Part 101

10.9K 242 0
                                    

Rumah Berlyn

Sarvel baru pulang pukul 6 pagi ini setelah semalam membantu El mempersiapkan acara melamar Lea.

Dan karena mereka keasyikan pesta di pantai kemarin, alhasil pukul 4 tadi mereka baru usai acara bakar- bakarnya dan segera kembali ke Milan sebelum hari pagi.

Dan kini Sarvel pulang langsung menuju ke rumah Berlyn bukan ke mansionnya.

Ya karena ia sangat merindukannya.

Dengan sangat hati- hati ia masuk ke dalam rumah Berlyn.

Bukan karena takut dengan Berlyn melainkan lebih takut dengan anjing peliharaannya.

Bukan maksudnya Verrel.

Sarvel tersenyum lebar kala ia tak menemukan siapapun di ruang tengah.

Beruntungnya Sarvel begitu pandai menduplikat semua pintu rumah Berlyn, jadi tak ada kata sulit untuk dirinya bisa masuk ke dalam rumah sederhana tersebut.

Segala cara ia upayakan untuk bisa bertemu dengan sang kekasih.

Sarvel langsung menuju kamar Berlyn untuk melihatnya.

Senyum merekah dari bibir Sarvel menandakan ia begitu girang dan bahagia saat ini.

Bagaimana tidak, ia melihat Berlyn masih terlelap di atas ranjangnya dengan begitu lucunya.

Apalagi, Sarvel segera masuk ke dalam kamar dan melepas jaket hitamnya.

Karena semalaman suntuk ia tidak tidur, alhasil ia akan tidur seharian hari ini bersama dengan Berlyn.

Dengan hati- hati Sarvel naik ke atas ranjang menyelinap masuk ke dalam selimut dan langsung memeluk Berlyn dengan senyuman yang lebar.

Dengan hati- hati Sarvel naik ke atas ranjang menyelinap masuk ke dalam selimut dan langsung memeluk Berlyn dengan senyuman yang lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sudah pulang?" tanya Berlyn dengan suara seraknya.

"Apa aku membangunkanmu?" Berlyn hanya tersenyum tipis.

"Dari mana saja kamu semalam?" tanyanya saat Sarvel menciumi matanya dengan gemas.

"Semalam aku hampir kehilangan tangan kananku gara- gara Ziko si gila," jawabnya yang selalu kesal jika mengingat kebodohan Ziko semalam.

Berlyn yang mendengar hal itu hanya tertawa.

"Kenapa?" tanyanya ingin tahu.

"Nyalain petasan sumbunya dihadepin ke bawah, masih untung belum meledak, coba kalau udah meledak, mungkin udah nyusul astronot di bulan," jawabnya dengan bibir yang sedikit dimajukan membuat Berlyn yang melihatnya tertawa kecil.

Berlyn lalu membuka kedua matanya dengan sempurna untuk bisa melihat jelas wajah Sarvel.

"Ngapain nyalain petasan? Apa kalian segabut itu?" tanya Berlyn ingin tahu.

"El melamar Lea, wanita yang kemarin kuceritakan," ucapnya membuat Berlyn hanya beroh ria saja.

Berlyn lalu merubah posisinya untuk terlentang karena sedikit sesak saat Sarvel mendekapnya.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang