Di sinilah Lea sekarang, di rumahnya sendiri.
Ia datang ke sana setelah melihat ponselnya yang semalam di bawa El sudah penuh dengan panggilan dari Tera.
Entah apa yang membuat Tera melakukan panggilan sebanyak itu.
Lea tidak sendiri, ia bersama dengan El.
Namun Lea meminta agar EL menunggu di dalam mobil.
Bahkan Lea membuat kesepakatan dengannya untuk tidak keluar mobil sebelum Lea keluar rumah.
Lea hanya tak ingin El melihat sikap buruk Tera yang kemungkinan nantinya akan berujung dengan malapetaka.
Lea tak ingin melihat mayat lagi karena dirinya.
Sudah cukup Nancy dan dia yang terakhir.
Lea tak akan membiarkan siapapun tewas karenanya lagi.
Sekalipun Tera sangat jahat padanya, Lea tetap menganggapnya saudara.
Kini keduanya tengah berada di ruang tengah.
Lea melihat beberapa pengawal tampak berdiri di depan pintu seakan memantau ia dan Tera.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Lea pada Tera sembari melihat para pengawal yang entah kenapa sangat banyak sekali di dalam ruangan tengah ini.
Tera hanya diam lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
Pluk
"Entah bagaimana aku harus mengatakannya, kau benar- benar seorang pembunuh sejati," ucap Tera membuat Lea meraih amplop coklat tersebut untuk melihat isinya.
Lea yang melihat foto TKP pembunuhan Graham sontak membungkam mulutnya tak percaya.
Ia menatap Tera dengan mata yang memerah dan berkaca- kaca.
"Kapan paman meninggal? Siapa yang melakukannya?" tanya Lea yang mana ia memang tidak tahu apapun tentang kematian Graham.
Tera langsung beranjak dari sofa dan menghampiri Lea.
"Kenapa kau malah balik bertanya padaku, kau yang membunuhnya, kenapa kau bersikap seolah tak melakukan apapun," bentaknya sembari mencekik Lea begitu kut.
"A-aku su-sungguh tidak tahu Te-ra, bu- bukan aku yang mem-mbunuh paman," ucapnya dengan terbata- bata di mana cengkraman Tera begitu kuat sekali pada lehernya.
"Kau masih mengelak? Aku sengaja menutup kasus pembunuhan papa untuk tidak diliput media agar aku bisa memberimu pelajaran sendiri, aku tak rela jika kau ditangkap atau dihukum oleh polisi, aku sendiri yang akan menghukummu atas terbunuhnya papa," tegasnya pada Lea sembari mendorongnya le belakang.
Uhuk uhuk
Lea memegangi lehernya yang terasa perih dan sakit saat ini.
Ia masih berusaha mencerna semua ini.
Hingga fokus Lea tertuju pada El kembali.
Apa mungkin ia yang melakukannya? Batinnya dalam hati bertanya pada dirinya sendiri.
Lea lalu melihat foto- foto TKP dan jasad Graham.
Itu sama persis seperti TKP pembunuhan Nancy.
"Kau lupa dengan ucapanmu di basement kantor papamu saat menyelamatkan Nancy? Bahkan kau juga menghabisi sahabatmu sendiri setelah berlagak seperti seorang pahlawan," olok Tera pada Lea yang terdiam dan menangisi foto Graham.
"Kapan paman tewas?" tanya Lea dengan gemetar.
Tera menatap tajam Lea.
"Sehari setelah kau membunuh sahabatmu sendiri," jawabnya dengan ketus dan marah.
Lea menelan salivanya, lagi- lagi ia dituduh membunuh seseorang.
Dan lagi- lagi orang terdekatnya mati karenanya.
Haruskah Lea saja yang mati aga mereka semua tetap hidup?
"Kau kira karena kau berada di sisi El aku takut untuk menyentuhmu? Tidak. Aku tak peduli kau dekat dengan siapapun itu, seorang pembunuh haruslah dihukum sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, dan sepertinya pilihanku sangatlah tepat karena aku menutup kasus pembunuhan papa agar aku bisa menghukummu dengan tanganku sendiri," ucapnya memberitahu Lea.
Lea langsung beranjak dari sofa mendekati Tera.
"Tera dengarkan ucapanku, bukan aku pembunuhnya, untuk apa aku melakukan hal itu, jika kamu tidak percaya, kamu bisa meminta polisi untuk memeriksaku, sungguh bukan aku yang membunuh paman, ucapanku tempo hari tidaklah bersungguh- sungguh, aku hanya ingin menggertakmu agar kita tidak saling bertengkar hanya perihal harta," jelas Lea panjang lebar pada Tera.
PLAK
Tamparan itu tepat mengenai pipi chubby Lea.
"Bahkan setelah membunuh papaku kau masih bisa tertawa dan tersenyum bersama dengan El di pernikahan putra tuan Zenico's kemarin malam, kau pikir aku tidak tahu. Mungkin bukan kau sendiri yang melakukan pembunuhan itu, tapi siapa yang tidak tahu seorang El Zibrano, kau bisa saja memerintahkannya, bukan?" tekannya sembari mencengkeram rahang Lea kuat.
"Kau bertanya apa alasanmu membunuh papaku? Bukankah kau tidak terima karena papamu bangkrut? Kau juga marah bukan dengan kami karena rumah ini menjadi milikku? Jika saja aku mau mengatakan pada polisi tentang motifmu membunuh papaku karena balas dendam, mungkin kau bisa saja ditangkap di pernikahan putra tuan Zenico's tempo hari, sayang sekali lampu padam dan kau terselamatkan karena itu, jika tidak, kau mungkin akan malu karena ditangkap polisi atas tuduhan pembunuhan di depan banyak orang," kata Tera panjang lebar membuat Lea sedikit penasaran tentang hal itu.
"Kamu juga menghadiri pernikahan putra tuan Zenico's ? Kenapa aku tidak melihatmu?" tanya Lea yang tidak tahu kehadiran Tera malam itu.
Tera menghempaskan cengkramannya lalu menyugar rambut panjangnya ke belakang.
"Tadinya aku tidak berniat untuk datang, namun aku sendiri juga tak mampu melihat hasil dari autopsi papa. Tapi setelah mendengar kau mendatangi pernikahan itu, aku berniat untuk mempermalukanmu dengan memutar rekaman CCTV di basement parkiran kantor papamu malam itu, dengan begitu polisi akan semakin percaya jika kaulah yang membunuh papaku dan Nancy, tapi sialnya lampu padam dan semua rencanaku gagal," tekannya di akhir kalimatnya .
Lea yang mendengar hal itu terdiam tak berkutik.
Tera berbalik menatap Lea dengan sinis dan tajam.
Tera lalu mengisyaratkan pada anak buahnya untuk memegangi Lea.
"Tera tunggu, apa yang kamu lakukan?" tanya Lea kala semua pengawal memeganginya.
Tera merebut pistol pengawalnya lalu menodongkannya pada Lea.
"Bagiku terlalu cepat jika harus membunuhmu sekarang, aku masih harus melihatmu menderita seperti aku yang kini hanya seorang diri tanpa siapapun, sekarang pilih salah satu, berikan nyawamu atau beritahu di mana papamu? Aku akan melakukan sesuatu yang adil padamu, dengan begitu kita akan sama- sama tidak memiliki siapapun setelah ini," katany yang kini malah memberikan tawaran pada Lea.
Lea menggelengkan kepalanya menolak tawaran itu.
"Tidak Tera, kau salah paham, bukan aku yang membunuh papamu, dan kau juga tak boleh melakukan itu," ucapnya pada Tera dengan harapan ia bisa membujuknya.
Tera tersenyum miring kala mendengar ucapan Lea.
"Kau kini ketakutan kala aku akan mengambil milikmu, lalu kenapa kau dengan mudahnya mengambil milikku Lea," pekiknya dengan keras diiringi dengan jemarinya yang menarik pelatuk pistolnya.
DOR
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Fiksi RemajaEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...