Kini Glen telah sampai di apartemennya.
Ia begitu lelah dan mengantuk sekali.
Glen bergegas masuk ke dalam apartemennya dan membayangkan betapa indahnya tidur di atas ranjang.
Hingga langkah Glen terhenti kala melihat Flo terbaring di sofa.
"Kenapa ia selalu berbaring di sana?" dumelnya dengan kesal.
"Apa ia sedang menungguku?" gumamnya dengan begitu percaya dirinya.
Glen tampak cengar-cengir memikirkan hal itu.
"Apa perlu kupindahkan sofa panjang ini ke kamar Ziko?" gumamnya sembari berjalan menghampiri Flo di ruang tengah.
Glen menghela napas gusar kala Flo tampak menyelimuti seluruh tubuhnya.
Ia langsung berjongkok di samping sofa untuk membangunkan Flo.
"Yaaa, pindahlah ke kamar sebelum kugulingkan sofanya," ancamnya pada Flo.
Tak ada jawaban apapun dari Flo.
Glen terpaksa menyentuh Flo untuk membangunnya.
Panas.
Glen panik, ia langsung membuka selimut Flo untuk memeriksanya.
"Di-dingin," ucapnya terbata sembari menggigil kedinginan.
"Yaa, apa kamu demam?" tanya Glen yang langsung memeriksa kening Flo.
Sangat panas.
Terlihat keringat di pelipis Flo begitu banyak membuat Glen langsung membuka selimutnya.
"Jika demam jangan tambah diselimuti, itu akan menghambat suhu tubuh. Berpakaianlah yang tipis," beritahunya pada Flo.
Glen lalu membantu Flo untuk duduk kemudian memeriksa suhu tubuhnya.
"Suhu tubuhm sangat tinggi," gumam Glen yang terlihat sangat kesal.
"Kenapa kau tidak menelponku jika sedang sakit, dengan begitu kan aku bisa pulang lebih awal tadi," ocehnya sembari melepas kaos hitamnya dan berjalan menuju ke dapur.
"Kenapa orang gila itu malah mengomel dan melepas bajunya, apa ia sedang berniat untuk pamer tubuh?" dumel Flo heran dengan kekocakan Glen.
Flo kini malah fokus dengan punggung kekar Glen yang terlihat begitu lebar dan gagah jika dilihat dari belakang.
Dan juga seksi.
Flo langsung menggelengkan kepalanya kala ia malah memikirkan sesuatu yang tidak- tidak pada Glen.
"Yaaa, apa kau mendengarku?" pekik Glen dengan kesal kala sejak tadi Flo hanya diam saat ia mengajaknya berbicara.
"Hah, kau bicara apa tadi?" tanya Flo yang tidak mendengar Glen berbicara sesuatu.
Glen berdecak dan berjalan ke arah Flo sembari membawa air madu hangat.
"Arghh sakit bangsat, lepaskan tanganmu dari telingaku sebelum kupotong tanganmu," ancamnya pada Glen yang menarik telinganya.
Glen langsung melepaskan tangannya dari telinga Flo sebelum dipotong.
"Jangan bekerja terlalu keras hingga lupa merawat diri dan menjaga kesehatan tubuhmu, apa kata papamu nanti jika melihatmu kurus dan sakit- sakitan karna tinggal denganku, pasti papamu berpikir aku menyiksamu," omelnya dengan panjang lebar tanpa henti.
Glen beranjak dari sofa dan mengambil sesuatu dari lacinya.
Ternyata sebuah obat.
"Cepat minum setengah air madunya lalu minum obat penurun panas ini, besok pagi jangan beranjak dari ranjangmu sebelum kubakar kantormu. Jangan bekerja selama beberapa hari ini, istirahatlah yang cukup sampai kau sembuh dan mampu untuk kembali bekerja," beritahunya pada Flo sembari membukakan dua butir obat penurun panas.
"Kau sungguh cocok sekali menjadi dokter hewan," olok Flo dengan kesal sembari menyeduh sedikit demi sedikit air madunya.
"Tidak, aku lebih pantas menjadi dokter di alam baka," jawabnya yang mana hal itu mampu membuat Flo menyemburkan air madunya di dalam mulut.
