Gedung Agensi
Ada Oliv yang kini benar- benar dibuat bimbang dan ragu dengan perasaannya sendiri setelah mendengar pengakuan Nico malam lalu.
Rasanya ia tak percaya dengan ungkapan itu.
Siapa yang percaya jika Nico menyimpan perasaannya padanya sejak lama.
Kenapa Oliv tidak menyadarinya?
Apa karena Nico yang begitu pandai dalam menutupi perasaannya mengingat dulu Oliv sangat mencintai Alvaro?
Arghhh memikirkannya benar- benar membuat Oliv hampir gila.
Oliv menatap pintu kamarnya.
"Apa ia masih tidur?" gumamnya bertanya tentang Nico yang ia suruh tidur di sofa.
Dengan sedikit penasaran dan juga malu, Oliv keluar kamar untuk memeriksanya.
Ternyata ia sudah bangun dan tengah duduk termenung di sofa menatap keluar jendela melihat pemandangan kota Milan yang begitu padat saat pagi hari.
Oliv berjalan menghampirinya.
"Kau sudah bangun?" tanya Oliv yang menyadarkan lamunan Nico.
"Sudah," jawab Nico yang tampak sedikit terkejut dengan kedatangan Oliv.
Oliv tampak manggut- manggut dan hendak berbalik menuju ke dapur untuk sarapan sebelum hari ini pemotretan.
Namun Nico dengan cepat meraih tangan Oliv hingga ia jatuh di atas pangkuannya.
"Ehhh," kaget Oliv kala ia terduduk di pangkuan Nico dengan jarak wajah yang begitu dekat.
"Siang nanti aku akan pergi, bisakah kamu duduk sebentar saja denganku di sini?" tanya Nico dengan pelan dan hati- hati.
Oliv hanya diam dan malah terpana dengan ketampanan wajah Nico yang terkena sinar mentari.
Dengan sedikit ragu Oliv mengangguk lalu beranjak dari pangkuan Nico untuk duduk di depannya.
Nico yang melihat hal itu hanya tersenyum lalu menarik Oliv untuk menyandarkan punggungnya pada dada bidangnya.
Oliv yang tak pernah mendapatkan perlakuan manis selain dari Alvaro, di mana hatinya sudah lama mati, kini seakan kembali hidup hingga berdebar tak karuan.
Nico merangkul pinggang Oliv dan menciumi puncak kepalanya.
"Kupikir aku tak akan mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku, ternyata aku bisa mengungkapkannya saat ini, meski masih digantung," sindir halus Nico membuat Oliv tersenyum samar.

"Kamu tahu, saat Lea kujemput untuk kubawa ke Washington tempo hari, ia terus memintaku untuk mengawasimu dari El, bahkan ia memintaku untuk mengawasimu secara langsung tanpa memedulikan dirinya yang tengah dalam bahaya, percayalah," Nico menjeda ucapannya sejenak sembari mengusap lembut lengan Oliv yang banya goresan.
"Lea sesayang itu denganmu, karena kesalahpahaman tahun lalu, kalian menjadi renggang. Aku bukan ingin memberitahukan tentang keunggulan Lea, namun setiap malam ia selalu merenung dan terus latihan hanya untuk bisa menangkap pembunuh Alvaro, dan ia juga sangat mencemaskan keberadaanmu yang tiba- tiba saja menghilang setelah pemakaman Alvaro," lanjutnya sembari mengusap lembut goresan- goresan di lengan Oliv dengan tatapan yang sendu.
"Dan yang paling membuatku terharu ialah, saat kemarin hari ia bercerita begitu excited ketika ia bisa bertemu kembali denganmu meski dengan sebuah kebencian. Aku juga merasa sangat senang saat mendengar kamu baik- baik saja di sini," gumamnya pelan sembari mencium begitu lama puncak kepala Oliv.
Oliv yang mendengar semua ucapan Nico entah kenapa kini dibuat mellow dan merasa bersalah dengan Lea.
Ingin rasanya ia bertemu dengan Lea dan mengatakan jika ia sudah memaafkannya.
Sayang sekali rasa gengsi dalam dirinya begitu besar sekali.
"Aku bisa menyampaikan minta maafmu pada Lea, jika diizinkan," bisik Nico tepat di sebelah telinga Oliv
Oliv yang mendengar hal itu langsung mengalihkan pandangannya dari luar jendela.
Nico yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum tipis dan kembali mengecup singkat puncak kepala Oliv.
Oliv mendongakkan kepalanya hingga wajahnya bertemu dengan wajah tampan Nico.
"Apa masih ada kesempatan untuk meminta maaf?" tanyanya dengan lirih pada Nico.
Nico yang salah fokus dengan bibir tipis Oliv bukannya menjawab malah menempelkan bibir seksinya pada bibir Oliv.
Oliv menelan salivanya kala ia mendaptkan ciuman Nico, meski hanya menempel.
Kini keduanya saling beradu pandang begitu lama hingga Oliv yang tersadar dengan apa yang barusan ia lakukan dengan Nico sontak langsung beranjak dari sofa.
"A- aku akan mandi lebih dulu," ujarnya dengan gugup dan segera berlari menuju ke kamar.
................
Kini Oliv berangkat menuju studio untuk pemotretan.Ia pergi bersama dengan sopirnya.
Tadinya Nico memaksa untuk mengantarnya namun karena Oliv masih canggung dengan ciuman tadi ia menolaknya dengan berbagai alasan dan meminta Nico untuk tetap di apartemennya sebagai balasannya.
Selama perjalanan Oliv tak hentinya menatap keluar jendela dengan senyum yang tidak pudar sedikitpun dari bibirnya.
Perlahan ia memegang bibirnya dan merasa dibuat melayang kala mengingat kejadian tadi pagi.
CITTT
BRAK
•••
MAAF SEMUANYA BISA MINTA BANTUAN KALIAN SEMUA?CERITA SAYA DIPLAGIAT DI FIZZO.
Saya sudah melaporkannya pada pihak FIZZO sayang responnya lambat.
Saya juga sudah meminta teman- teman FIZZO untuk membantu melaporkan.
Dan sekarang saya ingin meminta bantuan kalian agar ceritanya bisa cepat di hapus sebelum tayangannya melonjak tinggi mengingat dia juga promosi di FB kata teman saya yang sekilas tahu.
Terima kasih 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Teen FictionEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...