Part 103

10.6K 241 2
                                    

Setelah kesal dengan mamanya, kini El berakhir bersama dengan Ziko dan Zen.

Kemana? Hanya mutar- mutar kota.

"Yaaa, apa kita hanya akan mutar- mutar tanpa ada tujuan?" tanya Zen yang sudah tak betah berada di dalam mobil.

"Aku yang beli bahan bakarnya, mau keliling satu kota seharian apa masalahnya denganmu," ketus El dengan sedikit emosi kala Zen merusak lamunannya.

"Tapi yang nyetir tangannya udah hampir lepas," sahut Ziko yang bertugas mengemudi.

"Yaudah tinggal nglepas aja apa masalahnya," jawab El dengan enteng membuat Ziko menutup rapat mulutnya agar tidak berkata kasar.

"Menurut kalian, Lea sekarang langsung pulang atau masih di rumah mama?" tanya El yang merasa cemas sendiri setelah tadi tidak mengajak Lea pulang dan malah meninggalkannya begitu saja di rumah mamanya.

"Di rumah tante Tesalah, yakali pulang," jawab Ziko mengompori yang malah diangguki oleh Zen.

"Emangnya dia enggak takut aku marah?" tanya lagi El.

"Ya enggaklah, ngapain takut denganmu kalau backingannya tante Tesa," jawab Ziko lagi yang diangguki oleh Zen.

El membuang napasnya gusar.

"Bagaimana jika foto Lea benar dijadikan sampul majalah? Pasti para pria di luaran sana akan membeli majalah itu hanya untuk dipandangi sampulnya," gumam El yang kini mulai menebak- nebak dan was- was.

"Enggak akan," jawab Ziko sok tahu.

"Tapi tadi kau lihat sendiri kan bagaimana mereka berantusias memfoto Lea, bagaimana jika foto itu benar dijadikan sampul majalah dan menjadi booming pasti Lea bakal dijadikan brand ambasador mereka, aku tidak ingin Lea menjadi seorang model," bantah El lagi.

"Yaudah cabut aja investasi yang pernah kau tanam pada mereka," suruh Ziko pada El.

"Tapi jika kucabut investasinya, mama akan sangat marah denganku," protesnya yang terlihat bimbang.

"Yaudah itu artinya kau harus membiarkan foto Lea dijadikan sampul oleh mereka, kan enak pas nikahan dapat sponsor dari mereka," ujar Ziko membuat El berdecak.

"Aku tidak mau foto Lea dijadikan sampul majalah, tapi aku juga tidak berani mencabut investasinya, pasti mama nanti bakalan marah banget, tapi nanti foto Lea dijadikan sampul, gimana dong Zik, bimbang banget sekarang," rengeknya dengan segala kebimbangannya.

CIT

Tiba- tiba Ziko menghentikan mobilnya lalu turun dari mobil.

Ia lalu menarik tangan El untuk keluar dari mobil.

Zen yang melihat hal itu dibuat menganga tak percaya.

Ziko kembali masuk ke dalam mobil dengan helaan napasnya.

"Akhirnya beban mobil telah dikeluarkan," gumamnya sembari melajukan mobilnya meninggalkan El di jalan.

Zen melihat El yang ditinggal di pinggir jalan sembari melontarkan segala sumpah serapahnya.

"Yaaa, apa yang kau lakukan? Apa kau sudah tak butuh pekerjaan hingga bosan hidup?" tanya Zen yang kini merasa was- was sendiri dengan nasibnya.

Ziko diam sejenak namun detik kemudian mencoba bodoh amat.

"Salah siapa udah dikasih jawaban masih aja nanya mulu, ulah- ulahnya sendiri, cemas- cemas sendiri, aku menurunkannya di jalan hanya untuk membantunya menyelesaikan masalah, agar ia kembali ke rumah tante Tesa untuk memeriksa apaka Lea masih berada di sana atau sudah pulang," jawab Ziko dengan begitu enteng dan gamblangnya.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang