Part 38

20.4K 437 0
                                    

Jika Ziko di markas tengah menceritakan tentang seberapa tertekannya dia karena sikap El, di tempat lain ada Oliv yang termenung di ruang make up di mana hari ini ia akan melakukan pemotretan.

Entah apa yang ia pikirkan namun sejak tadi ia hanya termenung ketika tata rias meriasnya.

Tok tok

Oliv langsung tersadar dari lamunannya kala mendengar suara ketukan pintu.

Ceklek

Oliv melihat dari pantulan cermin siapa orang yang telah mengetuk pintu tersebut.

El Zibrano.

Oliv sedikit tersentak kaget kala melihat kedatangan El ke ruang tata riasnya.

"Kalian keluarlah sebentar lebih dulu," perintahnya pada dua tata riasnya.

Setelah mereka keluar Oliv memutar kursinya untuk menatap El yang tengah duduk di sofa sembari merokok.

"Kau juga menghadiri pernikahan dari putra tuan Zenico's kan?" tanyanya pada OLiv.

"Ya, kenapa?" tanyanya dengan sedikit gugup dan gemetar saat ini.

El menghembuskan asap rokoknya.

"Kau yang mematikan lampunya?" Oliv menganga tak percaya kala mendengar tuduhan El.

"Kau jauh- jauh datang kemari hanya untuk menuduhku mematikan lampu  di gedung pernikahan kemarin? Kau hanya membuang- buang waktumu dengan sia- sia karena datang pada orang yang salah," cetus Oliv dengan  berani.

Namun beberapa saat kemudian Oliv terdiam di tempatnya kala El menodongkan revolvernya ke arahnya.

"Kau hanya perlu menjawab ya atau tidak, tidak untuk menjawab yang lainnya," tekannya sembari menghembuskan asap rokoknya.

Oliv yang tak tahan dengan sikap El sontak beranjak dar kursinya dan berjalan mendekatinya tanpa takut peluru panas itu menembus tubuhnya.

"Kau bukan orang biasa, tidakkah kau bisa mencari dengan benar siapa orangnya? Kenapa kau selalu datang padaku jika itu berkaitan tentang Lea, kau pikir hanya aku saja orang yang membencinya?" bentaknya pada El.

Klek

El mengongkang senjatanya membuat Oliv langsung terdiam.

"Bukannya aku tak bisa mencari pelakunya dengan benar, aku hanya ingin memastikan kau tidak ikut ambil alih dengan kejadian kemarin malam," tekan El dengan emosi.

"Kenapa kau tidak mendatangi sepupunya Lea? Bukankah ia juga berseteru dengan Lea, kenapa hanya aku yang selalu kau datangi dan kau tuduh tentang hal yang tidak kulakukan?" tekannya dengna kesal pada El.

"DIAM!" bentak El dengan keras membuat Oliv sedikit tersentak kaget dan langsung diam.

El menjatuhkan putung rokoknya lalu menginjaknya dengan sepatu boots.

Ia lalu berjalan mendekati Oliv.

"Apa kau tahu, Lea segalanya bagiku, aku tak akan melepas siapapun yang menyentuhnya, sekalipun itu keluarganya aku tak peduli, aku akan membantainya habis sampai tuntas tak tersisa," tegasnya pada Oliv sembari menempelkan revolvernya pada kening Oliv.

Oliv tersenyum miring kala mendengar ucapan El.

"Itu bukan cinta namanya, itu adalah obsesi. Apa kau tidak melihat betapa tersiksanya Lea di dekatmu? Ia hanya tunduk karena ia takut orang- orang di sekitarnya mati karenamu, apa kau berpikir dia mencintaimu balik? Kau salah besar. Ia hanya mengikuti permainanmu," ucap Oliv yang mana ia tahu siasat Lea untuk menyikapi El.

"KAU!" tekan El yang langsung mencekik leher Oliv dengan mata yang memerah.

