"Dia namanya Adit, Za. Dia biasa terlambat setiap hari kesekolah. Guru aja sampai bosan negur dia . Kamu kenapa ngeliatinnya gitu banget." Jelas Nisa yang melihatku memandang penasaran dengan tampang si pria itu.
"Oh Adit. Enggak apa-apa kok cuman kelakuan dia sama kayak gue" Jawab ku dengan mencoba menyembunyikan rasa penasaranku lebih dalam kepadanya.
Pelajaran Pak Gibran sudah selesai. Saat nya istirahat. Aku dan Nisa pergi ke kantin. Waktunya untuk mengisi perut ku yang kosong. Aku melihat-lihat hidangan dikantin ini, pilihan ku jatuh kepada batagor. Aku cukup banyak berbincang-bincang padanya mengenai sekolah ini dan alasan kenapa aku bisa sampai disini.
Lima belas menit berlalu. Bel istiraht kembali berbunyi menandakan waktu isturahat selesai. Para siswa kembali memasuki ruang kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. Pelajaran kali ini adalah fisika. Ibu Indah nama gurunya. Perawakannya cantik dan tinggi besar, suaranya terdengar lembut, sepertinya Ibu Indah ini adalah sosok guru yang baik hati menurutku. Aku tidak terlalu sulit mengikuti pelajaran, meskipun aku dikenal sebagai cewek badung, tapi otak ku encer. Aku selalu peringkat pertama sejak SMP hingga SMA kemarin di sekolah lama ku. Aku dipanggil untuk mengerjakan soal di depan papan tulis. Syukurlah setelah di cocokan jawaban ku benar. Setelah aku dipanggil, Bu Indah memanggil seseorang untuk mengerjakan soal berikutnya di depan.
"Aditya Tama Hermawan. Maju kedepan selesaikan soal berikutnya.!!". Perintah Bu Indah.
Aku yang sedang menyalin jawaban ku ke buku tulis tiba-tiba memperhatikan Adit yang sedang mengerjakan soal di depan. Tinggi, berparas tampan, cool dan berkulit putih. Sempurna.
Jawaban yang ditulis olehnya pun benar. Ternyata dia juga pria yang pintar, tapi sepertinya dia termasuk kategori pria yang kelihatannya nakal. Aku berpikiran seperti itu karena aku melihat di telinganya terdapat tindikan anting. Daripada aku penasaran, sepertinya aku harus menanyakan Adit kepada Nisa.Hari ini panas matahari terasa lebih menyengat. Mengingat sekarang sedang musim panas, jadi rasanya meminum es atau air dingin bisa membuat tenggorokan ku segar. Sesai sekolah aku akan mengajak Nisa untuk mampir ke sebuah kafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Sekalian menunggu jemputan Kak Sandi.
"Nisa, ada yang pingin gue tanyain ke lu, tapi rahasiain ya jangan bilang-bilang". Aku berpindah tempat mensejajarkan diriku dengan Nisa.
"Iya, ada apa si Za ?"
"Adit itu anak nakal ya ?".
"Adit ?. Kenapa tiba-tiba tanya tentang dia? Lu suka ya?." Nisa menggodaku dengan mencolek hidungku.
Seketika membuat raut wajah ku memerah seperti kepiting rebus yang tidak diangkat-angkat dari panci.
"Ah. Apaan si, udah jelasin aja tentang Adit." Pinta ku sesikit memaksa dengan menggoyangkan tangan Nisa.
"Ya. Gue jelasin. Adit itu emang anak cowok yang sedikit nakal. Anak futsal dia. Setiap kejuaraan sekolah dia selalu ikut futsal soalnya dia kapten dari timnya. Meskipun nakal tapi dia juga pintar kok. Banyak yang pada mau jadi pacarnya." Jelasnya panjang lebar yang hanya mendapat anggukan dariku.
Aku memutuskan berpisah dengan Nisa karena Kak Sandi sudah tiba menjemputku. Perjalanan ke rumah terasa begitu cepat karena jalan siang ini luang. Jogja tidak seperti Jakarta yang terlalu banyak kendaraan sehingga sering macet dan terjadi banyak polusi. Sesampaianya dirumah aku segera merebahkan diriku di kasur. Kak Sandi kembali ke kantor. Aku belum diberikan kendaraan pribadi karena baru hari aku memulai sekolah dan belum hafal jalan.
***
Malam ini aku makan diluar bersama Kak Sandi. Sekalian melihat pemandangan kota Jogja malam ini. Aku memutuskan untuk makan di daerah dekat tugu jogja. Selain makan malam bersama Kakak ku ini, aku ternyata harus menemaninya untuk bertemu dengan klien bisnisnya. Tak lama klien dari Kak Sandi sudah datang. Mereka mulai membiacarakan bisnis dan kerja sama, sedangkan aku hanya diam mendengarkan mereka bicara tentang bisnis yang aku malas mendengarkannya. Membuat ku bosan.
"Kamu adiknya Nak Sandi, siapa nama mu?". Tanya klien Kak Sandi mengulurkan tangannya kepadaku.
"Nama saya Moza Pak.".
"Panggil saja om. Saya sudah lama bekerja sama dengan Kakak mu ini, jadi kami sudah akrab. Jangan sungkan memanggil saya om."
"Iya. Beliau ini Om Hermawan. Ayah juga kenal dekat dengan beliau." Kak Sandi memperjelas kepada ku, karena dia melihat raut kebingungan di wajahku.
"Kamu katanya satu sekolah sama anak saya ya?."
"Satu sekolah?. Nama anaknya Om siapa?". Aku mengerutkan dahiku mendengar pernyataan Om Hermawan barusan.
"Adit. Dia sama masih kelas sekarang."
"Adit?. Aditya Tama Hermawan Om? ". Jelasku
"Iya, Aditya Tama Hermawan yang gantengnya sama kaya Om HeHeHe.." Om Hermawan ketawa dengan lebar.
Aku hanya tersenyum lebar mendengar ucapan Om Hermawan barusan. Ternyata Adit itu anak dari klien Kak Sandi. Setelah lama berbincang-bincang dengan Om Hermawan dan Kak Sandi. Kami berpamitan untuk pulang karena waktu sudah menunjukan pukul sembilan.
Sampainya dirumah aku segera berganti pakaian dan merehatkan diriku di atas tempat tidur. Sebelum tidur aku membayangkan sosok Adit yang begitu cepatnya menarik perhatian ku. Padahal aku baru bertemu sehari dengannya, tapi sepertinya aku sudah terkena virus cinta darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...