Berhala Modern; Perbudakan oleh Kehidupan--Media Sosial.

246 1 0
                                    

"Life will bring you pain all by itself. Your responsibility is to create joy."
-Milton H. Erickson

Sekali lagi, kehidupan memang sebanal apa yang dikatakan oleh Milton H. Erickson puluhan tahun yang lalu: dia mendatangkan begitu saja segala jenis malapetaka untuk kita. Kehidupan menghadirkan situasi yang buruk bagi kita, kehidupan membikin kita kehilangan orang yang kita cinta. Kehidupan, seperti yang nanti bakal kamu rasakan, memberikan kepada kita pemimpin yang tidak kompeten dan gagal melucu, burung beo yang tidak mampu berkicau, politisi yang sibuk mencitrakan dirinya sebagai sang penyelamat, dan lain sebagainya.

Tidak sampai di situ saja. Saat ini, ketika manusia baru bangun dari tidurnya, mereka bakal langsung meraih ponsel-cerdasnya, membuka aplikasi media-sosial atau chatting, dan seolah-olah menghubungkan diri dengan manusia lain dalam jaringan pertemanan maya. Di sana, di dunia maya yang serbadigital, terdapat banyak sekali keresahan, kemarahan, kegelisahan, dan keluh-kesah yang bisa diikuti dengan sengit, atau cuma sekadar tempat kosong untuk menitipkan komentar "HA! HA! HA!" dengan emoticon tertawa yang dibikin selucu mungkin.

Sayang, dengarkan ini. Berhala yang satu ini--media-sosial--menjadikan para manusia lebih berani bersuara dan merasa lebih mampu bertengkar satu sama lain, dan kita--saya dan kamu, sebagai manusia yang menjadi bagian dari peradaban (berhala) modern yang kian banal itu--bisa mengikuti apa saja yang dibincangkan oleh orangorang. Mudah sekali untuk menemukan kedunguan yang bisa dicaci-maki di media-sosial hari ini.

Paganisme pada masa kuno, menjadikan berhalaberhala mereka sebagai simbol kedekatan dengan tuhan yang mereka anggap tak mampu mendengarkan cerita suka-duka mereka. Seperti sekarang, manusiamanusia--yang katanya modern--memilih berkeluh kesah di media-sosial ketimbang menghaturkan doa kepada penciptanya.

Dengan cara penanganan yang sama seperti dalam kasus serupa sebelumnya, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kedunguan yang kerap terjadi sekarang ini tidak bakal berakhir. Tanpa perubahan cara pikir, halhal serupa bakal kembali terulang di masa yang akan datang.

Sudah saatnya kita mengubah cara berpikir. Namun justru di situlah letak permasalahannya: mengubah sudut pandang dan cara berpikir bukanlah hal yang gampang. Tidak gampang untuk meyakinkan sopir bus atau selebritis atau politisi atau gembala domba yang terlampau fanatik bahwa akan lebih menyenangkan dan membahagiakan untuk bergandengan tangan dan hidup berdampingan ketimbang sibuk membenturkan batok kepala satu sama lain hingga semuanya mati dengan kepala pecah.

(Jujur, saya sebetulnya ngeri membayangkan kehidupan seperti apa yang bakal kamu hadapi nantinya melihat tingkah orangorang di sini. Mereka suka sekali bermusuhan sampai mati dan masingmasing merasa didukung oleh tuhan--yang telah lebih dulu mereka bunuh dan bangkainya mereka "seret" ke mana pun mereka pergi. Pihak yang telah memenangkan permusuhan merasa itu sebagai kehendak tuhan, serta pihak yang kalah pun merasa telah mati di jalan tuhan dan oleh karena itu merasa telah dimuliakan oleh tuhan.)

Saya kini tak mampu menebak isi kepala pecandu puja para berhala. Bagaimana bentuk dan sistem operasinya: Entahlah.
Bila dulu penyembahan berhala diberi tumbal perawan pada altar pemujaan, kini tak ada bedanya. Belah dada dan pamer paha, dipajang seakan bangga. Seakan tidak lama lagi berbugil ria didepan kamera adalah hal lumrah. Dandan dan gaya memang mahal, namun kepribadian jauh lebih murah dibanding pasar bekas yang beri potongan harga. Macam sepertinya, cuma enak dinikmati, tidak lezat untuk sehidup semati. Entah pengetahuan yang lemah tentang seksi; yang jelas semua ini tidak mengenyangkan seperti seksi konsumsi.

Katakan 'hai' untuk berhala kekinian--dunia maya. Sumber berita juga sumber ber-riya. Zaman termudah menemukan belahan dada. Zaman tersusah bertemu belahan jiwa. Semua sibuk menunduk pada telepon genggam. Lupa tegur, senyum, sapa, salam.

Yang manis memang kerap kali berakhir tragis.

Tabik {}

-Dea(th)

: Meminjam ide dari Fiani R. perihal berhala dahulu vs berhala modern.

Sajak LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang