Part 78

14.5K 354 8
                                    

Mansion El Zibrano

Keesokan paginya, El yang merasa dingin dan malas untuk pergi ke kantor terlihat masih terlelap di ranjangnya.

Ia meraba sampingnya dengan niat ingin memeluk Lea.

El langsung membuka kedua matanya kala ia tak menemukan siapapun di sampingnya.

"Sayanggg," teriaknya dengan keras yang mana ia langsung turun dari ranjang untuk mencari Lea.

El langsung keluar kamar dan memeriksa bagian dapur.

Kosong.

Namun di meja makan sudah penuh dengan semua menu sarapan.

El dengan begitu tergesa menuruni anak tangga untuk menemukan Lea.

"ZIKOOOOO," teriaknya dengan keras kala sampai di lantai 2.

"Argh shit, ia pasti masih berada di markas," gumam El yang mengumpat kesal kala ia tak menemukan Ziko dan Lea.

Dengan cepat El turun ke lantai satu berharap ia bisa menemukan Lea.

El menghembuskan napas panjang kala melihat Lea di ruang tamu dengan laptop di tangannya.

"Untung enggak ngilang lagi, bisa gila aku jika dia pergi lagi," gumamnya sembari memegangi dadanya yang berdetak begitu hebat sekali.

"LEAAAA," panggilnya dengan keras membuat Lea yang tengah melakukan panggilan video sontak menoleh.

"El kamu sudah bangun?" tanya Lea sembari meletakkan laptopnya di atas meja.

El dengan bibir yang mengerucut langsung menghampiri Lea.

"Kenapa enggak bangunin aku jika kamu sudah bangun, hmm?" tanyanya sembari duduk di samping Lea.

Lea diam tak menjawab sembari melirik laptopnya untuk memberikan kode jika ia tengah melakukan panggilan video dengan Nico.

El yang bingung dengan lirikan Lea perlahan menoleh dan terlihat Nico menunjukkan wajah datarnya.

"Siapa dia?" tanya El pada Lea.

"Dia yang namanya Nico, sahabat kecilku," jawabnya membuat El beroh ria begitu panjang dan memulai dramanya.

"Jadi ini yang namanya Nico, yang bawa kabur kamu dariku?" tanyanya sembari memeluk pinggang Lea dan menatap Nico dengan sedikit tak suka.

Nico tampak membuang napasnya kasar.

"Bawa kabur? Apa kau tidak merasa bersalah karena menampung Lea di sana dan mengajaknya tidur tanpa status yang jelas? Bersikap seolah kau suaminya, cihh dasar bocah tengik," olok Nico dengan berani membuat El membulatkan kedua matanya mendengar hal itu.

"Apa kau bilang? Bocah tengik? Bukankah sikapmu begitu kasar pada orang yang lebih tua darimu? Kau berbicara informal padaku, dasar bocah astral enggak tahu sopan santun," olok balik El membuat Lea menggigit bibir bawahnya.

"Dia 2 tahun lebih tua darimu," ujar Lea sangat pelan membuat El langsung membasahi bibirnya sekilas.

Nico yang melihat wajah El saat ini ingin sekali tertawa.

"Persetan dengan siapa yang lebih tua, dia tetap tidak sopan padaku," ketusnya yang tak mau kalah.

"Bagaimana bisa kau jatuh hati pada pria gila sepertinya, coba kamu menuruti ucapanku untuk menikah dengan duda kaya raya di sini, kamu pasti akan hidup bahagia dan nyaman dengannya," kompori Nico yang ingin melihat reaksi El.

El langsung menatap Lea dengan sedikit kaget.

"Kamu akan dijodohkan dengan duda juga di Washington?" tanya El pelan pada Lea.

Lea hanya diam sembari membasahi bibir bawahnya.

"Aku sudah menolaknya," jawab Lea membuat El menghembuskan napas lega.

"Dia sangat tampan dan kaya, juga lembut dan penyayang, dan sangat sopan pada orang tua," sindir Nico pda El.

El berdecak dan ingin sekali membalas sikap Nico yang sedikit menjengkelkan saat ini.

"Kamu jadi kan besok kemari?" tanya Lea yang mengalihkan perdebatan keduanya.

"Ya. Tapi aku harus pergi ke suatu tempat lebih dulu," jawabnya membuat Lea mengangguk di mana ia paham maksud Nico.

Keduanya lalu larut dalam obrolan di mana El yang masih duduk di samping Lea hanya sebagai pendengar setia.

El mencoba mencari perhatian Lea dengan mengusap- usap paha Lea atau perut ratanya.

Namun semuaitu tak membuat Lea menatapnya atau mengakhiri obrolannya dengan Nico.

Hingga El salah fokus kala menatap Lea dari samping di mana pipi chubby itu benar- benar membuat El merasa lapar.

"Aku akan mphh," ucapan Lea terpotong kala El mencium pipinya dengan begitu gemas.

Lalu detik kemudian El menggigit gemas pipi chubby itu dan sesekali mengecupnya singkat.

Nico yang melihat hal itu langsung memalingkan mukanya.

"El masih ada Nico di sana," ujar Lea yang malu kala El tak hentinya menciumi dan menggigiti pipi chubbynya.

"Yaaa, apa kau sungguh lapar? Lahap saja pipinya jika itu membuat mu berhalusinasi seperti bakpao," kesal Nico membuat El menoleh menatap laptop Lea yang masih menunjukkan Nico di sana.

"Oh maaf, aku lupa jika masih ada kamu di sana," ujarnya dengan begitu enteng sekali membuat Nico mendesis.

"Lea aku tutup dulu teleponnya, telpon aku lagi jika dia sudah pergi," pesannya pada Lea sebelum mengakhiri teleponnya.

Lea hanya mengangguk membuat El yang melihatnya merasa kesal.

"Kamu sungguh akan menelponnya lagi setelah aku pergi?" tanya El dengan begitu posesifnya.

Lea tersenyum sembari menyugar rambut El ke belakang.

"Apa kamu sungguh cemburu dengan Nico?" El mengangguk tanpa malu membuat Lea tersenyum dan tersipu malu melihat reaksi El barusan.

"Untuk apa cemburu dengan sahabat kecilku sendiri, lagian dia juga sudah punya wanita yang ia cintai," beritahu Lea pada El.

"Tapi ia sangat posesif denganmu," cetusnya dengan perasaan yang masih kesal.

Lea mengalungkan tangannya pada leher El.

"Kamu percaya denganku tidak" El mengangguk membuat Lea tersenyum lalu mengecup singkat bibir El.

Cup

"Aku akan mandi sebentar, setelah itu kita sarapan," beritahunya sembari melepaskan tangannya dari leher El dan beranjak ke lantai atas.

El yang baru saja mendapatkan vitamin pagi, mendadak linglung dan lupa diri.

"Astaga, ini sungguh tidak baik untuk kesehatan jantung, bagaimana jika aku mengidap penyakit jantung koroner karena sikap manisnya? Aku harus memeriksakan jantungku pada Oclas," gumamnya sembari memegangi dadanya dan berguling- guling di sofa.

Andai di sini ada Ziko dan melihat sikap manis El saa ini, mungkin ia akan menertawakannya.

Dia benar- benar terlihat bukan seperti El.

Lebih seperti El junior yang berusia 10 tahun.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang