Part 56

16K 333 4
                                    

Markas Klan Wolf

Kini mereka telah tiba di markas tepat pukul 8 malam.

Di mana wajah mereka tampak begitu lelah sekali.

Terutama Alvino.

Selain ia lelah secara fisik, ia juga tertekan secara batin.

Kini El sedang mengintrogasi Zen.

Zen yang sudah ditatap selama 1 menit oleh El kini mungkin akan merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Kau sungguh tampan jika dilihat secara langsung," ucap Zen sembari mengedipkan matanya dengan cepat.

El hampir tersedak dan menghembuskan asap rokoknya.

"Kalian enggak salah bawa?" tanya El dengan kesal pada mereka berempat.

"Apa kau buta? Kau juga melihatnya sendiri kemarin di postingan," ketus Alvino yang mana ia tak pernah sabar dan selalu emosi hanya karena hal sepele.

"Siapa namamu tampan?" tanya Zen sembari mengangkat satu kakinya untuk ditumpukan pada kaki kirinya.

El langsung tersedak karena asap rokoknya.

"Yaaa, kembalikan saja dia ke Amerika, aku tidak mau pria setengah matang seperti ini," tolaknya dengan kesal.

Ziko yang merasa geram dengan Zen di mana ia juga melihat sendiri bagaimana Zen bisa mengeluarkan khodamnya sontak langsung beranjak dari sofa sembari menenteng sepatu boots Alvino.

Bugh

"Yaaa, bangsat," umpat Zen dengan keras dan tegas membuat mereka bertiga terkejut.

Sontak Glen dan Sarvel langsung memberikan tepuk tangan.

"Bukan main, khodamnya persis Transformers," ejek Glen membuat Zen mengusap- usap punggungnya bekas pukulan Ziko.

El yang juga terkejut di mana Zen ternyata bisa memiliki dua kepribadian sontak langsung mematikan rokoknya.

"Gini dong baru laki," puji El sembari mengisi revolvernya dengan begitu santainya di depan Zen.

"Arghhh, kau seorang polisi? Kenapa bawa- bawa pistol segala?" tanyanya dengan histeris sembari membungkam mulutnya yang mana hal itu sangat persis seperti logat perempuan.

Alvino yang sangat geram dan ingin sekali menendang Zen saat ini sontak langsung menatap Ziko.

"Yaa, duduklah di belakangnya, pukul dia agar khodamnya keluar, telingaku terasa geli mendengar suara cemprengnya," ketusnya dengan kesal membuat Ziko berdecak namun melaksanakan perintah Alvino.

"Yaa, kenapa kau duduk di belakangku dengan membawa sepatu di tangan kananmu?" tanya Zen sengit kala Ziko duduk di belakangnya dengan ekspresi datarnya.

"Menjadi algojomu," jawabnya dengan flat membuat Sarvel dan Glen yang mendengarnya tertawa .

"Tenang saja, bukankah kau ingin bekerja di alam baka menjadi penjaga salon kecantikan, ia akan mengirimmu ke sana," beritahu Sarvel pada Zen.

Zen hanya mengangguk patuh membuat Glen tak bisa berhenti tertawa.

"DIAM!" tegas El membuat suasana mendadak hening dan sunyi.

Atmosfer sontak terasa dingin mencekam hanya karena perubahan suara dan ekspresi wajah El.

El memainkan pistolnya dan menatap datar juga sengit Zen.

"Apa yang kau obrolkan dengan Lea tempo hari saat ia meminjam uang padamu?" tanya El dengan serius membuat Zen beberapa kali meremas tangannya dan menenggak air ludahnya.

Zen yang takut sontak langsung menceritakan semuanya dengan polos dan jujur tanpa ada yang ia tutupi.

"Lalu dari mana kau dapatkan uang sebanyak itu melihat perusahaanmu yang tidak besar dan baru saja bangun dari kebangkrutan?" tanya EL dengan jelas dan singkat.

Zen berdeham sekilas lalu menatap mereka berempat dan kembali fokus menatap El.

"Sebenarnya aku tidak mempunyai uang sebanyak itu, namun mengingat kebaikan Lea dulu padaku, aku tak tega untuk  mengatakan tidak padanya, karena itu aku mengiyakan permintaannya tanpa tahu harus meminjam pada siapa, awalnya aku berniat untuk menjual dua mobilku dan meminjam bank untuk sementara waktu namun," ucapan Zen terhenti membuat mereka berlima sontak menatap serius Zen.

"Seseorang datang dan memberikanku uang untuk diberikan pada Lea," lanjutnya dengan takut membuat El menautkan alisnya.

"Siapa orang itu? Kau mengenalnya? Kau lihat wajahnya?" tanya Glen yang langsung membuka tabletnya untuk menggambar sosok yang akan disebutkan oleh Zen.

Zen mencoba mengingat- ingat sosok yang kemarin mendatanginya.

"Dia tinggi, hidungnya mancung, wajahnya agak lonjong dan sedikit blasteran, lumayan tampan tapi tidak setampan dia," ucapnya sembari menunjuk El.

"Rambutnya ikal dan tubuhnya sangat bagus, pokoknya ideal sekali, tipe pria yang gemar gym," tambahnya membuat Glen menggambar semua ciri- ciri yang Zen sebutkan.

Semua menunggu Glen yang tengah membuat sketsa sosok tersebut agar terlihat mirip seperti pria yang menemui Zen tempo hari.

"Apa kau ingat warna matanya?" tanya Glen ingin lebih spesifik.

Zen mencoba mengingat detail dari pria tersebut.

"Tampak seperti memakai softlens, tapi aku lupa warnanya," ujarnya membuat Glen mencoba mewarnainya menjadi hitam.

"Ah iya aku ingat, warnanya merah dan biru," pekiknya kala ia mengingat warna mata pria tersebut.

"Apa orangnya seperti ini?" tanya Glen pada Zen setelah ia mengubah warna manik matanya.

Zen menatap sketsa itu dan mencoba membandingkannya dengan pria kemarin.

"Ya, seperti itulah rupa pria itu," ucapnya dengan girang kala ia mengingat dengan jelas sosok tersebut.

Glen lalu meletakkan tabletnya di atas meja dan semua tampak memandangi sketsa yang ia buat.

"Bukankah ia tampak mirip dengan seseorang?' tanya Sarvel yang mana kini pikirannya tertuju pada seseorang.

"Jangan bilang jika pikiran kita sama," tebak Ziko yang mana ia juga memikirkan orang yang sama.

"Yaa, pria kemayu," panggil Alvino pada Zen.

"Jika aku menemukan kau melakukan kesalahan sedikit saja, kau akan kuhabisi dengan tanganku sendiri, kau paham?" sontak Zen mengangguk dengan mantap.

"Apa aku sudah bisa bergabung dengan kelompok kalian?" tanyanya sembari menatap satu persatu mereka.

"Boleh, asal kau bukan mata- mata," jawab El cepat dan beranjak dari sofa lalu pergi begitu saja.

Zen tampak berteriak histeris sembari tepuk tangan kala dirinya telah diterima di kelompok Klan Wolf.

Bugh

"YAAA!" marahnya kala Alvino melemparkan bantal sofa pada kepalanya.

"Diem mas, berisik," ujarnya yang lalu pergi menyusul El.

Dan kini hanya menyisakan mereka berempat di ruang tengah.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang