Dia; pecinta yang tak pernah sekarat, mengaduk sesak sembari mengiris senja di pelataran logika. Waktu memukulnya seraya membisikkan kenyataan pahit bahwa yang ia damba tak kunjung balas peduli. Terseret dia dalam kebisuan air mata. Namun tak mengapa baginya, sebab cinta sepihak tak membutuhkan balasan--ketulusan adalah tabah dalam damba di antara luka.
Hidupnya kacau semenjak janji dan impi memutih bersama kala menua hanya menjadi buih-buih busa yang diterbangkan dusta. Kini ia terperangkap oleh ketidakberdayaan diri untuk bergerak maju, menawarkan kembali cinta mengetuk hati menjajakan senyum untuk kisah yang baru. Meski cinta tak selamanya tentang kepemilikan, namun ia lupa tentang keikhlasan.
Dia tengah terengah-engah, menghela nafas dalam diam di sela isak kepulan-kepulan pengharapan. Dengan segala waras ia mengerti beberapa angan akan tetap menjadi angan dalam linimasa. Dengan sederhana ia mendamba, sesederhana rintik hujan yang jatuh menitik dan air mata yang lumpuh secara bersamaan. Ia pemimpi yang ulung namun tak pernah tertidur, malam terlalu bising untuk dilewatkan bersama rindu yang gaduh.
Waktu mengalun ketiadaan, ketidakmampuan beranjak membuat jalannya selalu basah. Bersama langit yang menyajikan rona jingga, ia menjelma peramusaji kata--bersembunyi di setiap kata-kata bijak, senyum berkamuflase kesedihan dari luka yang semakin ranum. Cinta membuatnya bertahan sekalipun hatinya remuk tak tertahankan, sebab rindu selalu mampu merajutnya kembali.
Air mata mengucur deras dari beranda malam, karena malam adalah mendung paling tabah untuk menerjemahkan rintik-rintik berupa doa. Berkali-kali dia menghapus sisa bahagia dengan telapak tangannya, tapi berkali-kali juga jantungnya terhunus sepi di sepertiga malam. Meski dia menolak untuk menyerah, kenyataan menghantam keras bahwa angan tak pernah sepaham dan sua hanya buah bibir belaka.
Kini jasadnya melayang-layang menyampaikan pesan dalam diam yang tak terbaca oleh mata--tak tereja oleh bibir. Dalam sepi waktu berotasi, menjadikannya biduk kertas berlayar api--mati ia terbakar sendiri.
Sebab mencinta dalam diam serupa menunggu mati paling menawan.Ps :
Sirosis; (n) kerusakan hati yang mengakibatkan kondisi hati kehilang fungsinya secara normal.
Hepatomegali; (n) penyakit yang diakibatkan oleh terjadinya pembesaran ukuran organ hati yang melebihi ukuran normalnya.: tulisan ini menganalogikakan keadaan hati yang kehilangan fungsinya untuk kembali mencintai disebabkan begitu besar rasa cinta meski tidak dilirik, hingga memutuskan mencinta dalam diam dengan segala sabar dalam debar.
Juni '17
Pengagum Huruf R
[terinspirasi dari buku Distilasi Alkena karya Wira Nagara]

KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Liar
ПоэзияHanya sekumpulan sajak yang dapat mewakili semua isi hatiku yang tak dapat aku ungkapkan~ happy reading yaa :) rfrns: sajakliars@gmail.com