Sedangkan di mansion lain ada El yang menggeliat panjang di atas ranjangnya dan sedikit terusik dengan sinar matahari yang menyorot wajahnya.
El meraba sampingnya berharap bisa menemukan wanitanya.
El membuka kedua matanya dan tidak menemukan Lea di sampingnya.
"Sayang," panggilnya pada Lea.
El bangun dari baringnya sembari mengedarkan pandangannya berharap bisa menemukan Lea.
Tidak ada jawaban dari Lea membuat El langsung turun dari ranjang untuk mencarinya.
"SAYANG," teriaknya sembari mencari ke walk in closet, kamar mandi, balkon bahkan ruang kerjanya namun El tidak bisa menemukan Lea.
Dengan cepat El keluar kamar untuk mencarinya di dapur, namun kosong.
El lalu turun ke lantai dua untuk menanyakannya pada pengawal.
"Apa kalian melihat wanitaku?" tanya El saat melihat Ziko dan Zen yang baru saja bangun.
"Kau yang punya wanita kenapa tanya kami yang baru buka mata," jawab Ziko dengan suara serak khas bangun tidur.
El berdecak kala tanya mereka yang tidak ada gunanya.
"PENGAWAL!" teriaknya pada para pengawal.
Tak lama para pengawal datang ke hadapan El.
"Ya tuan," jawab salah satu dari mereka.
"Apa kalian melihat wanitaku? Mungkin di luar untuk jogging atau melakukan sesuatu?" tanyanya pada mereka.
"Tadi nyonya besar kemari tuan dan menjemput nona, katanya mau fitting gaun," jawab mereka yang tadi diberi pesan untuk menyampaikannya pada El.
"Astaga, siapa yang sebenarnya akan menikah dengan Lea, mamanya apa putranya? Bagaimana bisa mereka begitu antusias sekali setelah lamaran semalam? Padahal kita baru pulang pukul 4 tadi, bagaimana bisa mamanya tahu? Apa burung merpati yang memberitahunya? " gumam Zen yang heran dengan keluarga El namun juga ikut merasa bahagia kala Lea berada di tangan yang tepat.
"Apa? Mama kemari? Kenapa mama tidak membangunkanku?" ketusnya dengan kesal dan jengkel.
"Kalian berdua cepat bersiap lalu ikut aku," perintahnya pada Ziko dan Zen lalu bergegas ke lantai atas untuk ganti baju dan pergi ke rumah mamanya untuk menjemput wanitanya.
•••
Kediaman AlemannusEl kini telah tiba di rumah mamanya bersama dengan Ziko dan Zen.
"Kenapa ada banyak sekali mobil di depan rumah?" tanya Ziko pada El.
El mengeluh panjang dan segera masuk ke dalam untuk mencari mama dan wanitanya.
Hingga terlihat orang- orang tampak begitu ramai sekali di taman.
El segera memeriksanya untuk melihat apa yang terjadi di taman.
Betapa terkejutnya El kala melihat taman mamanya kini menjadi tempat pemotretan.
Dan yang lebih mengejutkan lagi ialah orang yang menjadi modelnya.
Yaitu Lea.
"Wahhh bukankah Lea terlihat sangat seksi dan hot saat ini?" tanya Ziko yang sudah berdiri di samping El.
El menoleh ke samping dengan tatapan yang tajam dan garang.
"Kau ingin bola matamu dikeluarkan dari tempatnya?" tanya El menawari Ziko.
Ziko dengan reflek langsung memejamkan kedua matanya.
El kembali melihat Lea yang kini begitu dikerubungi oleh para desainer dan beberapa dari mereka juga melakukan pemotretan.
El memicingkan matanya kala punggung Lea tak hanya terekspos namun hampir seluruh punggungnya terbuka.
Dengan hati yang menahan emosi, El menghampiri mamanya.
"MA!" panggilnya dengan sedikit penekanan.
Tesa menoleh dan sedikit terkejut dengan kedatangan El begitu juga dengan Lea.
El mengedarkan pandangannya pada para desainer dan beberapa pria yang tadi memotret Lea.
"BUBAR!" tekannya pada mereka dengan suara yang dingin namun mampu membuat mereka terlihat sangat ketakutan dan panik untuk bergegas pergi.
"Tolong antar mereka untuk makan lebih dulu," ujar Tesa pada pengawal untuk mengantar para desainer itu untuk makan lebih dulu.
"Baik nyonya," jawabnya yang langsung memandu para desainer ke ruang makan.
Tesa yang paham dengan sikap protektif dan posesif El sontak langsung menjelaskan apa yang terjadi tadi.
"Tadi mama mau fitting gaun, karena sudah selesai fitting gaunnya, desainer itu minta izin sama mama untuk Lea mencoba dress keluaran terbaru mereka, ehh ternyata cocok dan cantik sekali saat dikenakan Lea, alhasil mereka melakukan beberapa pemotretan untuk dijadikan sampul majalah mereka," jelas Tesa panjang lebar pada El.
"Kenapa mama enggak bangunin El dulu?" tanyanya dengan sedikit dingin.
"Emangnya kamu mau ikut fitting gaun sekalian?" tanya Tesa yang kini sedikit sewot dan kesal juga dengan sikap El yang berlebihan.
"Ya lain kali kan izin dulu sama El biar El enggak bingung nyariinnya," ketusnya dengan sedikit kesal.
"Yaudah, sekarang kan udah ketemu sama Leanya," jawab Tesa dengan kesal juga.
"Pokok El enggak mau tahu, jangan sampai sampul majalah mereka foto Lea, atau El akan mencabut saham yang kita investasikan pada para desainer itu," ancamnya sembari melenggang pergi begitu saja.
"Aishh berandalan itu, sifatnya sama saja dengan papanya," ujar Tesa yang ingin sekali mengumpat dan menarik rambut El saat ini.
Lea yang melihat El tak melihatnya sebentar saja atau menyapanya, bahkan ia juga tidak mengajaknya pergi merasa ikut kesal saat ini.
"Dia kenapa sih ma?" tanya Lea dengan kesal.
"Sabar ya sayang, sifatnya sangat mirip dengan papanya dulu, mereka sama- sama protektif dan sangat marah saat kita berpakaian terbuka, terlebih El sangat posesif denganmu, jadi ia sangat kesal saat kamu menjadi pusat perhatian para pria di luaran sana," jawab Tesa membuat Lea berdecak dalam hatinya.
"Cih kayak dia yang enggak pernah lihat cewek di luar aja," decih Lea yang emosi dengan El.
"Ia pasti sangat ketakutan sekali saat kamu jadi pusat perhatian para pria di luar sana, pasalnya tidak mudah juga untuk bisa mendapatkanmu, dasar si cinta mati tapi selalu gengsi," gumam Tesa yang tahu akan ketakutan dalam diri El.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Fiksi RemajaEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...