Di sinilah El sekarang, di ruang bawah tanah untuk melampiaskan amarahnya.
Mungkin sudah hampir 20 menitan El melakukan boxing.
Dan Alvino yang melihat hal itu sedikit geram dan ingin sekali membakar samsaknya.
"Hanya melihatnya boxing rasanya tubuhku terasa remuk dan patah semua, ia terlalu bersemangat melakukannya," gumam Alvino heran dengan sikap El yang mana ia baru kali ini melihat El sekacau sekarang ini.
"Ckkk, kan apa gue bilang, samsaknya aja sampai jebol gitu, gimana kalau orang," gumam Alvino yang langsung menghampiri El dengan sebotol air minum di tangannya kala samsaknya pecah karena pukulan keras El berulang kali.
"Kalau boxing jangan menggunakan samsak, ini samsak paling mahal yang kita punya, dengan dinding aja boxingnya, jadi sekalian roboh markas kita," guraunya sembari melemparkan botol air minum itu pada El.
El menangkap botol air minum itu dengan tepat sekali.
Ia minum hingga tandas dengan keringat yang begitu membanjiri wajahnya.
Alvino lalu duduk di depan El.
Ia mengamati wajah yang tampak lelah dan sedikit memprihatinkan tersebut.
"Apa kau sebegitu frustasinya kala ditinggal Lea? Kau terlihat menyedihkan sekarang," gumam Alvino membuat El hanya diam dan bersandar di tepi ring.
"Jika kau hanya ingin mengejekku pergilah, aku tak butuh hiburanmu," sarkasnya dengan kasar yang mana ia sendiri kini merasa pusing.
Alvino hanya tersenyum dan mengamati El dengan teliti.
"Menurutmu kenapa Archellio mendatangi Zen dan memberikan uang pada Lea? Dari mana ia tahu jika Lea sedang membutuhkan uang? Ia bahkan langsung mendatangi orang yang tepat, seakan ia sudah merencanakan semuanya dari awal, bukankah itu artinya Archellio selama ini mengawasimu?" tanya Alvino dengan panjang lebar membuat El yang tadinya sedang berperang dengan batinnya kini terpaksa harus berpikir.
"Kau tahu sendiri Archellio, ia sejak dulu mengincarku, tentu ia mengamati semua gerak - gerikku tanpa celah," jawabnya dengan pasrah.
"Sekarang apa yang tengah kau pikirkan? Kau sedang mencemaskan siapa, Lea atau para anggotamu?" tanya Alvino yang sedikit bergurau untuk menghibur El.
El berdecak dan mengusap keringatnya dengan handuk kecil.
"Di satu sisi aku cemas karena Archellio telah mengetahui sosok wanita yang berada di sampingku, di sisi lain aku sedikit lega kala Lea kini tidak terlibat di kehidupanku, di mana aku tidak ketakutan Archellio akan mencelakainya, di saat ia kembali untuk menghancurkanku. Namun, yang selalu membuatku takut ialah," El menjeda ucapannya.
"Dengan siapa dan kemana ia pergi? Apa ia aman sekarang? Apa ia di tempat yang layak? Bagaimana ia mengurus papanya yang sakit?" gumamnya yang bertanya- tanya tentang keadaan Lea.
"Kalau ia pergi sendiri, itu lebih bagus dan lebih aman karena ia terhindar dari Archellio, pasalnya jika ia dibawa pergi sama Archellio atau disembunyikan oleh orang jahat kan berabe, mending denganmu aman tapi sedikit beresiko, daripada di luar jadi incaran para musuhmu, kan tambah pusing nantinya," ujar Alvino yang mana ada benarnya juga.
El menatap Alvino dengan segala kecemasan dan tanda tanyanya.
"Yang menjadi pertanyaan dan selalu membuatku penasaran ialah, bagaimana caranya ia keluar dari dalam rumah tanpa ketahuan oleh para pengawal dan kebetulan CCTV mati disaat ia harus membawa keluar papanya yang sedang terbaring sakit," gumam El yang mana hal itu selalu menjadi pertanyaan pada dirinya.
Alvino ikut berpikir dan menebak- nebak dengan apa yang Lea lakukan malam itu.
"Apa ia mungkin dibantu oleh malaikat atau semacamnya?" ucap Alvino dengan tiba- tiba membuat El menaikkan sebelah alisnya.
"Ahh tidak-tidak kenapa aku menjadi gila karena berkumpul dengan mereka berempat, sebentar aku akan minum obat, gejala gila ini hampir menyerangku," ujarnya yang langsung beranjak dari duduknya dan berlalu pergi.
El yang melihatnya hanya menghembuskan napas gusar dan memilih berbaring di atas ring dengan segala rasa rindunya pada Lea.
"Kemana kamu sekarang?" gumamnya yang mana El ingin sekali menangis dan memeluk Lea saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Fiksi RemajaEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...