Part 23

32.6K 774 6
                                    

Keesokan paginya Lea terbangun kala merasa berat pada tubuhnya.

Perlahan ia mengerjapkan matanya beberapa kali hingga terbuka sempurna.

Lea sedikit silau kala sinar mentari sedikit menembus gorden dan mengenai wajahnya.

Tunggu?

Seperti ada yang tidak beres.

Lea seperti merasakan sesuatu yang hangat pada benda kenyalnya.

"Akhh," ceplos Lea mendesah kala El meremas sekilas benda kenyalnya.

Lea mendelik kesal dan menyibak selimutnya.

Terlihat tangan El sudah berada di dalam bajunya.

Lea sedikit menoleh ke belakang dengan susah payah di mana El memeluknya erat.

Lea dengan cepat mencoba menarik tangan El untuk keluar dari bajunya.

Sayang sekali, semakin ia menarik tangan El, El akan semakin meremasnya.

"Yaaa! Keluarkan tanganmu," pekiknya dengan kesal.

El yang memang sudah bangun sejak tadi dan hanya berpura-pura tidur kini terkikik geli.

"Kau mau kemana sayang? Ini masih pagi," ucapnya dengan serak sembari menarik tubuh Lea untuk melekat padanya ditambah remasan pada benda kenyalnya kini begitu menggelikan dan sedikit nikmat.

Lea tak kehabisan ide, ia berusaha mencubit sekeras mungkin paha El.

Namun hal itu malah membuat El tertawa.

"Akhhh," desah Lea kala El menggigit gemas tengkuk belakangnya.

"Akhh le-lepas ah kan," desah Lea menggelinjang kala terasa geli pada tengkuk belakangnya.

El lalu membalik tubuh Lea untuk terlentang.

"Yaaa! Lepaskan sebelum aku menghajarmu," ancam Lea sembari menarik kaos El.

El tertawa geli kala mendengar ancaman itu.

"Bagaimana bisa kamu mengancamku di saat kamu sudah berada di bawah kungkunganku?" tanyanya sembari meremas- remas lembut benda kenyal Lea.

DUGH

"Arghhh," teriak El kala Lea menendang kemaluannya.

Lea segera bangun dan turun dari ranjang untuk menyelamatkan diri dari si mesum.

Kedua mata Lea sedikit membulat saat melihat bra-nya sudah tergeletak di lantai.

"Aish, bandit ini," umpatnya sembari menyambar cepat bra-nya dan segera ke kamar mandi.

Sedangkan El masih guling-guling di atas ranjang sembari meringis kesakitan.

"Bagaimana bisa tendangannya begitu kuat mengalahkan Beckham," gumam El heran dengan kekuatan Lea.

Terdengar suara gemericik air membuat El berhenti mengerang.

Senyum devil itu sontak terbit pada bibir El.

Dengan sedikit kesulitan ia mengambil remote kontrol di dalam laci untuk membuka gorden coklat tersebut.

Tak lama terdengar suara baby Enzo bangun.

El dengan cepat langsung mengambil baby Enzo dan membawanya ke ranjang.

"Jangan nangis ya son, kita lihat mamamu mandi. Setelah ini minum susu bersama, ok?" gumamnya pelan sembari berbaring di samping putranya.

Keduanya menatap kaca transparan itu layaknya menonton bioskop.

Sekali-kali El tersenyum atau tertawa kala melihat tubuh Lea yang memang tidak terlalu jelas namun dari kaca transparan itu El bisa memastikan jika itu tubuh yang sangat ideal baginya.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang