Sajakliar prt.22

162 2 0
                                    

aku hanya bisa seperti ini. menatapmu dalam diamku. karena tinggal itu sisa kewarasanku. aku juga tak mengerti, mengapa tatap ini tak rela memalingkannya darimu. karena sejujurnya, aku begitu ingin menyangkalnya, namun detak jantungku begitu menyuarakan hasratnya. menelanjangi sisa sisa nyali yang kupunya. untuk sekedar tersenyum menatapmu saja, aku bahagia. barang kali aku memang jatuh. jatuh sejatuh jatuhnya hati. aku tak mungkin selancang ini bila bukan karna kamu. tak ragu ku melucuti segala hal tentangku, lalu kupamerkan bagai kisah klasik hanya untuk menemukan pembicaraan. kala itu langit serasa tanpa ekspresi, sedang angin tak biasanya sungkan berbisik. layaknya kecemburuan dunia pada rasa yang ku punya. karena bumi seakan ingin kuhentikan geraknya saat dihadapanku adalah kamu.

kamu adalah jawaban atas ketakutanku tempo hari.

saat kuanggap cinta melulu kenaifan dan fatamorgana.

kamu. si angkuh yang menghantamku dengan resah yang tak henti kumaki. pencipta rindu yang ku tantang untuk menyiksaku lagi, ironinya ialah kamu berhasil memenangkannya.

dan aku tak paham kelak akan bagaimana. jika tempatku berpijak bukan lagi pijakanku. bahkan bumi lebih memyeramkan dari tepi jurang kematian. dan saat itu masih padamu aku menatap. hitam yang siap menoreh sisa kertas putih yang kupunya. dalam sekejap aku terlempar pada realita, kau begitu jauh bagai bulan yang tak pernah bisa ku gapai. namun masih dengan kamu aku menuju, gulungan ironi yang ku angankan jadi kisah bahagia.

sampai tiba waktuku sadar keindahanmu menorehkan belati pada hati, aku masih tak habis pikir dibuatmu. jelaga yang ku kemas dengan bahagia. seakan kamu selalu akan jadi peran utama. walau itu adalah tempatku untuk selalu menyesali keyakinanku, semoga akan selalu kamu.

-Aul.nov

Sajak LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang