Part 84

12.5K 253 0
                                    

Markas Albania

Ada Archellio yang terlihat sangat- sangat marah saat ini.

Bagaimana tidak marah, setelah semua siasat dan rencana yang sudah ia atur sedemikian rupa dengan begitu rincinya untuk menunggu waktu yang tepat, Lea tiba- tiba saja datang tanpa kabar.

"Apa rencana anda selanjutnya tuan?" tanya Ven pada Archellio yang merenung dengan sebatang rokok di tangannya.

Archellio menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya secara perlahan.

"Apalagi, Lea sudah kembali, ia pasti akan menyerang kita dengan anak buah yang papanya miliki, terlebih ada Nico di sampingnya, tentu mereka adalah kelompok yang tak bisa diremehkan begitu saja di tambah El di sisi Lea," jawab Archellio yang sejak tadi mencemaskan hal itu.

"Tapi anda bisa meminta bantuan dari seseorang yang anda percayai bukan?" tebak Ven yang diangguki oleh Archellio.

Archellio mematikan rokoknya lalu beralih menuang alkoholnya.

"Menurutmu kenapa ia kembali secepat itu? Apa tempo hari ia hanya menghilang sebentar saja? Atau sedang menyembunyikan Cornelio di tempat yang aman selagi nanti menyerang kita?" tanya Archellio yang merasa penasaran dengan kembalinya Lea yang begitu cepat dan tiba- tiba.

Ven tampak berpikir dengan segala pertanyaan Archellio.

"Padahal pembunuhan sahabat serta pamannya sudah cukup untuk membuat ia membenci El dan menjauhinya, kenapa ia sekarang malah kembali lagi bersama dengan El, seakan tidak terjadi apapun, bukankah itu aneh?" gumam Archellio yang merasa penasaran dan sedikit janggal dengan hal itu.

Ven yang memiliki jawaban dari semua pertanyaan Archellio sontak langsung membulatkan kedua matanya sembari meletakkan gelasnya.

"Jangan- jangan Lea pergi sebentar hanya untuk membuktikan jika El bukan pembunuhnya, maka dari itu kini mereka kembali bersama tanpa ada pertikaian seperti yang kita inginkan," jawab Ven dengan tepat membuat Archellio menenggak perlahan alkoholnya.

"Benar juga, memang sangat sulit untuk membodohi Lea jika hanya dengan rencana pasaran seperti ini," gumam Archellio yang mengakui jika Lea tidak seperti wanita pada umumnya.

"Apa lagi yang harus kita lakukan untuk bisa memisahkan mereka, mereka tidak boleh bersatu, jika tidak, kita akan kalah telak," ujar Archellio yang sepertinya dibuat ketakutan dan ketar- ketir saat ini.

Ven kini ikut berpikir bagaimana caranya untuk memisahkan mereka berdua.

"Bagaimana jika kita cari pembunuh itu? Yang membunuh Nancy dan Graham," usul Ven membuat Archellio menjentikkan jarinya dengan senang dan berbinar.

"Ide yang bagus," puji Archellio yang merasa senang saat ia memiliki ide yang bagus untuk kembali memisahkan El dan Lea.

"Tapi tunggu, bagaimana caranya untuk mencari pembunuh itu?" tanya Archellio yang benar- benar dibuat gila hanya dengan memikirkan hal ini.

"Tunggu, jadi bukan kalian yang membunuh Nancy?" sontak Ven dan Archellio menoleh dan sedikit terkejut saat melihat Tera berdiri di ambang pintu.

"Sejak kapan kau berdiri di sana?" taya Archellio dengan sengit sembari menodongkan pistol ke arah Tera.

Tera tanpa takut langsung menutup pintunya dan menghampiri Archellio.

"Bodoh amat dengan pertanyaanmu, katakan padaku sekali lagi, jadi bukan kalian yang membunuh Nancy?" tanya Tera sekali lagi untuk memastikan di mana ia benar- benar ingin sekali tahu siapa pembunuh papanya.

Archellio kembali mengongkang senjatanya dan kembali menodongkannya pada Tera.

"Kita memang memutuskan untuk saling bekerja sama tapi bukan berarti kau bisa keluar masuk di markasku terlebih ruang pribadiku," tekan Archellio pada Tera.

Tera membuang napas kasar lalu menjelaskan pada Archellio tentang dirinya yang dijebak Lea dan berakhir ditahan El di markasnya dan kini tengah melarikan diri dari mereka.

Archellio yang mendengar penjelasan Tera sontak langsung membulatkan kedua matanya marah.

"Apa mereka mengikutimu?" tanya Archellio dengan galak.

Tera menggelengkan kepalanya dengan santai.

"Aku lewat hutan belakang markas," jawabnya dengan enteng.

"Tapi bukan itu permasalahannya saat ini, aku ingin memberitahumu tentang rencana mereka, kau tidak penasaran?" tanya Tera yang menawari Archellio dengan  hal yang mengejutkan tersebut.

Archellio lalu menyimpan pistolnya lalu kembali meraih gelas alkoholnya.

"Kau tahu kan akibat yang akan kau tanggung jika mengkhianatiku?" tanya Achellio yang mengingatkan Tera akan ancaman yang selalu Archellio lontarkan pada Tera setiap kali ia melaporkan sesuatu.

Tera mengangguk dengan mantap da penuh percaya diri.

"Mereka akan menyerangmu," beritahu Tera dengan terus terang membuat Archellio hampir saja tersedak karena itu.

"Kau serius?" tanya Archellio yang hampir tak percaya.

Tera kembali mengangguk.

"Kau tahu kenapa Lea kembali lebih cepat dari Washington? Karena ia hanya ingin membuktikan jika bukan El pembunuh sahabatnya, karena itu ia kembali bersama dengan El tanpa ada pertikaian," jelasnya yang mana jawabannya sama persis sepert Ven tadi.

"Kan benar tuan ucapan saya," tambahi Ven yang merasa senang saat tebakannya benar.

"Kini ia tengah bergabung dengan kelompok El dan memiliki rencana untuk menyerangmu, Lea terlihat begitu ambis dan gencar dalam mencari pembunuh Nancy. Lea terlihat begitu percaya diri sekali jika kau pembunuhnya Nancy," tegas Ter pada Archellio.

Tak

Archellio meletakkan gelasnya di atas meja dengan sedikit kasar.

"Sialan, kenapa malah berbanding terbalik, ini namanya senjata makan tuan," gumam Archellio yang beberapa kali mengumpat dengan kesal.

"Tapi obrolan kalian tadi, kalian sungguh bukan pembunuhnya Nancy?" tanya Tera sekali lagi untuk memastikan di mana ia berusaha memancing Archellio untuk buka suara agar ia bisa tahu pembunuh papanya.

Di mana pembunuhan itu memiliki ciri khusus pada korbannya yaitu 10 tusukan pada perut dan bekas cekikikan pada lehernya yang membiru.

"Awalnya kita memang berniat untuk menghabisi sahabat Lea dimulai dari Nancy, namun sebelum kita bergerak, dia sudah mati lebih dulu, entah siapa yang melakukannya namun hal itu sangat menguntungkan bagi kami, di mana hal itu bisa kumanfaatkan untuk memfitnah El dan memisahkan mereka berdua, dan sialnya Lea secerdik itu dan kini mereka kembali lagi bersama," jelas Archellio dengan jujur membuat Tera dibuat bertanya- tanya dan semakin merasa penasaran.

"Bagaimana caranya untuk memisahkan mereka kembali?" gumam Archellio yang dibuat sangat- sangat bimbang sekali saat ini, antara menghadapi Lea dan El atau bagaimana.

"Aku tahu bagaimana cara memisahkan mereka berdua," ujar Tera dengan berbinar dan senyum yang lebar membuat Archellio menyipitkan tatapannya.

Tera sontak langsung berdiri dan mendekat ke arah Archellio untuk membisikkan rencananya.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang