Part 82

13.8K 334 1
                                    

El dengan cepat langsung berlari untuk memeriksanya ke tahanan diikuti oleh yang lainnya.

Dan benar saja, rantai yang digelangkan pada kaki dan tangan Tera, tergeletak di lantai.

Begitu juga dengan pintu jeruji besi yang tampak terbuka tersebut.

"Apa yang kalian lakukan hingga ia bisa kabur dari dalam sini?" bentak El dengan keras pada para pengawal yang berjaga di tahanan.

"Maaf tuan tapi tadi sore dia masih ada di dalam sini," jawab salah satu dari mereka dengan takut dan was- was.

"Lalu di mana dia sekarang? Apa kalian menelannya hidup- hidup?" teriaknya sangat keras membuat Lea yang berdiri di sampingnya tampak takut dengan suara keras El.

"Cepat cari dan telusuri hutan belakang markas," perintahnya dengan nada suara yang keras dan tinggi.

Dengan cepat mereka langsung berlari keluar dari pintu belakang untuk segera mencari Tera sebelum pergi jauh.

Dan hampir semua anak buah yang ada di markas keluar untuk mencari keberadaan Tera.

"Kalian juga, bukankah sudah kubilang untuk menjaganya? Ngapain kalian malah kelayapan ke Vihara?" marah El pada mereka berenam.

Ziko yang merasa menjadi dalang dibalik perginya ke Vihara sontak langsung buka suara.

"Maafkan saya tuan, saya yang mengajak mereka untuk pergi ke Vihara," ungkapnya dengan jujur.

"Saya akan ikut mencarinya bersama pengawal yang lain," beritahunya pada El.

"Cihhh, kini kau mendadak patuh dan kembali bekerja, bukankah kau berniat untuk membakar perusahaannya tadi?" goda Sarvel untuk mencairkan suasanaya.

"Doamu sudah tidak terkabul, kau menjadi cepu sekarang," olok Ziko dengan kesal membuat ekspresi Sarvel sontak langsung berubah datar.

"Besok aku akan kembali sujud sampai 1001 kali," gumamnya lirih.

"Apa kau memiliki kepribadian ganda?" tanya Zen berbisik pada Ziko.

"Kurang lebih begitu, mungkin karena aku sebentar lagi akan bekerja di alam baka, maka dari itu aku memiliki kepribadian ganda," jawab Ziko membuat Zen menghembuskan napas berat.

"Kita akan membantu mencarinya," ucap Glen yang tiba- tiba saja buka suara membuat mereka berlima sontak langsung menoleh menatap Glen kaget.

"Kita? Siapa yang kau maksud kita?" tanya Sarvel yang terlihat kesal dengan Glen.

Glen dengan santai menunjuk mereka berlima.

"Yaaa, apa kau sungguh akan membunuh kami? Ini aja belum selesai diurut dan sangat sakit saat berjalan,"teriak Alvino dengan kesal di mana kesabarannya sudah benar- benar habis sejak tadi.

"Kau tahu, kita akan mencarinya di hutan, kakimu tak hanya akan patah, mungkin bisa tercincang dengan lembut hanya karena menjelajahi hutan seluas cintaku pada Lea," kata Sarvel yang begitu geram dengan Glen.

"Kalau begitu buktikan cintamu yang begitu luas pada Lea itu untuk ikut bersama denganku mencari jalang picik itu," suruh Glen dengan gamblang pada Sarvel.

"Kalian sudah puas bergurau?" tanya El dingin membuat mereka berenam langsung diam.

"Aku tidak mau, bagaimanapun caranya temukan jalang picik itu, jangan sampai ia mendekat atau menyentuh wanitaku, kalian paham?" tegasnya pada mereka berenam.

"Siap paham," jawab mereka dengan kompak layaknya sedang berlatih militer.

El lalu melepaskan jasnya dan menyampirkannya ada tubuh Lea.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang