Part 30

30.8K 570 4
                                    

Deg

Sarvel terkejut kala tatapan mereka bertemu saat perempuan itu berbalik sembari membawa mangkuk besar.

Berlyn.

Ya mantan Sarvel semasa SMA dulu.

"Di mana papamu? Makan malamnya sudah siap," serunya dengan begitu santai layaknya mereka tidak ada masalah apapun dan sudah kenal lama.

Sarvel masih terdiam di tempatnya dan sedikit tertegun dengan penampilan Berlyn saat ini.

Di mana terakhir kali Sarvel bertemu dengan Berlyn setelah mereka putus dan tidak lagi pernah bertemu setelahnya.

Jujur Sarvel terpana akan penampilan Berlyn saat ini, ia terlihat seperti wanita dewasa dan layaknya seorang pemimpin.

Dan jangan lupakan jika ia juga sangat cantik dan seksi sekali.

"Apa kau akan berdiri di sana dan menatap Berlyn seperti itu?" Sarvel menoleh kala mendengar suara papanya.

Sarvel terlihat salah tingkah dan berdecak kesal kala Wendles menertawakannya.

"Saya akan menunggu di ruang tamu," pamitnya hendak pergi.

"Mau kemana kamu, ayo kita makan bersama," ajak Wendles pada Berlyn.

Berlyn menatap Sarvel sekilas lalu duduk bersama di meja makan.

"Yaa! Apa kau akan berdiri di sana sampai besok pagi? Cepat duduk," pintanya pada Sarvel.

Sarvel lagi-lagi berdecak dan terpaksa duduk berjarak satu kursi dengan Berlyn.

Wendles yang melihat hal itu tak bisa menahan senyumnya.

"Berlyn akan tinggal denganmu mulai malam ini," ucap Wendles dengan tiba-tiba.

Uhuk Uhuk

Berlyn dengan sigap dan reflek langsung menyodorkan gelasnya pada Sarvel.

Sarvel langsung meminum air milik Berlyn.

"Papa lain kali kalau ngomong jangan pas waktu Sarvel makan, Sarvel hampir tersedak wortel karena papa," dumelnya membuat Wendles tak hentinya tertawa.

"Berlyn juga yang mulai sekarang akan mengurus segala kebutuhan kamu, selain menjadi sekretaris ia juga akan menjadi asistenmu di rumah," jelas Wendles pada Sarvel.

Sarvel yang mendengar hal itu kini hanya diam dan menatap makanannya.

"Pa, bagaimana jika papa kasih waktu 5 hari aja? Sarvel akan menyelesaikan semua masalah kantor," tawarnya sekali lagi

Wendles yang keasyikan mengunyah kini hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Papa sudah memanggil Berlyn dengan susah payah untuk membantumu. Tidak ada kata penolakan atau bantahan," tegas Wendles yang mulai serius.

Sarvel berdecak sembari meletakkan sendok dan garpunya.

"Lalu bagaimana dengan sekretaris Sarvel? Masak Sarvel punya dua sekretaris?" tanyanya yang mencoba untuk terus merayu ayahnya agar Berlyn tidak menjadi sekretarisnya.

Wendles tersenyum kala mendengar pertanyaan putranya.

"Papa sudah meratakan habis perempuan di kantor. Jadi hanya ada Berlyn yang akan bekerja denganmu, sisanya hanya pegawai pria, kamu bisa merekrut pegawai baru jika mau," ucapnya pada Sarvel dengan begitu entengnya.

Sarvel yang mendengar hal itu kini dibuat terperangah tak percaya.

"Rata habis? Memang papa apakan mereka?" tanyanya dengan wajah yang begitu bingung dan bertanya-tanya soal pegawai perempuan yang ia rekrut.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang