Part 55

19.7K 392 10
                                    

Sedangkan di tempat lain, ada Tera yang kini tengah memimpin rapat tepatnya di perusahaan milik Lea.

"Aku ingin semua susunan, semua rekapan, semua data tentang keuangan, serahkan semuanya padaku tanpa terkecuali," pintanya pada semua karyawan yang kini ia kumpulkan untuk memberitahu jika ia adalah CEO baru di perusahaan LO Barrie.

Semua tampak diam dan saling menatap satu sama lain.

"Kenapa diam? Kalian tak ingin bekerja denganku?" tanya Tera dengan begitu sadis dan ketusnya.

Semua masih diam tak menjawab.

"Baik, kalian bisa pergi untuk yang tidak ingin bekerja denganku, dan kalian boleh menetap jika mau tunduk dengan perintahku," tegasnya pada mereka semua.

Satu persatu dari mereka beranjak dari kursinya membuat Tera mengepalkan tangannya.

Hingga tersisa dua orang dari sekian banyaknya orang tadi.

"Kalian tidak pergi?" tanya Tera pada pria paruh baya itu.

"Kami masih ingin bekerja nona, ada keluarga yang harus kami nafkahi," jawab salah satu dari mereka.

"Kami akan bekerja dengan nona, kami akan tunduk dengan perintah anda," tambahi satunya membuat Tera tersenyum tipis dan mengangguk.

Meski hanya ada dua orang yang menetap, setidaknya masih ada orang yang bisa ia tanya ini itu tentang perusahaan besar ini.

"Baik, kalau begitu serahkan dan jelaskan semuanya tentang perusahaan, mulai dari kinerja, kontrak kerja sama, dan data keuangan," pintanya pada mereka berdua.

Mereka dengan sigap dan cakap langsung memenjalankan perintah Tera.

Selang beberapa menit akhirnya mereka selesai juga dengan urusan itu.

"Kalian bisa pergi," suruhnya pada mereka berdua sembari meneliti dengan baik data keuangan perusahaan yang mana jumlahnya tak bisa dihitung dengan jari.

Keduanya langsung pergi keluar.

Pria paruh baya dengan perut buncit itu tampak memperlambat langkahnya dan membiarkan temannya itu berjalan lebih dulu.

Ia tampak merogoh ponselnya dan mencari nama seseorang.

"Halo,"

"Bagaimana?" tanya seseorang di seberang telepon.

"Semua sudah beres, sesuai dengan perintah nona," jawabnya dengan pelan sembari melihat kanan kiri.

"Baik, aku akan memberitahu apa yang harus kau lakukan setelah ini, tunggu aba- aba dariku," beritahunya pada pria buncit tersebut.

Pria itu langsung mematikan teleponnyaaa dan segera pergi dari sana.

Siapa yang tahu jika sejak tadi Tera mendengarkan obrolan pria buncit tersebut.

Tera tersenyum miring lalu kembali ke ruangannya.

•••
Markas Albania

Ada Archellio yang tengah memandangi sesuatu dengan senyum sejuta gula, sangat manis.

Rasanya ia tak sadar jika sejak tadi bibirnya terus mengembang tanpa memperhatikan jika di sana ada para pengawalnya.

"Tuan," panggil Ven, tangan kanannya.

Archellio menoleh masih dengan senyum manisnya.

"Bukankah anda ingin menanyakan tentang keberadaan El?" ingatnya membuat Archellio langsung menutup yang ia pegang.

"Ya, bagaimana? Apa yang tengah ia lakukan saat ini?" tanya Archellio sembari menyalaka pematik rokoknya.

"Ia tak melakukan apapun," jawabnya membuat Archellio menatapnya dengan datar.

"Kau sedang bercanda padaku?" tanyanya dengan dingin dan terkesan begitu menakutkan.

Ven langsung menunduk takut dengan tatapan tersebut.

Mata Archellio yang sebelah merah dan satunya biru, benar- benar membuat tatapannya begitu menakutkan.

Bukan softlens melainkan asli sejak ia lahir.

Orang bilang jika ia adalah sebuah kesialan, namun Archellio membuat perbedaan warna kedua matanya menjadi sesuatu yang menakutkan.

Ia menganggap dirinya seorang Tuhan yang berhak mengadili siapapun.

Dan siapapun bisa mati hanya karena tatapan menghunusnya.

"Lakukan pekerjaanmu dengan benar, aku menggajimu besar bukan untuk bercanda dan menghiburku, aku butuh laporan yang pasti bukan sekedar basa- basi," tegasnya sembari menghembuskan asap rokoknya.

Ven mengangguk dengan patuh.

Archellio menghentikan hisapan rokoknya dan tersenyum devil kala ia baru mengingat sesuatu.

Ya, sesuatu yang sangat menakjubkan dan spektakuler.

"Yaaa, apa mata- mata kita sudah bersama mereka?" tanya Archellio dengan sangat antusias dan bersemangat.

Ven mengerutkan keningnya sedikit bingung.

Siapa yang Archellio maksud.

"Tolong periksa dia, aku sudah tak sabar untuk menghancurkan El," suruhnya dengan tegas membuat Ven segera beranjak dari sofa dan pergi untuk mencari tahu hal itu

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang