Part 13

40K 1K 3
                                    

°°°
Mansion El Zibrano

Pukul 5 sore terlihat El baru saja sampai di mansionnya.

Ia terlihat gelisah sekali di mana sesekali ia melirik pada box putih di sampingnya.

"Bagaimana aku mengatakannya," gumam El bingung.

"Jika aku mengatakannya secara langsung, ia pasti akan menolak," tebaknya yang takut jika rencananya gagal.

Yah, tadi mamanya menelpon dan meminta El untuk datang ke rumah.

Tentu El tahu apa yang membuat mamanya memanggil ia ke rumah.

Tentu tentang perjodohan.

Dan El sudah hafal dengan hal itu.

Karena itu El sengaja ingin mengajak Lea ke rumah mamanya.

Bukan hanya untuk memperkenalkannya sebagai calon menantu tapi juga untuk menolak perjodohan tersebut.

Tapi El dibuat bingung untuk mengatakannya pada Lea.

Jika berterus terang, tentu Lea akan menolak.

Hingga senyum smirk itu tampak tampil di bibir seksi El.

"Aku tahu harus mengatakan apa," gumamnya yang langsung turun dari mobil dan segera masuk ke dalam mansion.

Dengan senyum yang lebar El sedikit berlari untuk cepat sampai di kamarnya.

"Kau sudah pulang?" El menoleh dan terlihat Lea duduk di ruang tengah lantai 3.

El langsung memasang raut seriusnya meski hatinya sedang konvoi dan berdebar hebat.

Ia berjalan menghampiri Lea dengan jantung yang berdetak begitu keras sekali.

"Apa dia sudah tidur?" Lea hanya mengangguk pelan.

"Karena kau sudah di sini, aku akan kembali ke rumah sakit," ucapnya sembari beranjak dari sofa.

El langsung menghadang jalan Lea.

"Apa boleh aku meminta bantuanmu untuk malam ini?" Lea menaikkan sebelah alisnya membuat El ingin sekali menerkamnya saat ini.

El menunduk menatap paper bag yang sejak tadi ia bawa.

"Bukan maksud ingin mengungkit, tapi bukankah papamu sudah aman dan dirawat di rumah sakit. Aku sungguh butuh bantuanmu," ucap El yang kini mulai mode serius.

"Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Lea yang terlihat cemas membuat El ingin sekali rasanya tertawa.

"Aku dijodohkan," jawab El sepotong membuat Lea sedikit melebarkan matanya dengan senyuman yang mengembang.

"Serius? Bagus dong. Terus apa yang harus kubantu?" tanya Lea yang mana hal itu membuat ekspresi El seketika berubah masam.

"Oh kau ingin aku menjaga baby Enzo? Atau membantu pernikahanmu? Apa yang harus kubantu, cepat katakanlah," ucap Lea dengan begitu antusiasnya membuat El menatap Lea dengan kesal dan berkacak pinggang sebelah.

El mencoba untuk menahan segala emosinya.

Dan ia ingin sekali berteriak begitu keras sekali di telinga Lea jika dialah wanita yang akan ia nikahi nantinya bukan wanita lain.

Tapi El harus sabar dan menahan semua ucapan itu.

Demi malam ini saja.

"Bukan itu, aku ingin kau menjadi pasangan pura-puraku demi menolak perjodohan itu," jawab El dengan singkat dan padat.

Di mana jawaban itu mampu membuat Lea menatap El dengan wajah yang menggemaskan.

"Aku? Jadi pasangan pura-puramu?" El mengangguk.

"Ah tidak-tidak, menjadi busui putramu saja itu sudah membuatku pusing setiap hari karenamu, apalagi drama baru menjadi pasangan pura-puramu, tidak. Itu hanya akan membuat kepalaku meledak," tolaknya dengan tegas dan berterus terang.

El mencoba mempertahankan aktingnya saat ini demi bisa mendapatkan simpati dari Lea.

Lea yang melihat El hanya diam dan menatapnya kini berusaha memalingkan wajahnya.

Hingga helaan napas kasar Lea terdengar sembari merebut paper bag dari tangan El.

"Hanya untuk malam ini," tegasnya pada El sembari melenggang pergi ke kamar untuk berganti baju.

BRAK

Pintu tertutup dan El seketika melompat kegirangan tanpa suara.

Beberapa kali ia mencoba bersikap biasa saja namun detik kemudian kembali melompat kegirangan.

El lalu memilih untuk berganti baju di kamar Ziko selagi menunggu Lea dandan.

Mungkin hampir 15 menitan El duduk di ruang tengah menunggu Lea namun tak kunjung keluar juga dari kamar.

"Ini dia dandan apa buka salon, lama banget," gumamnya sembari menghampiri Lea ke kamar.

El masuk ke dalam dan tidak melihat keberadaan Lea.

Mungkin di walk in closet pikir El yang langsung menuju ke sana.

Langkah El langsung terhenti kala melihat Lea tampak kesulitan dalam meraih resleting gaunnya.

Senyum devil itu tampak terbit di bibir El.

Ia langsung menghampiri Lea dan membantunya untuk menarik resleting gaunnya.

Lea seketika menelan ludahnya kala El sudah berada di belakangnya.

El lalu memasangkan rendra yang digunakan untuk menutup bagian dada Lea.

Lea sedikit terkejut kala tangan kekar itu berada pada pinggang rampingnya.

"Sempurna," pujinya tepat di belakang telinga Lea.

Lea langsung berbalik sebelum El melakukan hal yang semakin jauh.

"Ayo kita berangkat," ajaknya pada El dan hendak pergi.

Namun El langsung menghadang jalan Lea.

Lea menatap kesal El kala ia selalu memancing keributan.

"Bibirku kering," adunya pada Lea.

"Lalu?" tanya Lea dengan ketus sembari sedikit melangkah mundur.

El tersenyum sembari mendekati Lea.

"Bisa kamu pakaikan pelembab?" pintanya pada Lea.

"Ada di meja rias," jawab Lea dengan polosnya membuat El tersenyum tipis.

"Bukan pelembab itu, tapi ini," jawabnya sembari merengkuh pinggang Lea dan melumat bibir pink yang sejak tadi begitu menggoda iman El.

Lea langsung mendorong dada bidang El sembari mendelik kesal.

"Ngeselin banget sih jadi orang, kan ada pelembab. Jadi berantakan kan?" marah Lea kala lipstiknya sedikit berantakan karena lumayan El.

El yang sedang menatap bibirnya di pantulan cermin hanya tersenyum tipis.

"Ini pelembab alami, mau dibuat berjemur 2 hari sekalipun enggak bakalan kering," jawabnya dengan santai membuat Lea ingin sekali memukul kepalanya saat ini.

Lea langsung melenggang pergi keluar dari walk in closet.

El hanya terkekeh dan mengusap bibirnya dengan ibu jari.

"Apa yang ia makan hingga bibirnya begitu manis. Heran gue," gumamnya sembari mencecap ibu jarinya lalu segera menyusul Lea keluar.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang