Part 64

13.2K 296 0
                                    

Keesokan paginya, seperti biasa Verrel akan datang ke rumah Berlyn, sepupunya itu untuk mengantarnya pergi bekerja.

Verrel menaikkan sebelah alisnya kala mendapati sebuah mobil di depan rumah Berlyn.

Dengan bingung Verrel turun dari mobilnya dan segera masuk ke dalam rumah Berlyn untuk melihat siapa tamu yang datang sepagi ini.

Ceklek

Hal pertama yang Verrel lihat ialah, sepasang insan yang tengah tidur begitu romantis di sofa.

Verrel menutup kembali pintunya dan melihat halaman dan pintu rumah Berlyn.

"Bener ini rumahnya," gumamnya yang kembali membuka pintunya.

Verrel menghela napas berat kala ia masih melihat hal yang serupa dan menutup kembali pintunya.

"Apa mungkin mataku bermasalah?" gumamnya sembari mengusap- usap kedua matanya dan kembali membuka pintunya.

Dan hasilnya tetap sama, ia masih melihat dua insan itu tidur begitu mesra di sofa.

"Enggak bener lagi ini, apa perlu kubakar rumahnya, sejak kapan ia tidur dengan pria di saat ia di rumah sendiri," gumam Verrel sembari mengambil air dari dapur.

Verrel membawa segelas air dan kembali ke ruang tengah.

Syurr

Dengan sengaja Verrel hanya menyiram Sarvel tanpa menyiram Berlyn.

"Arghhh dingin," teriak Sarvel yang terkejut kala wajahnya basah.

Berlyn yang terkejut akan teriakan itu sontak langsung ikut terbangun.

"Kakak," gumam Berlyn terkejut saat melihat Verrel berdiri di sampingnya.

"Tolong jangan salah paham, aku hanya menemaninya tidur awww," ringisnya kala Berlyn mencubit perutnya begitu keras.

"Oh menemaninya tidur ya? Kau benar- benar memiliki nyali yang begitu besar," pujinya sembari ke dapur untuk mencari sesuatu.

"Yaaa, cepat pergi sebelum kau dieksekusi olehnya," usir Berlyn sembari menarik tangan Sarvel untuk segera keluar rumah.

"Apa suamimu itu algojo? Ia sangat garang sekali, andai saja kau menikah denganku, mungkin kau akan hidup bahagia," goda Sarvel yang mana ia ingin melihat reaksi Berlyn kala ia percaya jika Verrel adalah suaminya.

"Persetan dengan dia algojo atau apa, setidaknya ia mampu membunuhmu," jawabnya sembari mendorong Sarvel ke mobilnya.

"Yaaa, mau pergi kemana kau?" teriak Verrel dari dalam rumah sembari membawa pisau.

Sarvel yang melihat hal itu sontak langsung masuk ke dalam mobilnya.

Berlyn lalu mendorong Verrel dan membujuknya untuk masuk ke dalam rumah.

"Wiuhhh," Hela napas Sarvel kala ia selamat dari Verrel.

"Bagaiman bisa ia memiliki kakak seperti itu? Ia sungguh pantas dijadikan malaikat pencabut nyawa bersama dengan Alvino," gumamnya yang mana ia selalu teringat akan alam baka.

Sarvel hendak menjalankan mobilnya kala ia merasa aman dan tak ada yang perlu dikhawatirkan sekarang.

Namun tatapan Sarvel tertuju pada kardus kecil di kursi penumpang di samping kemudi.

Sarvel melihat kanan kiri lalu langsung mengambil kardus kecil tersebut.

Sebuah kertas dengan percikan darah.

SEPERTINYA KAU TAKUT SEKALI HINGGA MENJAGANYA SEMALAMAN. SAYANG SEKALI KITA HARUS BERJUMPA DI MASA YANG AKAN DATANG. AKU PERLU MENUNGGU SESEORANG UNTUK BERMAIN HAL MENYENANGKAN INI. TUNGGU AKU 5 TAHUN LAGI, AKU AKAN KEMBALI MENYAPA KALIAN.

Tulisnya pada kertas yang ada percikan darahnya tersebut.

"Shit," umpat Sarvel kala Archellio mengirimkan tulisan tersebut.

"Ia mencoba mempermainkan El dan Klan Wolf," gumamnya sembari meremas kertas tersebut.

Sarvel lalu melajukan mobilnya menuju ke markas.

Sarvel harus memberitahu mereka semua tentang pesan yang Archellio tinggalkan semalam di mobilnya.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang