Part 51

18.2K 422 0
                                    

Kini EL tengah mengumpulkan seluruh anak buahnya di mansion.

Ia duduk di ruang tengah dengan dikelilingi anak buahnya yang sebegitu banyaknya.

El tampak diam membuat suasana menjadi sangat hening dan sunyi.

Para pengawal bisa merasakan bagaimana hawa di ruang tengah yang mendadak berbeda kala El hanya diam dengan tatapan yang tajam.

"Ada yang ingin kalian katakan?" tanyanya pada para pengawal yang bertugas menjaga mansionnya, tepatnya yang melakukan piket tadi malam.

Sekitar 15 orang itu langsung bersimpuh di lantai kala El bertanya.

"Maafkan kami tuan, kami salah," akuinya sebelum El bertindak cepat tanpa mau mendengar penjelasan mereka.

El menatap datar 15 pengawal tersebut dengan tangan yang sibuk memainkan revolvernya.

"Lalu bagaimana bisa semua rekaman CCTV mendadak mati, apa kalian digaji untuk tidur? Hanya mengawasi perempuan satu saja kalian tidak bisa?" tanyanya dengan nada bicara yang kini sedikitkeras dan penuh dengan penekanan.

"Tapi kami berani bersumpah tuan, kami berjaga dengan baik seperti biasanya, keliling sampai ke halaman belakang untuk memeriksa satu- persatu penjuru mansion, memastikan jika semua pintu terkunci dengan baik juga selalu memantau rekaman CCTV setiap saat," jelasnya pada El dengan sedikit gugup dan gemetar.

"LALU BAGAIMANA BISA WANITAKU PERGI KAU TIDAK TAHU?" bentaknya dengan keras membuat semua langsung menundukkan kepalanya takut untuk melihat kilat mata dari El.

"IA HANYA SEORANG DIRI, BAGAIMANA BISA IA PERGI DENGAN MEMBAWA PAPANYA YANG SAKIT, APA ITU MASUK AKAL JIKA TIDAK ADA YANG MEMBANTUNYA?" teriaknya begitu keras pada mereka semua.

"Tapi kami sungguh...," belum selesai pengawal itu menjelaskan, revolver El sudah berbicara lebih dulu.

DOR

Semua pengawal semakin menundukkan kepalanya meski tadi sempat terjengkit kaget.

Pengawal itu sudah tumbang hanya dengan sekali tembak, di mana El menembak tepat pada jantungnya.

"Kutanya sekali lagi, di antara kalian semua, siapa yang membantunya kabur?" tanya EL sembari mengisi kembali pelurunya.

Semua diam, tak satupun yang berani mengangkat kepalanya.

Antara takut dan benar- benar tidak melakukan apa yang dituduhkan oleh El.

"Kalian diam?" tanya El sembari mengongkang senjatanya.

Salah satu dari 14 pengawal yang tersisa itu memberanikan diri mengangkat kepalanya.

"Beri kami waktu untuk mencari nona tuan, kami akan berusaha untuk membawa nona pulang dengan selamat dan mengantarkannya pada anda," pintanya pada El.

El menatap datar dan pengawal tersebut.

"Apa kau sedang melakukan negoisasi denganku setelah melakukan kesalaha yang fatal?" tanya El pada pengawal tersebut.

Pengawal itu langsung diam.

El menghela napas gusar kala ia benar- benar kecolongan dan tidak tahu apa- apa tentang Lea yang kabur darinya.

Bagaimana ia bisa melakukan hal itu sendiri jika tidak ada seseorang yang membantunya?

El menatap satu persatu pengawal yang berjaga di mansionnya dengan lekat dan tajam.

Namun tak satupun El melihat kejanggalan pada mereka.

Lalu bagaimana caranya Lea bisa kabur dengan membawa papanya yang sakit?

El beranjak dari sofa dan memasukkan revolvernya di dalam jas.

"Berpencarlah dan beritahu yang lain juga. Cari ke seluruh penjuru kota Milan untuk temukan wanitaku, tanpa menyentuhnya! Aku akan memenggal kepala kalian jika berani menyentuhnya sejengkal tubuhnya," tekannya pada akhir kalimatnya.

"Kalian hanya perlu menemukannya dan segera menelponku ketika melihatnya. Biarkan aku sendiri yang membawanya pulang, kalian paham?" titahnya pada mereka semua.

"Siap paham," jawab mereka dengan kompak dan serempak.

El lalu pergi keluar untuk ke suatu tempat.

Wiuhhh

Suara hela napas dari semua pengawal kala El keluar dari mansion.

Brugh

Mereka semua langsung terduduk di lantai dengan lemas.

"Sejak tadi kakiku rasanya ingin sekali roboh."

"Jantungku mendadak berdetak lambat."

"Mansion seluas ini mendadak engap hanya karena tuan El diam tak berbicara apapun."

Kira-kira itulah ucapan para pengawal yang begitu takut saat El melakukan intimidasi dan introgasi tadi.

"Kita disuruh mencari nona Lea tanpa boleh menyentuhnya? Lalu jika nona Lea lari pas lihat kita, masak iya kita harus telpon tuan EL dulu buat mengejarnya, kan keburu ilang," gumam pengawal yang tak habis pikir dengan tuannya tersebut.

"Sudahlah, turuti saja perintah tuan El daripada kepalamu yang dipenggal," ucap temannya.

"Ah kenapa rasanya bekerja dengan tuan El seperti dekat sekali dengan kematian," gumam pengawal itu sembari mengusap ddanya.

"Bukan dekat lagi dengan kematian, lebih tepatnya seperti akan dikirimkan ke alam baka," sahut temannya membuat mereka tertawa sekilas lalu segera menjalankan tugasnya.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang