Bom Waktu Krisis Eksistensial

187 4 0
                                    


---------------------------------------

Rasanya, aku ingin meledakkan diri bersama kata-kata yang terkandung dalam mimpi. Kata-kata yang tak bisa kuungkapkan hingga memekik pikiran pada hujan di siang hari. Tiada wadah untuk meluapkan segala kata-kata–hanyalah sebuah laman biru yang dapat menampungnya. Kata-kataku berubah menjadi runtaian aksara yang dirangkai sedemikian rupa–kucoba menyelaraskan itu semua, namun tiada puas juga 'tuk menuangkannya.

Aku mengerti akan lelah yang kurasakan; lelah 'tuk bermalas-malasan pada hariku yang semakin berkurang. Menyesali diri tiadalah berarti–hanya saja kesal akan diri sendiri dari segala, pun dengan dramaturgi semua ini. Sepertinya, aksaraku dirancang untuk menjadi bom yang akan meledak sewaktu-waktu. Entah kapan, ku ingin kau menyaksikan dan terkena imbas dari ledakan itu.

Aksaraku,

Aksaraku hanyalah sebagai pelarian

pelarian menuju harapan

harapan dengan segala kekuatan

kekuatan dalam diri, hati, juga pikiran

Aksaraku merupakan sebuah kiat

kiat untuk melepas segala penat

penat dengan segala belenggu yang melekat

melekat melemahkanku hingga sekarat

Aksaraku layaknya seperti api

api yang berkobar membakar segala sepi

sepi senyap merasuki jasmani juga rohani

rohani yang kalut akan datangnya sebuah mati

mati dalam mata

mata dalam rasa

rasa dalam jiwa

jiwa dalam raga

raga dalam semesta

semesta gelap yang menghinggap hingga dibangunkan kembali menjadi kekal abadi

Aksaraku, kuminta kau jangan lebih dulu mati sebelum datang ketiadaanku nanti.

A. Dzaky W

Purwokerto, April 2017

Sajak LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang