"BHINEKAPHOBIA"

214 6 0
                                    

Aku harus bersembunyi.
Tak apa ku mati sendiri asal tak lagi bergelimang caci.
Aku takut untuk berbeda.
Aku tak bisa lagi ber-Bhineka.
Kenapa?

Aku mau bercerita;
Aku pernah punya semesta,
Kami pernah padu
Kita pernah satu
Tapi itu dulu,
Yang lalu
Sekarang?
Kami masih satu, jika ada sesuatu.
Dan sekarang semakin memudar
Masih untung tidak dibilang bubar.
Sekarang,
semua mengotak,
berolah retak, mencipta sekat, di dalam sebuah lingkaran yang pernah mantap.

Di luar semesta itu, di semesta yang jauh lebih akbar, negeri ini,
Semua tak bisa ber-Bhineka
Semua susah menunggal Ika
Semua berpenyakit sama
Bhinekaphobia
Takut untuk berbeda, menuntut setara, sama,
menjauhi segala ragam dan macam
Begitu suram
Tenggelam semua dalam kelam
Tapi semua seakan menutup diri, dalam diam
Menyunggingkan senyum imitasi,
Menutupi penyakit tadi,
dan berucap:
"Indahnya negeri ini"

Ya, begitu indah. Sampai yang beragama mengkafirkan agama yang Bhineka.
Lagi.
Dan seterusnya.

Dari mahasiswa pejuang bahasa dan berbudaya. Untuk teman satu angkatan yang pernah mengaku keluarga, sebelum ego berkuasa. Dan untuk semua, yang berpedoman Pancasila, tapi tak bisa menerima beda.

Dari Eizan, mahasiswa Sastra Indonesia di pesisir Jawa, penulis "Jika Awkarin Mampu Menyastra", Terusan Mulya,

Kab. Kapuas, Kalimantan Tengah, 16 Maret 2017. 08.03 WIB.

Sajak LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang