Syair (untuk) Orang Muda

353 5 0
                                    

Orang muda,
Sudah lama kita tertawan dalam romantisme cinta anak muda. Sudah lama kita bergelora seperti obor Pattimura tapi masih dalam nuansa cinta anak muda. Mari keluar dan lihat sekilas saja, siapa yang makan di meja makan dan siapa yang makan di pinggir jalan. Siapa yang makan kasbi satu biji dan siapa yang telan nasi satu piring. Siapa yang duduk jual buah-buahan layu dan siapa yang bangun swalayan baru. Siapa yang pungut kalengkaleng bekas, besi tua, dan siapa yang tinggal minum jus jeruk di restoran.

Orangorang muda,
Mari buka biji mata kita untuk memandang. Pandang jauhjauh, pandang dalamdalam. Pandang sampai tembus bulir embun di bambubambu yang sudah tinggal nama, supaya kita ingat kembali tentang seberapa tajam bambubambu membelah sejarah kita. Mari sisakan sedikit biji mata kita untuk benarbenar memandang.

Pandang tajamtajam, pandang lalu selam sampai dasar. Sentuhlah pasir yang masih penuh batubatu di ubunubun kepala perempuan kain kebaya yang saban hari duduk di depan supermarket, menjajakan pisang setengah busuk karena belum lakulaku. Hiruplah dengan seksama bau busuk yang tercium menyengat dari perempuan gila yang belum mandi bertahun-tahun karena dokter jiwa sudah tidak tunjuk batang hidungnya.

Orangorang muda, hidup ini bukan soal kesenangan di tikungan Monas dan sorak-sorai gadis remaja karena kita jago angkat ban, seret ban, tepuk dada, main mata. Hidup ini bukan soal kita pegang mic, pegang gitar lalu naik pentas lokal, nasional, international, dan masuk berita, bikin bangga mama papa, bikin bangga keluarga besar, bikin bangga tempat tinggal. Hidup ini bukan hanya soal kita hebat hisap ganja, telan miras sambil cerita judi togel semalam atau perempuan kompleks sebelah yang suka pakai hotpants atau celana umpan. Hidup ini bukan soal hari ini bercinta, besok bercinta, lusa bercinta, lalu menikah. Hidup ini bukan sekedar kita sekolah baik-baik, kuliah baik-baik, wisuda dengan IP komulatif tinggi, punya pekerjaan bergengsi. Hidup ini juga soal untuk apa kita ada di tengahtengah dunia, bukan hanya untuk keluarga dan beberapa mata rumah.

Hidup ini juga soal berjuang untuk kehidupan orangorang yang berjalan menunduk kepala, yang makan di kertas koran, yang tinggal di trotoar, yang hari ini bisa makan dan besok mati lapar, yang hari ini tanahnya dirampas dan besok di seret ke pedalaman. Hidup ini tentang perjuangan, supaya kita sadar seberapa pantas kita disebut manusia.

Orangorang muda,
Coba katakan padaku, siapa yang dahulu pegang parang dan potong kepala serdadu Belanda jadi dua?

Coba katakan padaku, siapa yang dahulu jago lempar tombak dan  terbelah jantung serdadu belanda jadi dua?

Jangan bilang padaku, jangan lagi, remaslah dada dan katakan pelan-pelan dalam hati!

Siapa yang jago baku tumbuk?
Jadilah petinju!

Siapa yang jago bernyanyi?
Jadilah penyanyi!

Siapa yang jago kocok bola? Jadilah pesepakbola!

Siapa yang jago bikin sajak, baca sajak?
Jadilah penyair!

Siapa yang jago fotofoto?
Jadilah fotographer!

Siapa yang jago menikung?
Jadilah pembalap!

Siapa yang lain, yang jago-jago,
jadilah jagoan!

Jadilah jagoan untuk dirimu dan jangan bikin malu!

Jangan buang ludah dan jilat kembali dalam mulut!

Saudaraku, apakah kau masih juga gemar nonton perkelahian antar sekolah sambil tertawa buka rahang lebar-lebar seperti buaya mau telan kerbau Afrika?
yang pada akhirnya dipecatlah anak-anak pengungsi dan anak-anak penjual plastik di pasar yang hanya punya kesempatan sekali bersekolah seumur hidup mereka?

Apakah kau masih hobi menyimak kepala pecah, tangan putus, kaki putus, badan penuh luka robek, luka tikam?

Apakah darah yang sudah terlalu subur mengucur masih punya alasan untuk kembali menyumbur?

Jangan katakan padaku, jangan lagi!
Remaslah dada kuatkuat, gertakan gigi kuatkuat, dan katakan pelanpelan tepat di dalam hati!

29Mei2k17
-Dea(th)

Sajak LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang