Jika El dan Lea telah berbaikan dan tengah bergulat di atas ranjang, di tempat lain ada rombongan para pria tampan yang tengah menaiki pesawat dengan tujuan DC Washington.
Siapa mereka? Tentu para pria tampan penjaga alam baka.
Tidak- tidak, hanya bercanda.
Mereka adalah Alvino dan kawan- kawan.
Tadinya Alvino tidak ikut bersama mereka namun setelah mendengar perintah dari El, ia terpaksa ikut.
Padahal Alvino ingin merilekskan pikirannya dengan menjauhi mereka beberapa hari dan lebih banyak melakukan meditasi.
Namun hal itu hanyalah khayalan belaka setelah El semalam mengirimkan pesan padanya untuk ikut memantau mereka bertiga yang akan menjemput Zen.
"Wahh bukankah awannya sangat indah?" seru Ziko yang mana ia duduk di samping Alvino sedangkan Sarvel dan Glen duduk di belakangnya.
"Kita sedang berada di atas, bukankah itu artinya kita begitu dekat dengan alam baka?" seru Glen membuat Alvino yang tengah memejamkan matanya sembari maskeran dengan reflek menghembuskan napas gusar.
"Alam baka lagiiiii," keluhnya sembari melekatkan masker wajahnya dan berusaha untuk memejamkan matanya.
"Kira- kira seluas apa alam baka ya? Apa tempatnya seindah di atas awan begini?" tanya Sarvel yang mana ia ikut nimbrung dan terseret dengan obrolan gila mereka.
"Kurasa lebih indah di alam baka," sahut Ziko yang begitu senang menatap keluar jendela.
"Setelah sampai di Washington nanti, kita harus mengajak pria kemayu itu dengan kita, ia terlihat luwes dan penyayang, juga sabar. Ia sangat pas jika menjadi malaikat atau peri di alam baka nanti," usul Glen yang diangguki oleh Ziko dan Sarvel.
"Lalu Alvino bagaimana? Apa ia sudah fiks akan menjadi pemanggil arwah?" Alvino yang mendengar hal itu ingin sekali melepas masker wajahnya dan berteriak begitu keras pada mereka bertiga.
Sayang sekali belum ada 15 menit ia memakai masker wajah tersebut, jadi sangat disayangkan jika Alvino melepaskannya sekarang.
"Melihat kepribadiannya yang hanya memiliki kesabaran setipis tisu, ia sangat cocok sebagai pemanggil arwah," timpali Sarvel yang diangguki oleh Ziko dan Glen.
Ziko yang melihat Alvino tampak tenang dan tak terusik sedikitpun oleh obrolan mereka sontak sedikit mendekat.
"Tenang saja, meski kau tidak memiliki kesabaran setebal kamus bahasa inggris, kau masih bisa ikut bergabung dengan circle kita, kami masih mau menerimamu," bisik Ziko pada Alvino.
"Jika nanti kamu tersesat di alam baka dan tidak tahu cara kerjanya di sana, kamu bisa meminta tolong padaku atau bertanya pada yang lainnya, kau tak perlu malu untuk bertanya, kau paham?" ujarnya dengan begitu baiknya pada Alvino.
Ziko diam sejenak dan melihat Alvino yang tampak tenang dan diam seakan begitu menikmati penerbangannya dengan masker wajah yang sudah lama menempel di wajahnya.
"Andai aku bisa mengantarmu ke alam baka, aku akan menjelaskan satu persatu semuanya tanpa terkecuali," ucapnya sembari mendekat pada jendela untuk melihat pemandangannya.
"Ia begitu menikmati penerbangannya hingga tak bisa berkata apapun," gumam Ziko kala Alvino tak menyahut ucapannya.
Alvino yang sejak tadi hanya diam bukan sedang menikmati penerbangan dan masker wajahnya melainkan ia sedang menahan diri dan menghitung waktu untuk melepas masker wajahny dengan tepat waktu.
"ARGHHHH," teriak Alvino yang langsung melepas masker wajahnya.
Sontak semua pasang mata tertuju pada ALvino dengan berbagai macam tatapan.
Ziko yang duduk bersebalahan dengan Alvino benar- benar dibuat terkejut bukan main.
Tak lama datang pramugari cantik menghampiri Alvino.
"Maaf tuan, apa sesuatu telah terjadi? Teriakan anda membuat beberapa penumpang terganggu," ucap pramugari itu dengan sopan dan ramah.
"Yaa, kau bisa buka pintunya sebentar saja, tolong dorong mereka bertiga keluar, kepalaku hampir pecah karena duduk dengan mereka bertiga," keluhnya pada pamugari tersebut.
Pramugari itu melihat Ziko, Glen dan Sarvel.
"Apa anda membuat ulah tuan?" tanya pramugari itu pada mereka bertiga.
Dengan kompak ketiganya menggelengkan kepalanya dengan wajah yang polos dan menggemaskan.
"Lalu apa yang membuat tuan merasa terganggu dengan mereka bertiga?" tanya pramugari itu mencoba untuk bertanya dan mencari solusinya.
Alvino menghembuskan napas berat dan berkacak pinggang lalu menyugar rambutnya sekilas ke belakang.
"Udah, aku akan duduk di dalam toilet saja. Jika bisa, tolong antar mereka ke alam baka, bukankah jalan ke alam baka sangat dekat dengan menaiki pesawat?" ujarnya pada pramugari itu.
Pramugari itu tampak bingung dan menatap mereka bertiga.
Alvino lalu pergi entah kemana dengan leher bantal milik Ziko.
"Apa yang anda perbuat tuan, kenapa teman anda terlihat begitu frustasi seperti itu?" tanya pramugari itu pada mereka bertiga.
"Biasa, ia memiliki iman yang kurang dan kesabaran yang sangat tipis seperti tisu yang direndam air," jawab Glen sekenanya.
"Duduklah di sini bersama kita jika kamu penasaran dengan apa yang kami obrolkan hingga ia merasa frustasi dan memilih untuk pergi ke toilet," tawari Sarvel pada pramugari tersebut.
"Kami hanya mendiskusikan sesuatu hal yang penting dan begitu bermanfaat untuk masa yang akan mendatang," tambah Ziko yang diangguko oleh Glen.
Pramugari itu yang ingin mencarikan solusi untuk Alvino sontak setuju untuk duduk bersama mereka demi bisa membantu penumpangnya duduk dengan nyaman.
Alvino yang kini tengah duduk di tempat pramugara dan melihat pramugari yang tadi menghampirinya malah duduk bersama dengan Ziko kini hanya bisa menghela napas pasrah.
"Bagaimana bisa ia malah duduk di sana bersama mereka?" gumamnya yang heran dengan pramugari tersebut.
Alvino lalu tak memedulikan hal itu dan memilih untuk tidur.
Belum ada 10 menit Alvino memejamkan matanya tiba- tiba.
"Arghhhh,' teriak pramugari itu yang langsung berlari ke belakang.
Alvino yang melihat hal itu hanya bisa menghembuskan napas panjang.
"Maaf tuan, sebenarnya apa yang mereka obrolkan hingga tuan dan teman saya berteriak dan berlari menjauhi mereka dan memilih untuk duduk di sini?" tanya pramugari yang duduk di samping Alvino.
Alvino yang tengah memejamkan matanya dengan santai menjawab.
"Membahas alam baka," jawabnya membuat pramugari itu mengerutkan keningnya tak paham dan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Fiksi RemajaEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...