Part 106

11.2K 290 0
                                    

Keesokan harinya, Alvino sudah tampak rapi dengan setelan jasnya.

Ia berada di ruang tengah sembari menunggu Shakila yang tengah dandan.

Ya, ia masih berada di rumah Shakila.
Ia ingin berangkat bersama dengan Shakila untuk menghadiri pernikahan El dan Lea.

Alvino menoleh kala mendengar suara ketukan high heels.
Terlihat betapa cantik dan seksinya Shakila saat ini dengan gaun yang ia pesankan semalam.

"Ayo kita berangkat," ajaknya sembari membenahi rambutnya.

Alvino beranjak dari sofa dan menghampiri Shakila.

Shakila sedikit gugup saat ini kala melihat Alvino mendekatinya tanpa mengalihkan tatapannya saat ini.

"Kenapa? Jelek ya? Atau dandanannya terlalu menor?" tanyanya dengan takut membuat Alvino tersenyum tipis dan merengkuh pinggang ramping itu untuk merapat ke tubuhnya.

"Kau sangat cantik sekali sayang, kau terlihat seperti wanita dewasa," pujinya sembari mencium punggung tangan Shakila.

Shakila yang mendengar pujiannya itu hanya bisa membasahi bibir bawahnya.

Alvino merengkuh tengkuk Shakila dan melumat lembut bibir yang kini akan menjadi candu baginya.

Rasanya ia tak mau melepas pangutan itu kala sudah merasakan manis dari bibir Shakila.

Alvino terlihat semakin agresif dan ciumanya semakin intens.

Perlahan Shakila mendorong dada bidang Alvino untuk menghentikan ciumannya.

Keduanya saling beradu pandang dengan napas yang sedikit terengah.

"Bukankah acaranya pukul 5, kita akan telat jika tak berangkat sekarang," ucapnya dengan gugup membuat Alvino tersenyum dan mengecup singkat sudut bibir Shakila.

"Baik, sepulang dari pernikahan nanti aku akan membuat bibirmu bengkak," ujarnya sembari menggandeng tangan Shakila untuk segera berangkat.

•••
Pantai Scalo Maestro

Ada Glen bersama Flo, Sarvel bersama Berlyn serta dua sejoli somplak yang tengah mengobrol ria sembari menunggu acara di mulai.

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana bahagianya El saat ini," seru Flo membuat mereka mengangguk setuju.

"Setidaknya rasa tertekanku akan sedikit berkurang jika ia sudah menikah dengan Lea, mungkin hatinya akan sedikit melembut dan halus, tidak seperti dulu layaknya psikopat," gumam Ziko yang mengingat bagaimana dulu sikap bengis dan kejam El.

"Ibarat kata si buaya dapat pawang yang tepat ya ini," timpali Zen yang sedikit tidak rela kala El bisa mendapatkan Lea namun ia turut bahagia saat tahu betapa tulus dan besarnya cinta El pada Lea.

"GLEN, SARVEL, ZIKO, ZEN. LIHAT AKU! AKU PUNYA PENGGANTINYA LEA, INI TEMAN HIDUPKU. MANA TEMAN HIDUP KALIAN?" teriak Alvino yang baru datang sembari menggandeng tangan Shakila membuat semua tamu undangan memberikan tepuk tangan dan cuitan.

"Yaa, apa kita tidak salah lihat?" tanya Ziko yang sedikit terkejut dengan kejutan ini.

"Si anjing dari kutub utara udah jinak? Imut bener pawangnya," gumam Glen yang juga terkejut kala melihat Alvino dan Shakila.

"Ternyata dewa itu adil ya, Alvino yang suka emosian dan memiliki kesabaran setipis tisu dewa pasangkan dengan gadis imut- imut seperti itu, kan jatuhnya ia seperti pedofil," komentar Sarvel yang tah habis pikir dengan kejutan ini.

"Bagaimana bisa ia mendapatkan gadis seimut itu padahal ia menyebutkan nama dewa yang salah, kenapa aku jadi ragu- ragu jika sebenarnya dewa mahabarata itu ada, tapi kan dikitab enggak ada nama dewa mahabarata," gumam Zen yang lebih tak percaya kala doa Alvino terkabul meski menyebutkan nama dewa yang salah.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang