Malam harinya El sedikit merasa kesal juga jengkel kala ia sudah menunggu begitu lama namun Lea tak kunjung pulang.
"Apa ia akan tidur di rumah mama? Apa ia tidak memikirkanku? Awas aja saat pulang nanti, aku akan mendiamkannya," gerutunya sembari melihat acara TV yang ia tonton bersama dengan Wolfy.
Guk guk
"Berisik lo anjing, gara- gara tuanmu aku diturunkan di tepi jalan, awas aja nanti saat pulang, aku akan mencincang tuanmu agar kau bisa makan daging," ujarnya yang begitu kesal dengan Ziko tadi hingga ia membekukan semua kartu debitnya.
Tuk tuk
El langsung diam kala mendengar suara ketukan sepatu.
Apa itu dia, batinnya dalam hati sembari berpura- pura menonton TV dengan ekspresi wajah yang datar.
Dan benar saja, itu adalah Lea.
Astaga, ia bahkan menonton TV dengan begitu tenang tanpa berniat untuk menjemputku di rumah mama, batin Lea kala melihat El duduk anteng di depan TV.
"Wolfy, kemari sayang," panggilnya pada wolfy. Dengan patuh wolfy langsung menghampiri Lea yang membawakan makanan kaleng untuknya.
El langsung menoleh sembari memicingkan matanya kesal saat Lea malah menyapa wolfy dibanding dirinya.
Namun El malah dibuat salah fokus dengan penampilan Lea saat ini.
"Apa tuanmu belum pulang?" tanyanya sembari mengusap lembut wolfy.
El yang dasarnya tidak bisa didiamkan begitu lama sontak langsung buka suara.
"Kau pergi sejak tadi pagi dan pulang langsung memberikan makan malam untuk wolfy, kami berdua menunggumu di sini, kenapa hanya wolfy yang diberikan makan malam sedangkan aku tidak?" tanyanya dengan begitu lucu membuat Lea berusaha menahan senyumnya dan beranjak dari jongkoknya.
"Kukira kamu hanya berdiam diri di rumah sudah makan dengan kenyang mengingat kamu tidak begitu memedulikanku yang masih berada di rumah mama," jawabnya sembari berjalan mendekati El di sofa.
El dengan geram langsung menarik tangan Lea hingga ia duduk di atas pangkuannya.
"Kamu pikir sejak tadi aku bisa duduk dengan tenang di sini saat kamu belum pulang, aku hanya ingin mama memiliki banyak waktu denganmu melihat mama begitu bahagia saat bersamamu, tadinya aku sudah bersiap dan hendak menjemputmu, tapi kamu sudah pulang lebih dulu," jelasnya pada Lea.
Lea yang melihat kunci mobil di samping El percaya jika pria gengsi di depannya ini memang hendak menjemputnya melihat penampilnnya sudah rapi dan wangi.
"Lalu kenapa kamu tadi pagi tidak menyapaku sama sekali setelah mengusir para desainer dan fotografer itu? Kau malah pergi begitu saja," tanya Lea yang sedikit kesal dengan sikap El tadi pagi.
"Karena aku kesal denganmu, kenapa kamu mau saja dipakaikan baju compang- camping seperti tadi? Mana fotografernya laki- laki semua, meski patuh dengan mama, kamu bisa menolak permintaannya, tidak harus selalu mematuhi ucapannya, aku tidak mau sejengkal tubuhmu dinikmati pria lain di luaran sana," jujurnya pada Lea membuat Lea yang mendengarnya merasa sedikit salting dan juga ingin tersenyum saat ini.
"Lalu bagaimana denganmu sendiri? Aku juga tak ingin sejengkal tubuh atau wajahmu dinikmati wanita lain di luaran sana?" El yang mendengar hal itu ingin sekali membanting wolfy atau mengajak wolfy lari- lari saking saltingnya saat ini.
"Lagian mereka tadi minta izin kok sama mama terus minta persetujuanku juga, jadi bukan mereka yang salah, tapi aku juga, jangan marahi orang lain hanya hal sepele karenaku, tanyakan dulu lebih jelasnya," ucapnya sembari merapikan rambut El.
"Tapi aku sungguh tidak mau fotomu dijadikan sampul majalah, aku tak ingin tubuhmu menjadi hidangan mata para pria di luaran sana, kamu hanya milikku, semua tubuhmu itu punyaku, termasuk hidupmu," tegasnya pada Lea.
Lea tersenyum dan mengusap lembut tengkuk belakang El.
"Mereka hanya bisa melihatku, seutuhnya aku tetap milikmu," jawab Lea dengan singkat namun mampu membuat El tak berucap apapun saking salting dan gemasnya saat ini pada Lea.
El mendekatkan wajahnya pada Lea.
"Apa kamu tahu, hanya ucapan singkatmu yang manis dan jujur ini, mampu membuat jantungku tidak baik- baik saja setiap harinya, bahkan aku dibuat jatuh cinta beberapa kali padamu hingga aku lupa caranya untuk bangun dari mimpi indah ini," ujarnya dengan sangat tulus pada Lea.
Lea hanya tersenyum lalu mencium kening El begitu lama.
"Kuharap kamu tak akan pernah bangun dari mimpi indah ini agar kamu bisa jatuh cinta padaku beberapa kali," ucapnya dengan manis membuat El tak bisa menahan senyumnya saat ini.
El langsung mengulum bibir manis Lea untuk mengalihkan rasa saltingnya saat ini.
Lea meremas lembut rambut El kala lumatan itu sedikit memabukkan meski terasa pelan dan intens.
"Akhhh," desah Lea kala El meremas pelan benda kenyalnya dari luar.
El yang sudah lama tidak mendengar suara merdu itu dibuat tersenyum dan girang hatinya.
Ciuman El beralih ke leher jenjang Lea hingga sampai pada belahan di bawah leher jenjangnya.
"Enghhh El," erangnya sembari meremas rambut El kala ciuman itu membuat Lea hampir terbuai.
"Tidak bolehkah jika kita buatkan adik untuk baby Enzo sebelum menikah?" tanyanya menggoda Lea.
"Coba saja jika kamu berani menghadapi mama," jawab Lea menantang El.
El yang mendengar tantangan itu merasa tertarik dan langsung mengangkat tubuh Lea.
"Oke siapa takut, kata mama ia sangat ingin punya banyak cucu. Mari kita buatkan cucu yang banyak untuk mama," ajaknya sembari membawa Lea ke kamar.
Brugh
El menindih tubuh Lea dan menciumi leher jenjang itu dengan gemas.
"Tadi aku ingin membawa baby Enzo pulang namun mama melarangnya," beritahunya pada El.
"Bagus, mama memang sangat perhatian sekali, mama tahu jika kita butuh waktu berdua sebelum menikah besok," jawabnya sembari mengulumi pipi chubby Lea.
Bugh
"Bagaimana jika baby Enzo bangun tengah malam dan lapar? Mama pasti akan sangat kerepotan karena baby Enzo," marahnya pada El.
El mencium sekilas sudut bibir Lea.
"Kenapa kamu selalu mementingkan orang lain dibanding dirimu sendiri, gumam El heran.
"Besok pagi aku akan meminta Ziko untuk menjemputnya," katanya memberitahu Lea.
Lea tampak manggut- manggut senang dan mengalungkan tangannya pada leher El.
"Berhubung baby Enzo di rumah mama, bisakah malam ini aku yang mengisi energi?" tanyanya meminta izin pada Lea.
"TIDAK!" tegas Lea dengan keras dan tegas membuat El tertawa kecil melihat semu merah di pipi Lea.
"Baik, aku akan menahannya sampai malam pertama itu datang. Akan kuisi penuh energiku sampai keesokan hari, tunggu saja hari itu datang," ancamnya pada Lea membuat ia merasa was- was dan panik saat ini.
El yang melihat raut wajah Lea tak bisa berhenti tertawa saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Подростковая литератураEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...