Part 98

10.3K 263 0
                                    

Markas Klan Wolf

Ada El yang kini baru datang ke markas setelah tadi dari kantor untuk menemui tamunya dari Spanyol.

Sudah lama El tidak memainkan beberapa senjatanya.

Terlebih ia sangat merindukan darah.

El masuk ke dalam ruang latihan sembari melepas jasnya membuat semua anak buahnya langsung menghentikan aktivitasnya dan memberikan hormat pada El.

"Di mana Ziko?" tanyanya saat tidak melihat asistennya tersebut.

"Tadi pagi tuan Alvino mengajak tuan Ziko dan tuan Zen pergi tuan," jawab salah satu dari mereka.

"Kemana?" tanyanya sembari mengambil kunci bawah tanah.

"Kurang tahu tuan, tapi sedengar saya, tuan Alvino mengajak tuan Ziko untuk sembahyang," jelasnya yang tadi dengar kata- kata sembahyang.

El tersneyum tipis kala mendengar hal itu.

"10 orang ikut denganku masuk," pintanya membuat mereka langsung ikut masuk ke dalam ruang bawah tanah mengikuti El di belakangnya.

Terlihat Arga, Jemy, dan Fera terduduk begitu lemas di lantai karena kehabisan darah.

El menarik kursi besi tersebut sembari membawa palu kecil di atas meja.

"Bawa dia kemari!" perintah El pada anak buahnya.

Brugh

Arga tersungkur di depan El.

"Kuat juga tubuhmu," pujinya dengan seringaian liciknya sembari memainkan palu kecilnya di atas kepala Arga.

"Kuat juga tubuhmu," pujinya dengan seringaian liciknya sembari memainkan palu kecilnya di atas kepala Arga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunuh saja aku bangsat," teriak Arga begitu keras dengan sisa tenaganya.

"Tentu, tapi aku masih ingin bermain- main denganmu. Aku sangat merindukan darah setelah sekian lama hiatus dari duniaku," jawabnya sembari melemparkan palu kecilnya ke atas meja dan beralih mengambil pisau kecilnya.

Fera dan Jemy yang melihat sikap iblis El saat ini benar- benar dibuat ketakutan dan gemetar saat ini.

"Akhhhh," teriak Arga kala pisau kecil itu menggores pipinya.

Tak sampai disitu, El mulai melukis di lengan Arga dan sesekali menekannya dengan sepatunya.

"Kau terobsesi dengan wanitaku sejak kapan?" tanya El sembari mengarahkan pisaunya tepat di depan mata Arga.

Arga menyeringai dan sesekali meringis kesakitan saat sayatan pada lengannya ditekan oleh El.

"Sejak pertama kali aku bertemu," jawabnya dengan napas yang menderu.

"Sekarang kutekankan padamu, ia adalah wanitaku. Ia hanya milikku. Dan tidak seorangpun boleh menyentuhnya selain aku, kau paham itu!" tekannya pada Arga.

Arga tertawa membuat El langsung menginjak pipi Arga bekas sayatannya.

"ARGHHHH!" teriak Arga kesakitan membuat Fera dan Jemy terlihat begitu ketakutan saat ini.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang