Sedangkan di mansion ada El yang saat ini tengah duduk di teras dengan sebatang rokok di tangannya.
Tatapan serius nan tajamnya membuat siapapun sangat takut untuk menatapnya.
Bahkan para pengawal yang sejak tadi berdiri di depan rumah, tak berani bergerak sedikitpun.
Rasanya sekujur tubuhnya sudah kaku saat ini hanya karena takut tatapan tajam El.
Hingga terlihat sebuah motor moge memasuki pelataran mansion.
El menghembuskan asap rokoknya kala melihat betapa cantik dan keren wanitanya saat ini kala mengendarai motor mogenya.
Lea memasukkan motornya ke dalam garasi tanpa perlu takut atau sembunyi-sembunyi saat tahu El sudah pulang.
Ia keluar dari garasi dengan wajah yang sedikit murung.
El langsung beranjak dari kursi dan mematikan rokoknya.
Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan berdiri di depan pintu sembari menatap Lea yang tampak menunduk dengan lesu.
"Dari mana?" Lea mendongak menatap El yang terlihat begitu datar dan lekat menatapnya.
"Beli pumping ASI," jawabnya dengan jujur tanpa menambahkan jika ia baru saja selesai bertarung dengan sepupunya.
"Ada?" tanya El dengan ketar-ketir.
Lea menggelengkan kepalanya membuat El bersorak girang dalam hatinya.
Hingga tatapan El tertuju pada pipi kanan Lea yang merah.
El langsung mengangkat dagu Lea untuk memeriksa pipi Lea lebih jelas.
El juga melihat jaket Lea sedikit berdebu.
"Beli pumpingnya di mana?" tanya El mengintrogasi.
Lea menghela nafas berat kala masih didekte olehnya.
"Di minimarket lah, masak di Lebanon," ketusnya dengan kesal.
"Terus kenapa pipimu merah?" tanyanya dengan sedikit penuh penekanan.
Lea lagi-lagi menghela nafas berat.
"Aku capek," keluhnya dengan lesu sembari menepis tangan El dari dagunya.
El sudah melayangkan tatapan tajamnya lalu tanpa banyak kata ia mengangkat tubuh Lea untuk masuk ke dalam mansion.
"Turunkan aku," tekan Lea dengan wajah yang ditekuk kala El mengangkat tubuhnya dengan tiba- tiba.
El hanya diam tak menjawab sembari membawa Lea ke kamar.
Sesampainya di kamar, El mendudukkan Lea di sofa.
Ia kembali keluar kamar tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Kenapa dia begitu labil sekali," dumel Lea sembari melepas sepatunya.
Tatapannya tertuju pada baby Enzo yang sudah terlelap.
"Maaf ya sayang, tadi enggak nemu pumping ASInya, enggak tahu bandit mana yang memborongnya," ucapnya pada baby Enzo yang sudah pulas tertidur.
Tak lama El kembali dengan membawa es batu dan handuk kecil.
Lea seketika langsung merubah ekspresinya menjadi dingin dan datar.
El menarik kursi untuk duduk di depan Lea.
Dengan pelan ia mengompres pipi Lea dengan es batu.
Kini suasana sedikit canggung kala El terlihat diam.
Lea memainkan jarinya dan ingin mengatakan sesuatu yang sudah lama ingin ia katakan.
"Sebelumnya terima kasih telah merawat papaku di rumah sakitmu, tapi sepertinya aku tidak bisa terus membiarkan papa berada di sana. Aku akan membawanya pulang," ujarnya sembari menunduk memainkan jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Novela JuvenilEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...