Oliv hanya tersenyum miring kala El selalu naik pitam disaat ia disinggung perihal Lea.

"Tahu apa kau tentang Lea dan aku, kau hanyalah orang asing bagi kami," ujar El tanpa melonggarkan cengkramannya pada leher jenjang Oliv.

Meski sedikit kesulitan bernapa, Oliv masih bisa menyunggingkan senyum smirknya.

"Jangan terlalu bangga karena Lea ada di dekatmu sekarang, jangan begitu percaya diri karena Lea bersikap seolah mencintaimu, kau tidak tahu apa yang tengah ia pikirkan dan rencanakan," ujarnya dengan susah payah sembari mencekal erat tangan El.

El semakin mendorong Oliv ke belakang di mana cengkramannya semakin kuat.

"Kau bilang aku orang asing bagi kalian? Kau yang orang asing, tahu apa kau tentang Lea, jangan bersikap seolah kau begitu mengenalnya, aku lebih lama mengenalnya daripada kau," tekan Oliv yang mana hal itu membuat El mendorong Oliv ke belakang dan kembali menodongkan revolvernya pada Oliv.

Uhuk uhuk

Oliv terbatuk sembari memegangi lehernya yang begitu terasa sakit dan perih karena cengkraman El barusan.

"Aku bisa saja membunuhmu sekarang ini, tapi sepertinya aku akan membutuhkanmu di lain waktu," ujar El sembari menatap Oliv dengan mata yang begitu memerah.

Oliv menatap tajam dan sinis El.

"Kau pikir aku akan membantumu? Tidak. Aku tak akan sudi, orang toxic sepertimu tak pantas untuk ditolong," oloknya pada El.

DOR

Oliv terdiam dan membeku di tempatnya kala suara tembakan tersebut mengejutkan dirinya.

"Sayang sekali itu meleset," ujar El dengan santai kala ia memang dengan sengaja menembakkan revolvernya ke dinding.

Oliv menatap El yang terlihat melemparkan senyum ke arahnya.

"Kau pikir karena kau bersenjata aku takut?" Oliv menyunggingkan senyumnya.

"Sepertinya aku lupa mengatakan sesuatu," ujar Oliv yang baru teringat akan sesuatu.

El memicingkan mata pada Oliv yang terlihat begitu santai dengan gertakannya.

"Kau tak akan bisa membunuhku, sampai kapanpun itu, karena apa? Jika Lea tahu hal itu, kupastikan ia akan pergi meninggalkanmu untuk selamanya, karena ia lebih peduli dan sayang dengan orang- orang disekitarnya dibanding orang toxic sepertimu, dan," Oliv menjeda ucapannya membuat El menatapnya dengan lekat dan tajam tanpa teralihkan tatapannya.

"Aku sudah pernah mengatakan padanya tentang kau yang mencekikku hingga pingsan hanya persoalan perjodohan malam itu," lanjutnya dengan diiringi senyuman yang manis.

El masih diam tak berbicara begitu juga dengan revolvernya.

"Kenapa, kau diam sekarang? Kau tak jadi membunuhku setelah tahu itu?" tanya Oliv dengan sombongnya.

El tersenyum miring dan menyimpan revolvernya ke dalam jasnya.

"Kau pikir dengan gertakanmu aku takut? Aku akan melakukan segala cara untuk bisa membuat Lea jatuh cinta padaku hingga ia sulit untuk memilih dalam menyelamatkanmu atau berpihak padaku, camkan hal itu baik- baik," pesannya pada Oliv sebelum ia keluar dari ruang tata rias tersebut.

"Dan ingat baik- baik ucapanku, aku juga akan melakukan hal yang sama untuk bisa membuat Lea jauh darimu sampai kau tidak bisa menemukannya di penjuru manapun," pesan Oliv pada El yang hendak membuka pintu.

El hanya menyunggingkan senyum miringnya lalu berbalik menatap Oliv.

DOR

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang