya bersabarlah untuk bisa sampai ke sana, kau tak perlu buru- buru hingga berani mempertanyakan hal sensitif ini pada dewa kematian," ejek Alvino yang duduk di samping Glen.
"Tidak, aku tidak bermaksud pergi lebih dulu ke alam baka sebelum Ziko pergi lebih dulu," jawabnya sembari meremas baju Alvino.
Glen menoleh menatap Alvino.
"Kau tidak tertekan lagi perihal alam baka?" tanyanya pada Alvino.
Alvino menghela napas gusar dan langsung beranjak dari sofa pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Roman pour AdolescentsEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...