Malam harinya di markas Klan Wolf
"ZEN ZIKO!" teriak Alvino dengan begitu keras hingga menggema di ruang tengah.
Guk guk
"Anjing, di mana dua temanmu?" tanya Alvino pada anjing penjaga markas.
Anjing putih itu langsung naik ke atas tangga membuat Alvino langsung mengikutinya.
BRAK
Alvino membuka begitu keras pintu kamar.
"YAAA!" teriaknya pada Ziko dan Zen yang tengah asyik bermain game.
"Apaan sih bangsat, teriak-- teriak aja kayak orang gila," kesal Zen yang terkejut di mana hal itu membuat ia kalah dari gamenya.
"Yaa, tolong bantu aku ini sangat darurat sekali," pintanya pada mereka berdua dengan penuh harap.
"Zen saja," ujar Ziko lebih dulu di mana ia tak ingin jadi tumbal Alvino.
"Ini butuh dua orang," sahut Alvino membuat Zen tersenyum jahat di mana tidak hanya dirinya yang akan menjadi tumbal melainkan dengan Ziko juga.
Ziko membuang napas kasar dan meletakkan stik PS nya.
"Kau tahu, aku dengannya kalau disatuin, bakal rusak. Kalau enggak sial ya malang, mending minta bantuan pada para pengawal aja," suruh Ziko yang tak ingin melakukan permintaan Alvino.
"Kumohon, ini hanya kalian berdua yang bisa melakukannya," tegasnya yang masih berusaha untuk meminta tolong pada mereka berdua.
Zen melirik Ziko yang terlihat begitu tertekan sekali.
"Yaa, bukankah seharusnya aku yang tertekan karena harus bersamamu? Kenapa kini kau bersikap seolah- olah begitu tertekan saat bersamaku," tanya Zen dengan ketus dan juga kesal di mana rasa kesalnya masih menyumbat dalam hati ketika terakhir kali ia dijadika tumbal di restauran.
Ziko menghembuskan napas panjang lalu mengangguk.
"Baiklah, sekarang katakan apa yang harus kita lakukan?" tanya Ziko membuat Alvino tersenyum lebar.
"Setelah kalian membantuku aku akan mengabulkan semua permintaan kalian berdua," mendengar hal itu keduanya tampak begitu antusias dalam membantu Alvino.
Alvino sedikit mendekat pada mereka berdua.
"Jadi gini," Alvino lantas menceritakan semuanya dengan panjang lebar.
"Lalu intinya?" tanya Zen dengan geram.
"Aku ingin memberikannya kejutan," jawabnya dengan muka yang dibuat selucu mungkin.
"Lalu kejutannya?" tanya Ziko yang sudah mencium bau- bau tidak sedap dari permintaan Alvino.
Alvino mengembangkan bibirnya lalu membasahi bibir bawahnya sekilas.
"Tolong belikan balon LED yang sedang ramai saat ini," sontak mereka berdua langsung mengerutkan keningny kala mendengar permintaan Alvino.
"Balon LED? Seperti apa?" tanya Ziko yang mana Alvino langsung menunjukkan fotonya.
"Seperti ini," serunya sembari memberikan ponselnya pada Ziko.

"Yaaa, kau serius minta kami membeli ini?" Alvino dengan polosnya mengangguk.
"Mau ditaruh di mana muka kami nanti saat membeli ini, kau beli sendiri kenapa sih?" tanya Ziko dengan kesal.
"Karena aku sibuk nyiapin hadiah, jadi enggak bisa beli sendiri. Karena itu aku minta kalian untuk membelinya,"keluhnya membuat mereka berdua membuang napas gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Fiksi RemajaEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...