DC Washington
Di apartemen Nobel ada Zen yang kini terlihat begitu frustasi dan hampir gila kala dirinya didatangi oleh sekelompok orang tampan tapi aneh.
Ya, siap lagi jika bukan Alvino dan kawan- kawannya.
Mereka telah tiba di apartemen Zen pukul 7 malam tadi.
Dan sekarang sudah pukul 1 dini hari mereka masih asyik bermain game, menonton film, makan, dan bersenda gurau.
Sedangkan pemilik apartemen terlihat sudah begitu tertekan dan hampir gila.
"Yaa, tidak bisakah kalian pergi dari tempatku?" tanyanya membuat semuamata kini tertuju pada Zen.
"Kau mengusir kami?" tanya Alvino sembari mengisi pistolnya.
"Kalian mau makan sesuatu?" tawarinya pada mereka yang mana Zen segera mengalihkan pembicaraan Alvino daripada ia mati sia- sia karena mengusir para pria aneh ini.
Glen dan Sarvel yang melihat hal itu sudah tertawa terbahak- bahak melihat wajah takut Zen.
"Baik, sekarang cepat buatkan mie dengan telur mata sapi di atasnya setengah matang," perintah Alvino pada Zen.
Zen menghela napas berat sembari membuang serbet kecil yang tadi ia sampirkan di pundaknya.
"Kenapa bisa aku menjadi babu di rumahku sendiri," dumelnya sembari beranjak ke dapur untuk membuat mie.
Alvino yang mendengar hal itu hanya tersenyum tipis dan kembali melanjutkan bermain gamenya.
Sedangkan Ziko, Glen dan Sarvel kini kembali fokus dengan film horornya.
"Apa seperti itu bentukannya dari malaikat pencabut nyawa?" tanya Ziko pada Glen dan Sarvel.
"Ya, mereka terkenal akan ketampanan dan sikap dinginnya, karena itu akulah yang paling pantas dari kalian semua untuk menjadi malaikat pencabut nyawa," ucap Glen dengan berbangga hati.
Sarvel dan Ziko langsung menatap Glen dengan tatapan yang jijik dan mual.
"Yaaa, semua persediaan makanan di kulkasku sudah habis kalian makan, hanya tinggal paprika dan telur, kau mau telur mata paprika?" tawari Zen yang mana ia sangat senang saat tidak ada mie di dapur, di mana itu artiny ia tidak jadi membuat mie untuk Alvino.
Alvino yang mendengar hal itu sedikit menghela napas kasar.
Ia merogoh dompetnya lalu memberikan black cardnya pada Zen.
"Pergilah ke minimarket untuk membeli mienya, pinnya 25 pangkat 4, kau juga bisa membeli persediaan bahan makanan yang lainnya juga untuk sarapan besok," perintahnya pada Zen.
Zen yang mendengar hal itu kini tampak berbinar dan langsung menyambar jaket hitamnya di atas sofa.
"Tapi tunggu, dengan siapa aku pergi?" tanyanya pada Alvino.
Alvino melihat Glen, Sarvel dan Ziko yang tampak fokus dengan televisinya.
"Dengan Ziko," jawabnya membuat Ziko berdecak.
"Aku bukan babumu tapi kenapa kau selalu memerintahku sesukamu?" protesnya dengan kesal.
"Cepat antar dia," perintah Alvino dengan nada suara yang dingin dan terdengar menakutkan.
"Baik," jawab Ziko yang langsung beranjak dari duduknya dan menyambar jaket hitam entah punya siapa lalu melenggang pergi keluar diikuti oleh Zen di belakangnya.
Alvino yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum manis.
Kini Zen dan Ziko telah sampai di basement parkiran di mana Ziko yang tak hentinya mendumel kala dirinya selalu disuruh ini itu oleh Alvino.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Ficção AdolescenteEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...