JIKA AKU BERCERITA TENTANG KALIAN

530 5 0
                                    

_________________________________
Oleh : Manda'AM

*didedikasikan untuk pembaca yang konsisten.
_________________________________

Baik mari kita panaskan
Dan jangan lupa rapatkan barisan
Lawan kita bukanlah sembarangan
Mereka seonggok manusia yang berdandan

Ayo! Inikan yang kalian impikan?
Melihat sajak yang kontra-kegalauan?
Ini sajak ku, sajak tentang peperangan
Antara militan dan supremasi feodalis
Apakah ilmu mu sudah siap menjadi benteng ketika nepotis
Mengganggu idealis?

Ah basi!!
Ngomong idealis!
Kalian itu semua pasar!
Kebanyakan minta sangar!

Kau anggap realitas sosial sebagai estetika?
Ah parah!
Betapa tidak kau bayangkan
Bahwa itu membuat aku menjadi penakut
Jariku gemetaran tak karuan

Huruf lebih memilih berlari dan jauh pergi dariku
Sebab mereka bosan dengan semua ini!
Takut bahwa nantinya hurufku membuat kalian mengantuk
Lalu tidak berbuat apa-apa untuk
Sekitar mu

Hurufku membutuhkan sedikit romantika cinta dan kasih yang lembut.
Ah tidak! Tidak.
Hurufku mungkin telah lelah
Dan memilih kembali ke kebutuhan dasar manusia.
Yakni Cinta.

Apakah kalian tidak sadar?
Bahwa berjuang membutuhkan anggur yang bernama cinta?

Ini yang kalian sebutkan dengan galau?
Ah!

Baik! Aku akan membuatkan kalian barisan huruf, seperti suara kalian ditelinga para
dewan perwakilan yang keparat!

HEI BAPWAK BPWAK YANKK DUJUK DI GEDDUNG PARLEMWEEEN JANGWAAANN TIDJUURR KALAAAWW SIDDDANGGG SOAALL RAKJAATTT.
Kata kalian melalui mulut iwan fals

EH BASI!
Bagaimana suara kalian ingin tersampaikan?
Jika sajak progresif kalian anggap estetika?
Bukan sebagai pembakar semangat!

Kalian kira sebagai penyair itu mudah?
Meleburkan cinta dan perjuangan dalam satu sajak yang kadang kalian bertanya apa maksud dari sajak itu?
Ah tidak tidak, barangkali kalian sedang terburu-buru membacanya hingga lupa
Kalian ternyata malas untuk bergerak!
Eh atau tidak, kalian masih saja duduk berpikir tentang puisi yang akrab dengan kegalauan?

Alah, ayolah!
Sastra tidak sesempit itu kawan!
Dan puisi wiji thukul tidak sekedar
Hanya ada satu kata: Lawan!

Makassar, 27 Desember 2016

Sajak LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang