Aku membenci buku, senja, kopi, hujan, waktu, dan semua hal, ketika semua itu berada di tangan penulis.
Aku benci ketika semua hal, mereka buat menjadi terlihat berbeda dari keadaan sebenarnya. Buku itu membosankan, bagaimana bisa itu dijadikan teman? Senja juga biasa saja. Kopi pahit rasanya. Hujan itu menyebalkan, dan waktu menjadi hal yang paling kubenci, karena membuat semua orang hilang peduli.
Waktu sering digadang-gadang, seakan yang paling tahu. Aku mulai benci ketika dia mengatakan "Biar waktu yang menjawab." Manusia yang membuat persoalan, harus waktu yang menjawab? Dimana letak kepalamu? Terlebih ketika dia mengatakan "Waktu akan menunjukan kebenaran." Sudah hilang usahamu?
Tidak hanya itu, aku juga benci keadaan, dimana aku larut dalam kiasan. Mendalami setiap kalimat yang menyayat. Atau dipaksa diam, terbungkam kalam.
Aku benci ketika dia menjelma filsafat, memaknai pertemuan kita sebagai rencana semesta, layaknya merpati yang terbang ribuan mil, tapi tetap bisa kembali ke tempat ia bermula.
Bodoh!
Aku bukan merpati, yang ketika di lepaskan, akan kembali lagi.
andhikahadip, 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Liar
PoetryHanya sekumpulan sajak yang dapat mewakili semua isi hatiku yang tak dapat aku ungkapkan~ happy reading yaa :) rfrns: sajakliars@gmail.com