°°°
Kini sopir taksi itu telah sampai di rumah sakit.Ia dengan cepat membawa baby Enzo dalam bopongannya masuk ke dalam rumah sakit untuk menuju ke lantai paling atas.
Sopir taksi itu terpaksa ke rumah sakit meski waktu belum ada 15 menit.
Ia sangat mencemaskan Lea di mana tadi ia sempat mendengar suara tembakan.
Karena itu ia sengaja pergi meninggalkan Lea untuk meminta bantuan.
Ting
Sopir taksi itu berlari dengan kebingungan sembari mencari kamar nomor 2.
Tepat dengan hal itu ada El dan ketiga temannya beserta juga dengan Ziko, berada di depan ruang tunggu.
"El baby Enzo," teriak Sarvel kala melihat baby Enzo dibawa oleh pria tak dikenal.
El yang melihat hal itu sontak langsung melayangkan tatapan tajamnya pada sopir taksi tersebut.
Dengan cepat ia merebut baby Enzo dari sopir taksi tersebut.
"Kenapa putraku ada padamu?" tanyanya sembari menodongkan pistolnya pada sopir taksi itu.
"Maaf tuan, saya hanya menjalankan pesan dari perempuan yang tadi saya antar. Ia berpesan jika 15 menit dia tidak kunjung keluar, ia meminta saya untuk mengantar putranya kemari. Tapi belum sampai 15 menit, saya mendengar suara tembakan dari dalam rumah besar itu," jelasnya dengan takut karena pistol El yang kini mengarah pada kepalanya.
El yang mendengar hal itu kini tatapannya semakin dingin dan menakutkan.
"Apa kau bilang? Seorang perempuan?" Sopir taksi itu mengangguk membuat El langsung menunjukkan foto Lea dari ponselnya.
"Apa wanita itu ini?" tanyanya yang mana sopir taksi itu mengangguk mantap.
El tampak memicingkan matanya lalu memberikan baby Enzo pada Ziko.
"Ziko tolong kau berjaga di sini. Aku akan menjemput wanitaku," pesannya pada Ziko.
"Cepat tunjukkan di mana rumahnya," ujarnya dengan tegas pada sopir taksi itu.
Sontak mereka bertiga ikut bersama dengan El untuk membantu Lea.
Ziko menghela napas pelan dan menatap baby Enzo yang terlelap begitu pulas.
"Siapa wanita itu? Aku belum pernah melihat tuan secemas ini," gumamnya lirih sembari masuk ke dalam ruangan Cornelio.
El kini melajukan mobil Rubiconnya menuju ke rumah Lea dengan sopir taksi yang duduk di sampingnya.
"Apa ia mengatakan sesuatu kenapa ia pergi ke rumahnya?" tanya El yang penasaran di mana laju mobilnya saat ini begitu cepat sekali.
"Tidak tuan, ia hanya berpesan agar saya membawa putranya ke rumah sakit jika 15 menit ia tak kunjung keluar dari rumah itu," jawabnya sembari berpegangan erat.
Begitu juga dengan Alvino, Glen dan Sarvel.
Mereka bertiga kini saling berpegangan erat dengan mulut yang tak hentinya komat-kamit.
"Yaa bisakah kau mengurangi kecepatannya? Bukankah ini terlalu cepat?" ujar Glen pada El.
El bukannya mengurangi laju kecepatannya ia malah menekan gasnya.
"Aku tahu kau sangat mencintai Tuhan, tapi tolong jangan buru-buru menemuinya, aku masih belum siap," ucap Sarvel yang kini sudah ketakutan sembari menahan kencing kala kecepatan mobilnya membuat ia pusing.
"Yaa, haruskah kita mati karenamu? Aku belum nikah muda. Jangan mentang-mentang kau sudah menemukan wanita yang sesuai dengan kriteriamu dan takut direbut kita, kau kirim kita untuk bertemu Tuhan, kau jangan bersikap konyol saat ini," dumel Glen yang kesal kala El enggan mengurangi kecepatan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Teen FictionEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...