Beberapa hari kemudian
Sekitar pukul 11 siang Ziko dan Zen baru kembali dari luar.
Dan kini mereka telah sampai di markas.
Namun mereka tidak menemukan yang lain, malah menjumpai baby Enzo yang tengah makan roti yang mana sedang dijaga oleh beberapa pengawal.
"Tunggu, kenapa putranya El dimari?" tanya Zen sembari meletakkan kopernya di samping sofa kala dirinya merasa ada sesuatu yang ganjal tidak seperti biasanya.
Ziko yang semalam mendapatkan perintah dari El sontak langsung mencoba menenangkan Zen.
"El sama Lea sedang bulan madu, jadi kita yang bertugas untuk menjaganya," jawab Ziko dengan pelan dan hati- hati.
Zen seketika langsung menoleh.
"Kita? Menjaganya?" tanyanya memastikan membuat Ziko mengangguk dengan sangat ragu.
"Tidak mau, aku akan kembali saja ke Thailand," tolaknya sembari mengangkat kopernya.
"Zen- Zen tunggu," tahan Ziko sembari merebut koper Zen.
"Kumohon jangan pergi, tolong temani aku di sini seperti janjimu, aku kan sudah menjemputmu," pinta ZIko memelas.
Zen membuang napasnya pelan lalu bertanya pada Ziko dengan segala emosi yang ia tahan.
"Berapa lama bulan madunya?" tanya Zen dengan pelan.
"2 bulan," jawab Ziko lirih namun mampu membuat bola mata Zen hampir lepas dari tempatnya.
"Aku akan kembali saja ke negaraku, kau urus sendiri anak El," ujarnya yang berusaha merebut kopernya dari Ziko.
"Zen kumohon," pinta Ziko yang memelas mungkin agar ia ada temannya.
Zen membuang napas kasar.
"2 bulan? Dia niat bulan madu apa gempur terowongan? Kenapa anaknya enggak diajak sekalian, kenapa harus dititipin ke kita? Dia kira kita baby sisternya?" marah Zen membuat Ziko hanya bisa diam.
"Percayalah, kita lewati sama- sama 2 bulan ini dan itu akan terasa cepat berlalu," ujar Ziko berusaha untuk membujuk Zen.
Zen menghentak- hentakkan kakinya kesal.
"1 hari aja bersamamu aku sudah cukup tertekan apalagi 2 bulan, itu aja syukur- syukur masih bisa bertahan kalau enggak," Zen tak melanjutkan ucapanny dan menghempaskan tubuhnya di sofa dengan kesal.
Ziko lalu memberikan kode pada para pengawal untuk membawa pergi koper Zen.
Ziko langsung menghampiri Zen untuk membujuknya.
"Yaa, lihatlah. Betapa menggemaskannya dia, apa kau tak ingin menggendongnya?" tawari Ziko pada Zen.
"Persetan dengan hal itu, aku hanya ingin pulang," jawabnya yang tak ingin melakukan apapun selain pulang kembali ke negaranya tanpa dibebani oleh Ziko.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Ficção AdolescenteEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...