Byur
Dengan sabar Glen mengusap dada telajangnya yang disembur oleh Flo.
"Apa kau sungguh terpesona dengan tubuhku hingga kau menyiram dadaku?" tanya Glen sembari mengelap dada bidangnya.
Flo membuka mulutnya tak percaya kala mendengar ucapan Glen.
"Sepertinya sudah waktunya kamu pergi ke dokter, otakmu sedikit bermasalah saat ini," ucap Flo yang kini pelan- pelan beranjak dari sofa untuk menghindari minum obat.
Di mana Flo tidak bisa minum obat dan tidak mau meminumnya.
"Mau kemana kau?" tanya Glen dengan galak kala Flo berdiri dari sofa.
Flo menoleh pada Glen dan melemparkan senyum manisnya.
"Aku akan pindah ke kamar, sepertinya demamku sudah sedikit mendingan setelah minum air madu buatanmu," bohongnya pada Glen dan hendak pergi namun sayang sekali Glen menarik tangannya hingga ia terduduk di pangkuan Glen.
BRUGH
Flo terkejut kala pantatnya mendarat tepat di paha Glen.
"Cepat minum, setelah ini baru pindah ke kamar," perintahnya dengan galak sembari menyodorkan dua butir obat tersebut.
Flo menatap Glen dengan sedikit malu.
"Aku tidak bisa minum obat, bukankah tadi sudah minum air madu, kurasa itu sudah lebih dari cukup, jadi enggak perlu lah ya minum obat," tawarnya membuat Glen memicingkan matanya.
"Enggak usah banyak alasan cepat minum obatnya," perintahnya pada Flo tanpa penolakan.
Flo mencebikkan bibirnya kala Glen terus memaksanya.
"Aku sungguh tidak bisa meminumnya," tolaknya dengan keras dan ketus.
Glen lalu mengambil air madunya dan meletakkan dua butir obat itu di lidahnya.
"Ahhh," hela Glen setelah meminum air madu tersebut.
Flo yang melihat hal itu hanya bisa menelan salivany.
Glen menatap Flo yang terlihat kecewa.
"Kenapa? Oh aku tahu, kau pasti berpikir aku akan membantumu meminumkan obatnya melalui mulutku kan? Sayang sekali semua tak seindah di drama nona," ejeknya pada Flo.
Flo berdecak dan memukul keras punggung Glen.
Flo langsung beranjak dari pangkuan Glen saking kesalnya.
Namun Glen dengan cepat meraih tangan itu kembali hingga Flo kembali jatuh di atas pangkuannya.
Brugh
Glen langsung membungkam bibir Flo untuk mentrasferkan obatnya.
Ya, sejak tadi Glen tak sepenuhnya meminum obatnya, ia hanya minum air madunya.
Entah bagaimana cara ia melakukan hal itu namun Glen sejak kecil tidak pernah mengenal rasa pahit akan obat.
Ia malah lebih suka meminum obatnya tanpa air.
Flo yang merasakan pahit dari obat tersebut hendak melepas pangutan Gle, namun Glen menahan kepala belakang Flo untuk membantu Flo menelan obatnya.
Jujur sejak tadi obatnya sudah tertelan oleh Flo.
Namun ciuman Glen pada Flo belum juga berhenti .
Begitu juga sebaliknya, Flo juga tidak berniat untuk menolak ciuman lama Glen.
Ia seakan tengah menikmatinya.
Hingga Glen lebih dulu mengakhiri ciuman itu.
Perlahan Flo membuka kedua matanya di mana ia langsung dihadapkan dengan wajah tampan Glen.
"Bagaimana, apa rasa obatnya manis setelah ditransfer melalui mulutku? Jangan bilang besok kau tidak bisa minum obat untuk bisa mendapatkan ciumanku, akan kubuat bengkak bibirmu nanti," ancam Glen pada Flo.
"Dasar bangsat," olok Flo yang langsung beranjak dari pangkuan Glen dan bergegas ke kamarnya.
Glen yang melihat hal itu hanya bisa tertawa.
"Manis juga," serunya sembari mencecap bekas bibir Flo tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Teen FictionEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...