Part 46

19.3K 449 4
                                    

Keesokan paginya Lea bangun kala ia merasa berat dan sulit bergerak.

Lebih tepatnya tubuhnya hampir remuk karena El yang memeluknya semalaman penuh.

Lea mencoba membuka kedua matanya namun begitu silau karena sinar matahari yang begitu terang sekali.

Dengan sedikit kesulitan Lea merunduk untuk melihat El yang begitu pulas sekali tidurnya tanpa terusik sedikitpun.

Lea meraba sampingnya untuk bisa menemukan ponselnya.

Oh ya, Lea lupa, ponselnya dibawa El dan belum dikembalikan.

Lalu Lea melihat ponsel El yang tergeletak di sampingnya.

"Aku hanya melihat jam, tidak melihat apapun," gumamnya sembari menyalakan ponsel El untuk melihat jam berapa sekarang.

Namun Lea malah dibuat gagal fokus dengan wallpaper El.

Yaitu foto dirinya yang mana tengah mengenakan gaun putih yang malam itu hendak pergi ke rumah Tesa untuk dinner bersama.

Lea menelan salivanya lalu mengalihkan fokusnya.

"Astaga jam 10," kagetnya kala melihat jam berapa sekarang.

Dengan sedikit ragu dan takut Lea membangunkan El untuk bangun agar ia pergi ke kantor.

"El," panggilnya pelan sembari menepuk punggung El pelan.

El hanya menggeliat dan kembali memeluk erat Lea.

"El bangun, sekarang sudah pukul 10. Apa kamu tidak pergi ke kantor?" tanyanya dengan geram kala El malah memeluknya erat dan enggan untuk bangun.

"Aku masih mengantuk sayang," jawabnya dengan serak sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Lea.

Lea yang merasa risih dan geli kini berusaha untuk melepas pelukan El.

"Yaaa, apa kau tak butuh bangun? Aku ingin ke kamar mandi," bohongnya agar bisa lpas dari pelukan El.

El membuka kedua matanya lalu menatap Lea dengan mata yang terasa begitu lengket sekali.

Cup

El mengecup singkat pipi Lea lalu meraba ponselnya.

"Hari ini aku libur, aku akan berada di rumah menemanimu," ujarnya yang mana ia kembali memeluk Lea dan hendak tidur kembali.

"Di mana baby Enzo?" tanya Lea yang sejak kemarin malam mencemaskannya.

El terlentang lalu menarik tubuh Lea untuk berada di pelukannya.

"Ia bersama dengan Ziko," jawabnya sembari menciumi puncak kepala Lea.

Lea menelan salivanya dan sedikit bingung untuk mengatakannya.

"Apa Ziko sudah pulang? Apa baby Enzo sudah bangun?" tanya Lea dengan bertubi- tubi membuat El merasa geram melihatnya.

Cup

Lea mendelik kesal kala El mengecup singkat bibirnya.

"Setiap kali bangun yang pertama kali kau tanyakan selalu baby Enzo, tidak bisakah sekali saja kamu menanyakan keberadaanku?" tanyanya pada Lea.

Lea terdiam, ia berusaha untuk mencari jawaban yang tepat.

"Kamu selalu ada di dekatku, kenapa harus bingung bertanya," jawabnya dengan lirih membuat El yang begitu gemas dengan Lea langsung memeluknya erat dan menciumi pipinya.

"Kenapa kamu menanyakan baby Enzo?" tanya El sembari mengusap- usap lembut pipi chubby Lea.

Lea diam, ia bingung untuk mengatakannya pada El.

El sedikit menunduk untuk melihat Lea yang diam saja.

"Kenapa diam?" tanya El pada Lea.

Lea mendongak menatap wajah EL dengan sedikit malu dan gugup.

Ia membasahi bibirnya sebelum mengatakannya pada El.

"Semenjak minum obat yang mama rekomendasikan untuk memperlancar ASI," Lea menjeda ucapannya dan kembali membasahi bibirnya di mana ia selalu melakukan hal itu kala gugup.

Sedangkan tatapan El sudah tertuju pada squisy Lea.

Beberapa detik kemudian El tertawa membuat Lea memicingkan matanya.

Bugh

"Uhuk uhuk," EL terbatuk kala Lea memukul dada bidangnya.

"Kau mesum sekali," oloknya yang mana Lea paham kenapa El tertawa.

El berhenti tertawa lalu menatap Lea dengan bibir yang masih menahan tawanya.

"Karena baby Enzo tidak ada, bagaimana jika aku saja yang meminumnya daripada tumpah- tumpa di baju, uhuk uhuk," sontak El terbatuk kala Lea memukul dadanya untuk kedua kalinya.

Lea berusaha melepas pelukan EL dan hendak beranjak dari sana namun pelukan El semakin erat padanya.

"Kamu mau kemana, hmm?" tanyanya sembari memainkan hidungnya pada hidung Lea.

Lea langsung diam tak berkutik kala wajah mereka begitu dekat hampir bersentuhan.

"Aku ingin mandi," ketusnya yang hendak pergi namun El selalu menahannya.

"Bagaimana jika kubantu untuk memerasnya lalu awwww sakit sayang sakit," pekiknya kesakitan kala Lea mencubit perutnya.

"Sayang, kamu kdrt banget sama aku," rajuknya yang kini mulai dengan dramanya.

Lea berdecak kala El begitu mendramatisir hanya karena cubitannya.

Diam- diam El meraih selimut tebal di bawah sana selagi ia menatap wajah cemberut Lea.

"Bagaimana, apa boleh kuminum?" tanyanya pada Lea sekali lagi tanpa merasa jerah karena cubitan dan pukulan dari Lea.

Lea langsung melayangkan tatapan tajamnya.

"Sepertinya kau sungguh bosan hidup, kau ingin dipenggal kepalamu atau dijahit bibirmu lebih dulu?" tanya Lea menawari El.

El tertawa sembari bersiap untuk menarik selimutnya.

"Aku akan minum lebih dulu lalu baru kau jahit bibirku, bagaimana ?" katanya yang malah melakukan penawaran pada El.

Lea menaikkan sebelah alisnya dengan tajam membuat El langsung menarik selimutnya untuk menutupi tubuh keduanya.

"El lepaskan aku," teriak Lea kala El menciumi leher dan menggelitiki perutnya.

"Tunggu sebentar," ucap Lea kala EL hendak melepas bajunya.

"Apa lagi sayang?" tanyanya kala Lea menahan dada bidangnya.

"Boleh kulihat ponselku?" tanyanya pada El dengan pelan.

"Boleh, setelah aku meminumnya," jawabnya membuat Lea berdecak dan hendak memukul dada bidang El namun langsung ditahan oleh El.

"Baik- baik aku akan memberikan ponselmu," ujarnya namun itu hanyalah bohongan belaka.

"EL!" pekik Lea kala El mengunci kedua tangannya dan menciumi wajahnya dengan brutal.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang