Part 31

23.5K 574 1
                                    

Sedangkan di rumah lain ada Lea yang baru saja bangun.

Ia melihat kanan kirinya, tidak ada siapapun di sana.

Dengan kedua mata yang masih terasa lengket, Lea bangkit dari baringnya dan bersandar di kepala ranjang.

Kemana El? Batinnya dalam hati.

Hingga Lea kembali teringat akan insiden di basement parkiran kemarin malam.

Lea benar-benar tidak percaya dengan apa yang El lakukan kemarin.

Ia benar-benar membunuh pria itu dengan revolvernya.

"Apa ia juga membunuh Nancy seperti itu?" gumamnya yang menebak-nebak.

Ceklek

Lea menoleh terlihat El membawa nampan di tangannya.

"Kamu sudah bangun?" tanya El yang hanya diangguki oleh Lea.

El meletakkan nampannya di atas nakas lalu membuka gorden dan jendelanya.

Lea melihat ke atas nampan, sepiring nasi dengan lauk pauk yang mengelilinginya dan segelas air putih.

El mengambil piringnya dan duduk di depan Lea.

"Sarapan dulu ya, setelah ini aku akan mengantarmu ke rumah mama," Lea hanya mengangguk sembari mengikat rambutnya.

Percayalah, Lea bukan tipe orang yang patuh dengan ucapan orang lain.

Lea hanya mematuhi El karena tak ingin melihat siapapun mati karenanya.

Ia hanya ingin melindungi orang-orang di sekitarnya.

Termasuk Oliv.

Sahabatnya yang kini hanya tersisa dia.

El lalu menyuapi Lea dan sesekali ikut makan bersama.

"Sebelum pergi ke rumah mama, bisa antar aku ke kantor Castel sebentar? Ada sesi wawancara sebentar untuk seleksi terakhir, mungkin tidak sampai 30 menit," pintanya pada El.

El mengerutkan keningnya kala mendengar hal itu.

"Tunggu, kamu melamar pekerjaan?" Lea mengangguk.

Tatapan El semakin menajam.

"Kenapa tidak bilang padaku?" tekannya sembari menyuapkan makanannya pada Lea.

"Sesi ujiannya dilakukan secara online dan aku lolos dengan mudah, tinggal menjalani sesi wawancaranya hari ini, memang kenapa?" tanya balik Lea pada El.

El menghela napas pelan lalu meletakkan piringnya di atas ranjang.

Ia pergi ke walk in closet lalu kembali duduk di depan Lea.

"Ini milikmu dan untukmu. Gunakan sesukamu tanpa takut isinya habis, aku akan kembali mengisinya jika masing-masing kosong," jelasnya sembari meletakkan dompet serta beberapa kartu unlimited di depan Lea.

Lea melihat beberapa kartu unlimited tersebut dengan teliti.

"Ini asli? Apa kamu tukang pencetak kartu mainan seperti ini? Kurasa bisnismu sangat maju sekali hingga bisa sekaya sekarang ini hanya dengan menjadi tukang cetak kartu," ujarnya sembari melihat-lihat kartu tersebut.

El membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang Lea katakan barusan.

"Apa kamu bercanda sayang? Ini kartu asli, kau ingin tahu isinya?" tanya El dengan sedikit kesal.

Lea yang melihat El tampak begitu kesal sekali beberapa detik kemudian tertawa begitu keras sekali.

"Aku hanya bercanda. Siapa yang tidak tahu kartu unlimited seperti ini," ucapnya sembari menyodorkan kembali dompet serta kartunya pada El.

El yang begitu geram sekali dengan Lea sontak langsung meletakkan piringnya di samping kirinya dan langsung menarik kaki Lea untuk mendekat ke arahnya.

"Kenapa kamu terlihat begitu menggemaskan sekali, hmm?" tanyanya dengan geram sembari menciumi pipi Lea.

"El geliii," ucapnya sembari terus tertawa dan menghindar dari ciuman El.

"Dengarkan aku, jangan melamar pekerjaan di manapun. Aku masih sanggup untuk membiayaimu, aku bekerja hanya untukmu dan baby Enzo, kamu bisa memakai uangnya sepuasmu, jika perlu bantu aku untuk menghabiskannya," Lea berdecak kala mendengar hal itu.

"Kau begitu menyombongkan diri sekali," oloknya tanpa ragu membuat El tertawa dan langsung mencium leher depan Lea.

Lea menahan dada bidang El untuk menghentikan ciumannya.

"Jika aku tidak boleh bekerja di tempat lain, biarkan aku bekerja di kantormu. Kau tidak perlu menggajiku atau memberikan jabatan yang tinggi, cukup beri pekerjaan yang mampu kukerjakan, aku akan melakukannya untukmu. Dan aku tak akan melupakan tugasku untuk menyusui baby Enzo, asal belikan pumping ASI lebih dulu, bagaimana? Kamu mau kan?" pintanya dengan hati-hati.

El yang mendengar permintaan Lea yang begitu tulus kini benar-benar dibuat takjub dan kagum.

"Apa sulit untukmu melakukan perintahku agar tetap berada di rumah? Aku akan memberikan banyak uang padamu asal kamu hanya di rumah dan mengurus putraku, kenapa kamu begitu keras kepala sekali ingin bekerja," kata El pada Lea.

Lea mengalungkan kedua tangannya pada leher El.

El yang kali pertamanya mendapatkan sikap manis dari Lea seperti itu ingin rasanya ia terjun bebas dari balkon.

Rasanya begitu mendebarkan sekali untuk hatinya.

Sepertinya jantungnya tidak baik-baik saja, aku akan memeriksakannya pada Oclas nanti, batin El dalam hati.

"Aku ingin sekali bekerja, berikan aku kesempatan untuk bisa bekerja denganmu. Dengan begitu aku tidak akan merasa selalu berutang budi padamu," ucapnya memberitahu El tentang alasannya yang begitu keras kepala ingin bekerja.

El meneliti dengan lekat kedua mata Lea yang tidak menyiratkan kebohongan sedikitpun.

"Apa bisa kita menikah sekarang?" Lea menaikkan sebelah alisnya tanda kesal.

"Bagaimana bisa ada wanita langka sepertimu? Sepertinya hanya aku pria paling beruntung di dunia yang bisa mendapatkan wanita sepertimu ," pujinya membuat Lea memalingkan wajahnya.

Saat Lea menoleh bibirnya bertemu dengan benda kenyal milik El.

El melumat lembut bibir Lea dan sesekali kali memangutnya.

Lea begitu tampak menikmati lumayan El di mana ia sesekali meremas rambut belakang El.

Dengan perlahan El membaringkan Lea dan menindih sebagian tubuhnya.

El menautkan alisnya tanda kesal kala Lea tiba-tiba menghentikan ciumannya.

"Waktunya menyusui baby Enzo, aku belum mandi," katanya memberitahu El.

"Mama pasti sudah membuatkannya susu formula. Susui dulu papanya baru baby Enzo," serunya yang kembali melumat bibir manis Lea.

Lea yang mendengar hal itu, memukuli bahu El tanpa melepas pangutannya.

Sedangkan El hanya tersenyum di sela ciumannya.

Percaya atau tidak, sulit bagi Lea untuk bisa berpura-pura seperti sekarang ini.

Ia hanya ingin El tidak membunuh siapapun hanya karenanya.

Lea takut jika orang-orang di sekitarnya akan mati di tangan El seperti yang Oliv katakan.

Lea tidak ingin hal itu terjadi.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang