Malam harinya setelah dari kantor, Lea meminta untuk mampir ke markas karena ia harus memeriksa Tera.
Selama di perjalanan El enggan melepas genggaman tangannya dari tangan Lea.
Lea yang was- was dan takut El tidak bisa fokus, beberapa kali memperingatinya.
Namun sayang sekali hasilnya tetaplah sama, sepertinya Lea lupa jika prianya itu adalah tuan El si keras kepala.
Kini mereka telah sampai di markas.
El merengkuh pinggang ramping wanitanya sembari berbisik sesuatu.
"Tetaplah di sampingku, jangan dekat- dekat mereka, kamu paham sayang?" Lea mememutar kedua bola matanya dengan malas.
Di manapun dan kapanpun, El akan selalu posesif dan over protektif dengannya.
Lea hanya manggut- manggut membuat El langsung berhenti.
"Kenapa?" tanya Lea bingung.
"Jawab dulu," pintanya dengan manja membuat Lea tersenyum lebar.
"Iya sayang," jawab Lea dengan sedikit geram membuat El tersenyum lebar dan melepaskan pelukannya pada pinggang ramping Lea.
El melompat kegirangan membuat Lea sedikit terkejut dan malu saat ini.
Para pengawal yang berjaga di samping pintu dan bisa melihat dengn jelas sikap lucu dan menggemaskan El, berusaha mati- matian untuk menahan tawanya.
Mereka meremas kuat celananya, melototkan matanya, mengetatkan rahangnya bahkan menggigit bibir bawahnya untuk menahan tawanya.
Lea yang merasa malu saat ini langsung menarik tangan El untuk masuk ke dalam markas.
"Ayo cepat masuk," serunya sembari menarik tangan kekar itu untuk segera masuk kedalam markas.
Namun keduanya dikejutkan dengan situasi di ruang tengah.
Di mana ruang tengah markas kini menjadi tempat pijat dan urut.
"Arghhhh bangsat sakit, jangan diurut, lututku serasa lepas karena urutanmu," teriak Alvino yang sudah menggelinjang tak karuan saat pengawal mengurut kakinya.
"Hihihi, sakitttttt, hiks hiks," tangis Ziko dan Zen sembari menggigit bantal sofa.
"Flooooooo, arghhh sakit," teriak Glen yang memekakan telinga seisi markas.
"Bangsat jangan teriak arghhhhhhhhh," teriak Sarvel saat kakinya diurut begitu kuat.
El memicingkan matanya saat mereka berteriak tak karuan dan bersikap seperti anak kecil.
"Kenapa dengan mereka?" tanya El sembari menutupi kedua telinga Lea.
"Mereka pergi dari pukul 7 dan kembali pukul 5 sore tadi, tak hanya itu mereka diantar oleh para rombongan biksu, katanya sih mereka baru melakukan perintah Dewa dan sembahyang yang benar dan tepat," jawab pengawal yang tengah berdiri tak jauh dari ruang tengah.
Lea yang mendengar hal itu hanya bisa tertawa kecil.
Ia menarik tangan El dari telinganya dan menghampiri mereka.
"Hei," sapa Lea pada mereka semua.
"LEAAAAAAAA," teriak mereka dengan serentak membuat El memicingkan matanya kala telinganya berdengung akibat teriakan merea.
"YAAAA!" teriak balik El membuat mereka langsung diam.
"Kalian kenapa? Habis jatuh? Atau terkilir?" tanya Lea dengan pelan dan hendak duduk di samping Glen namun si tuan muda posesif El Zibrano langsung menariknya agar duduk di atas pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Teen FictionEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...