"Air matamu tidak pantas menangisi laki-laki seperti itu," ucapmu kala itu.
Kamu pun menggenggam erat tanganku kemudian membantuku berjalan,
Bangkit dari luka.Seringkali, leluconmu menghiasi perjalanan kita,
Namun, lama kelamaan, tawa menjadi kenyamanan,
Genggaman tangan berubah menjadi pelukan,
Rasa sahabat berubah menjadi keinginan untuk memiliki.Namun, jikalau aku mengakui, akankah kamu masih menjadi seperti ini?
Menggenggam tanganku setiap kali kita berpergian?
Memelukku setiap kali kita usai bertemu?
Mengusap kepalaku setiap kali aku merajuk?Diriku pun menjadi pengecut,
Menginginkan lebih namun takut dengan jawabanmu.Tak siap dengan penolak yang keluar dari bibirmu.
Tak siap jika harus kehilangan dirimu.Maka, aku pun terdiam, membekukan hatiku.
Bertingkah seolah tak ada yang berubah pada hatiku.
Asaku pun ku kubur dalam-dalam untuk mempertahankan dirimu.Perasaanku, kubiarkan diam dan membeku.
Tak tersentuh.
Membiarkan diriku tersakiti demi persahabatan kita."—G.D.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Liar
PoetryHanya sekumpulan sajak yang dapat mewakili semua isi hatiku yang tak dapat aku ungkapkan~ happy reading yaa :) rfrns: sajakliars@gmail.com