Part 61

15K 318 0
                                    

El sudah sampai di markas dengan begitu cepat setelah mendengar informasi Glen tentang pembunuhan di dekat apartemennya.

Kini mereka semua sedang berkumpul di ruang tengah untuk membahas hal itu.

"Kata polisi satpam itu terbunuh antara pukul 11 atau setengah 12, aku ingat betul aku sampai apartemen tepat pukul 11, apa ia sedang mengintaiku? Atau mengintai Flo?" tebak Glen yang mana ia sangat mencemaskan Flo yang sendirian di apartemennya.

"Apa ia sungguh Archellio? Ia bukan tipe mafia yang membunuh sembarang orang, ia tidak pernah turun tangan sendiri kecuali Ven yang selalu ia perintahkan," tambah Sarvel.

"Siapa yang tahu jika ia ingin mengintai sendiri anggota kita, ia tipe orang yang tidak sabaran, atau memang ada mata- mata yang ia perintahkan," ucap El yang sudah begitu lama kenal dengan sikap dan siasat Archellio.

"Kita harus bergerak cepat, ia ingin menghancurkan kita melalui wanita kita," beritahu El pada mereka semua.

"Wanita kita? Kau sedang mengejekku atau bagaimana?" ketus Alvino yang kesal kala ucapan El sedikit menyinggung.

"Tenang saja, masih ada aku yang jomblo," ujar Ziko yang tak ingin sendiri juga.

"Kau, kau, kau sudah punya wanita," ucap Zen buka suara sembari menunjuk El, Glen dan Sarvel.

"Hanya sisa dua orang ini yang jomblo, itu artinya kalian harus menjagaku," ujarnya dengan sedikit kemayu membuat Alvino langsung mengambil segelas air dan mencipratkannya pada wajah Zen.

"Kuharap dengan air suci ini arwah kemayu dalam dirimu hilang," ujarnya dengan kesal membuat Ziko tertawa.

"Lalu apa yang akan kita lakukan? Archellio akan semakin menjadi jika dibiarkan," tanya Glen yang kini harap-harap cemas.

"Bagaimana jika kita suruh pengawal buat jaga mereka?" El langsung menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.

"Kenapa? Dengan begitu kita bisa nyaman saat sedang melakukan misi," protes Sarvel kesal yang mana ia sendiri juga sedang mencemaskan Berlyn, terlebih mereka tidak sedekat dulu dan sulit juga untuk bisa kembali berhubungan baik dengannya.

"Itu akan sangat mencolok, mereka akan tahu jika para wanita itu adalah kelemahan kita," jawabnya membuat Alvino setuju dengan hal itu.

El diam sejenak untuk mencari solusi dari ini.

"Apa kalian juga mengira jika kedua mata Archellio itu adalah softlens bukan alami dari lahir?" tanya El yang sedikit janggal dengan hal itu.

Mereka saling diam dan berpikir.

"Menurutmu ada orang terlahir dengan warna mata yang berbeda?" tanya balik Alvino pada El.

"Ada. Heterochromia, itulah nama dari orang yang memiliki warna mata yang berbeda, itu disebabkan karena keturunan, penyakit atau cedera mata, dan di Amerika hanya ada 11 dari 1.000 orang yang memiliki warna mata yang berbeda. Dan American Academy of Ophthalmology mengatakan jika sejauh ini warna mata yang paling langka ialah warna hijau, dan aku belum pernah mendengar jika ada warna mata merah dan biru seperti yang Archellio miliki," jelasnya pada mereka semua.

"Wah ternyata tak hanya rupanya yang tampan ternyata otaknya sangat cemerlang," puji Zen kala mendengar penjelasan El.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Sarvel dengan tanggap.

"Jalan satu- satunya untuk tahu yang sebenarnya tentang warna mata Archellio adalah pergi ke asosiasi medis profesional dokter mata di Amerika, kita tanyakan secara langsung pada para dokter tentang warna mata yang unik ini, kantornya beradadi San Francisco," beritahunya pada mereka semua tentang rencananya.

Mereka serempak mengangguk kecuali Zen.

"Kau tak ingin ikut?" tanya El membuat mereka berempat langsung menatap Zen.

"Entah apa yang kupikirkan hingga sepatuh ini pada kalian, kemarin capek- capek dijemput dari Washington untuk dibawa kemari, katanya karena ada sesuatu yang penting, eh sekarang malah di suruh ke San Fransisco buat cari tahu warna mata yang berbeda itu, herannya aku mau melakukannya tanpa protes pada kalian, ini antara aku yang bodoh apa bego," dumelnya dengan lesu.

Klek

Zen menelan ludahnya kala El mengongkang senjatanya.

"Jelas aku ikut bersama kalian," ujarnya sambil menatap mereka semua satu persatu.

"Bagus," puji Alvino sembari menepuk pundak Zen dan sedikit meremasnya.

Kringg

Glen melihat ponselnya, ada panggilan dari Flo.

"Halo Flo, ada apa?" tanyanya yang merasa sedikit heran kala Flo menelponnya di tengah siang seperti ini.

"Untuk apa kau mengirimiku banyak makanan?" tanyanya membuat Glen menatap satu persatu teman- temannya.

"Tidak, aku tidak mengirimkan apapun, aku sedang berada di markas sejak tadi," tolaknya membuat Flo diam sejenak.

Hingga Glen membulatkan kedua matanya kala teringat akan pembunuhan di dekat apartemennya.

"Apa tukang kurirnya masih di sana?' Flo hanya berdeham sekilas.

Glen menenggak air ludahnya dan merasa sedikit panik dan cemas.

"Jawab dengan deheman jika jawabannya benar dan diam jika jawabannya salah," beritahu Glen pada Flo.

"Apa warna mata kurir itu berbeda kiri kanannya?" tanya Glen dengan hati yang berdebar begitu hebat karena saking gelisah dan takutnya.

Semua tampak menunggu jawaban Flo hingga suasananya begitu sunyi sekali.

Flo berdeham membuat Glen membulatkan kedua matanya sembari menatap teman- temannya.

"Boleh saya masuk, pizzanya hampir dingin," El menatap tajam Glen kala mendengar suara kurir tersebut.

Brak

Wush

Glen langsung berlari keluar markas tanpa mematikan teleponnya.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang