"Dulu, aku tidak perlu khawatir.
Dulu, aku tidak perlu resah dan gelisah.
Dulu, aku tidak perlu bersedih.Dulu, aku tidak takut untuk berpisah denganmu. Dulu, aku yakin bahwa esoknya aku dapat melihatmu kembali. Dulu, aku dapat melihat kembali senyuman yang terpatri pada wajahmu seiring sapaan tulus yang engkau berikan padamu. Dulu, aku dapat melihat kembali setiap perlakuan hangatmu yang tercermin pada hatimu seiring menghabiskan waktu bersama.
Dulu, aku tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya tidak melihatmu di esok harinya. Dulu, aku tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya kehilangan sosokmu di setiap sela-sela hariku. Dulu, aku tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya kehilangan sinar matahariku, sumber energiku, dan penyemangat diriku.
Kini, aku selalu khawatir.
Kini, aku selalu resah dan gelisah.
Kini, aku selalu bersedih.Kini, aku selalu takut untuk berpisah denganmu. Kini, aku tidak yakin bahwa esoknya aku dapat melihatmu kembali. Kini, aku tidak dapat melihat kembali senyuman yang terpatri pada wajahmu seiring sapaan tulus yang engkau berikan padamu. Kini, aku tidak dapat melihat kembali setiap perlakuan hangatmu yang tercermin pada hatimu seiring menghabiskan waktu bersama.
Kini, aku selalu terbayang-bayang bagaimana rasanya tidak melihatmu di esok harinya. Kini, aku selalu terbayang-bayang bagaimana rasanya kehilangan sosokmu di setiap sela-sela hariku. Kini, aku selalu terbayang-bayang bagaimana rasanya kehilangan sinar matahariku, sumber energiku, dan penyemangat diriku.
Dulu adalah dulu.
Kini adalah kini.
Apakah ini saatnya untuk beranjak?"— written by SA9
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Liar
PuisiHanya sekumpulan sajak yang dapat mewakili semua isi hatiku yang tak dapat aku ungkapkan~ happy reading yaa :) rfrns: sajakliars@gmail.com