Standar Kecantikan

263 3 0
                                        


---------------------

[Logika]
"Aku tidak mengerti."

[Ego]
"Apa yang menganggu pikiranmu?"

[Logika]
"Perihal manusia. Menurutmu, siapa yang menciptakan standar kecantikan dan kecakapan untuk para penghuni mayapada itu?"

[Ego]
"Kau bercanda? Tentu saja manusia itu sendiri. Ah, aku mulai mengerti tentang sesuatu-yang-mengganggu-pikiranmu, Logika. Apa kau sedang berbicara tentang sifat ambisius manusia dalam memenuhi standar kecantikan dan kecakapan?"

[Logika]
"Tepat. Aku sungguh tidak mengerti. Mengapa mereka begitu merepotkan? Mereka berusaha memenuhi standar yang diciptakan mereka sendiri. Kemudian berlomba-lomba untuk memenuhi itu dengan segala macam cara. Bukankah itu mengerikan? Mengapa mereka tidak membuat standar kecakapan sederhana saja--yang tidak perlu membuat mereka menyiksa diri?"

[Ego]
"Standar tidak diciptakan, Logika. Mereka berkembang. Lahir dari pikiran-pikiran manusia yang tidak mengenal kepuasan. Selama pikiran-pikiran tetap ada, maka standar kecakapan akan terus terlahir baru. Di era ini, ia terlahir sebagai seseorang dengan wajah rupawan, kulit putih atau minimal kecoklatan, badan tegap atletis bagi lelaki, atau tubuh molek bagi perempuan. Ngomong-ngomong soal kepuasan, manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Kau tahu itu, kan? Mungkin di era selanjutnya, standar kecakapan bagi manusia akan semakin gila."

[Logika]
"Itu yang membuatku bingung. Baiklah, standar mungkin memang tidak diciptakan. Lalu mengapa mereka harus susah payah memenuhi standar itu? Bahkan juga mencapai ekspektasi orang lain? Apa susahnya menjadi diri sendiri?"

[Ego]
"Mereka sedang memberi makan ego yang hidup dalam diri mereka, Logika. Kau pikir, mengapa mereka mau membayar jutaan lembar uang untuk membeli aksesori yang mendukung untuk memenuhi standar itu? Atau bahkan, melakukan sesuatu yang menyiksa diri demi berpenampilan sesuai dengan ekspektasi orang lain? Selama di dalam tubuh mereka terdapat ego, selama itu juga akan selalu ada keinginan untuk diakui."

[Logika]
"Ini aneh, ketika ego dan sifat ambisius membuat mereka tidak mengandalkan logika. Apa memang sudah separah itu? Meskipun terkadang, jujur, aku sendiri tertawa ketika melihat mereka yang berusaha memenuhi standar kecakapan itu menertawakan orang-orang yang memiliki prinsip dan memilih menjadi diri sendiri. Ego, kita berdua sepakat bukan, kalau orang yang memiliki prinsip jauh lebih terhormat dibanding orang yang hanya mengikuti arus--alih alih memilih memenuhi standar yang telah ditetapkan manusia kebanyakan?"

[Ego]
"Benar. Tentu saja orang yang mempertahankan prinsip jauh lebih terhormat. Tapi jangan lupakan fakta kalau beberapa manusia yang seragam juga melakukannya untuk diri mereka sendiri--tidak semata mata untuk memenuhi standar kecantikan manusia lain. Kita tidak bisa menggeneralisasikan semua manusia yang tampak sama tidak memiliki prinsip, bukan?"

[Logika]
"Aku setuju dengan itu. Tapi tetap saja, fakta bahwa sebagian besar mereka melakukannya hanya demi memenuhi standar kecantikan itu menggangguku. Terkadang mereka melakukan sesuatu terlampau jauh dengan alasan untuk mempercantik dan memperkaya diri sendiri, lupa kalau yang mereka lakukan justru membuat mereka kehilangan diri sendiri."

[Ego]
"Manusia adalah makhluk yang tidak bisa diprediksi, Logika. Tapi kau sendiri tahu mereka memiliki sifat ambisius yang besar dan kepuasan yang tidak ada habisnya. Pun, selama di dalam diri mereka terdapat ego, maka mereka akan selalu mencari cara agar eksistensi mereka diakui. Soal siapa yang memilih berbeda prinsip dan menjadi diri sendiri, itu perkara lain, bukan? Setidaknya, masih ada beberapa manusia yang memiliki prinsip kuat dibanding yang monoton dan memilih mengikuti arus."

—Aquila

25Mei2k17
btw ini udah H-1 ramadhan ya hehe, selamat menjalankan ibadah puasa dan ibadah yg lainnya di bulan ramadhan, bulan yg penuh berkah yaa. Mohon maaf lahir dan bathin 🙏😇

Sajak LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang