Part 83

13.3K 278 0
                                    

Di Hutan

Setelah perdebatan dan baku hantam yang lumayan, kini akhirnya mereka berlima berangkat bersama ke hutan untuk mencari Tera.

Di mana mereka berjalan dengan berbaris bukan jalan bersama- sama.

Barisan depan dipimpin oleh Ziko, lalu Glen, Sarvel, Alvino dan yang terakhir Zen.

"Yaaa, tidak bisakah aku pindah di depan? Kenapa aku yang harus paling belakang setelah kalian memaksaku ikut?" protes Zen tanpa henti.

"Jangan banyak bicara dan tetaplah di belakangku, kau harus jadi pelindungku," seru Alvino membuat Zen tertawa sumbang.

"Kenapa selalu aku yang dijadikan tumbal?" gumam Zen meratapi nasibnya.

"Yaaa, bukankah kita sudah mengitari pohon ini lebih dari 3 kali? Kau yakin kita tidak berputar- putar kan?" tanya Glen yang merasa aneh saat ia melihat pohon serupa ini sebanyak 3 kali.

"Gelap gulita gini bagaimana bisa kau membedakan pohon- pohon ini?" tanya Ziko yang sangat percaya diri sekali memimpin jalanan.

"Yaaa, bagaimana jika kita kembali saja ke markas? Kita cari Tera besok aja?" usul Zen membuat Alvino yang ditarik- tarik kaosnya sejak tadi merasa geram dan ingin sekali memukul kepalanya saat ini.

"Lalu pulanglah sendiri ke markas, agar harimau bisa melahapmu," suruh Alvino dengan ketus dan segala emosinya.

"Kenapa kau selalu marah- marah hanya karena sesuatu kecil, aku hanya berniat untuk mencairkan suasana," dumel Zen yang ikut kesal.

"Yaaa, apa kelap- kelip di atas pohon itu?" tanya Glen sembari menunjuk pada pohon yang tak jauh dari mereka.

"Mungkin burung hantu," jawab Ziko enteng.

Belum sempat mereka melanjutkan jalannya, aungan serigala membuat mereka berteriak dengan histeris karena terkejut.

"Yaaa, apa itu serigala?" tanya Zen yang sudah panik dan takut tak karuan.

"Bukan, domba hutan," sarkas Alvino dengan kesal.

"Ayo kembali saja ke markas, bagaimana jika kita digigit oleh serigala itu dan menjadi manusia serigala? Bagaimana jika di dalam hutan sana ada vampir atau semacamnya? Bukankah kalian masih ingin menikah muda? Maka berbaliklah dan kembali ke markas sebelum kalian menyesalinya nanti," omel Zen dengan panjang lebar membuat Alvino yang berada di depannya ingin sekali meremas mulut Zen sekarang.

"Tenang saja, kita akan aman selagi kau dan Ziko berada di depan dan di belakang," jawab Sarvel mencoba bergurau.

"Aku sungguh menyesal tidak kembali ke Washington secepat mungkin kemarin jika tahu di sini hanya dijadikan tumbal oleh kalian," dumelnya yang merasa menyesal kala bergabung dengan mereka.

"Tenang saja, para biksu kemarin sudah mendoakan kita, dia bilang setan, jin dan iblis tidak akan mendekat selagi kita terus berdoa dalam hati," beritahu Ziko pada mereka.

"Lalu apa binatang buas itu setan, jin dan iblis? Apa kau sungguh bodoh, mana ada harimau dan serigala lari hanya karena kita lafalkan doa? Jika mereka bisa tunduk hanya dengan lafalan doa, mungkin semua orang akan menjadi pawang binatang buas," dumel Zen yang tak habis pikir dengan pikiran Ziko.

"Ternyata otakmu bekerja saat tengah malam begini," gumam Sarvel membuat Zen berdecak.

"Yaaa, kapan kita menemukan Tera jika kita berjalan seperti kereta api begini? Yang ada kita akan satu bulan di hutan hanya untuk mencari jalang picik itu" dumel Ziko yang kesal kala mereka tak kunjung menemukan apapun.

"Percayalah, ini adalah cara satu- satunya untuk kita melindungi diri dari kejaran hantu dan binatang buas, jika kita bersatu begini mereka akan takut untuk menganggu kita," jawab Glen yang berusaha untuk membujuk Ziko agar tetap jalan berbaris layaknya kereta api.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang