48

10.9K 315 11
                                    

MOZA POV.

Semalam adalah malam paling bahagia ku karena aku sudah resmi bertunangan dengan Adit. Hubungan ku sudah direstu jadi aku sudah merasa lega untuk melanjutkan hubungan ini. Acara semalam selesai sampai jam 9 malam, setelah itu keluarga Adit pamit untuk pulang. Aku membereskan semua tempat kemudian aku melanjutkan untuk membantu Mama merapihkan barang-barang yang akan di bawa untuk kembali ke Jakarta esok. 3 hari terasa sangat cepat keberadaan Ayah dan Mama, tidak cukup untuk diriku bermanja-manja dengannya melepas rindu yang tidak ada habisnya.

Jam 11 malam semua nya baru selesai, aku pun kembali ke kamar ku untuk merehatkan tubuhku dan mengisi ulang energi yang terkuras habis hari ini. Ketika mata ku hampir terpejam aku mendengar suara handphone ku berdering. Panggilan masuk dari Adit.

"Ya, Halo?". Jawabku lemas.

"Baby, kok lemes banget? Capek ya?" Jawabnya.

"Aku abis bantuin Mama packing, besok kan mereka balik ke jakarta. Pesawatnya berangkat jam 7 yang " Balasku dengan suara serak karena efek kelelahan.

"Besok aku antar Ayah ya, kan kita enggak ada jam pelajaran. Yaudah kamu tidur, aku enggak mau calon istri ku sakit. Love you Baby." Adit menutup sambungan teleponnya setelah memberi ku kecupan dari jarak jauh.

Alarm handphone ku berbunyi tepat di jam 5. Aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diriku. Suasana rumah masih terlihat sepi, mungkin kedua orang tua ku belum bangun sedangkan Kak Sandi pasti dia sudah berada di luar rumah untuk jogging sebelum berangkat ke kantor. Salah satu rutinitasnya yang tidak pernah terlupakan.

Aku menuju ke dapur untuk membuatkan sarapan. Disaat semua hampir matang Mama bangun menghampiriku dan membantuku untuk menyiapkan semuanya. Kak Sandi sudah pulang dari rutinitas joggingnya dengan seseorang yang sangat aku kenal. Dia adalah Adit. Adit menghampiri Mama dan menyapanya. "Pagi Mama."

Mama membalas sapanya. " Pagi juga sayang. Enak deh Mama mau nambah 1 lagi anak cowok ganteng. Ikut sarapan ya Dit. Moza udah masak nasi goreng nih kamu kan suka banget katanya."

Aku hanya tersenyum bahagia melihat pemandangan pagi ini di dapur. Melihat Mama ku menerima dengan senang kehadiran Adit dikehidupan ku sedangkan Adit terlihat bermanja dengan calon mertuanya. Semua sudah siap dan saatnya untuk sarapan. Mama memanggil Ayah yang sedang membaca koran di taman belakang untuk sarapan pagi ini sebelum berangkat ke airport.

Saatnya untuk berangkat ke airport mengantar Mama. Karena ada aku dan Adit yang mengantar mereka, Kak Sandi tidak ikut dan dia berangkat ke kantor karena pagi ini ada pertemuan dengan klien penting. Sesampainya di airport Ayah dan Mama bersiap untuk masuk kedalam pesawat karena keberangkatan sebentar lagi.

Ayah memeluk Adit dan menepuk bahu nya pelan. "Jaga Moza, Ayah titip dia ke kamu ya Dit."

"Iya Yah, Adit pasti jagain Moza." Jawab Adit.

Sebelum aku berpisah dengan kedua orang tuaku, aku memeluk Mama kemudian setelahnya aku memeluk Ayah. Aku akan berpisah kembali mungkin lebih lama lagi aku akan berjumpa dengan mereka. Tak terasa air mata kesedihan menetes di pipiku. "Jangan nangis sayang. Anak Mama kan bukan gadis cengeng. Malu tuh diliatin sama Adit. Senyum dong, nanti pas wisuda kamu Mama sama Ayah hadir kok sayang. Baik-baik ya disini jangan pada berantem sama Kakak mu juga sama Adit pamali kalau berantem terus." Mama memeluku dan menasihati ku sebelum pergi meninggalkan ku, aku hanya bisa mengangguk tak sanggup untuk berkata-kata. Hanya tetesan air mata yang mewakili perkataanku.

Adit mengambil alih pelukan Mama. Dia memeluk ku dengan erat mencoba menenangkan ku. Aku melambaikan tangan kepada mereka. Punggung Ayah dan Mama terlihat semakin menjauh dari pandanganku dan saat ini mereka sudah tidak terlihat. Aku berdoa semoga perjalanan ke Jakarta lancar tanpa ada hambatan sekecil apapun.

Aku dan Adit meninggalkan airpot ini menuju ke sekolah, karena jam 9 adalah pertandingan antara sekolah ku dengan sekolah garuda. Hari ini adalah hari pertandingan Adit jadi di sekolah ditiadakan jam pelajaran. Adit langsung bergegas menginjak gas mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai disekolah karena 30 menit lagi pertandingan akan segera dimulai.

Sesampainya di sekolah, Adit langsung menuju ke ruang ganti untuk berganti dengan seragam futsalnya dan melakukan breafing bersama Pak Bowo dan tim elangnya. Sebelum pertandingan Adit menghampiriku yang duduk di bangku penonton paling depan bersama Nisa. "Baby, aku tanding dulu ya, doain semoga sekolah kita menang ya. I Love You." Adit mengecup kening dan mencium sekilas bibirku.

Aku memeluk Adit tanpa menghiraukan banyak tatapan yang memandangku sinis. "Semangat ya Sayang, doaku selalu menyertaimu. I love you too".

Pertandingan dimulai. Sekolah ku melawan sekolah Garuda. Aku melihat seseorang yang waktu itu menemui Adit disaat aku bersama dengannya di club. Ternyata dia juga  kapten di tim garuda. Sampai saat ini pertandingan terlihat seru dan semakin menegangkan. Suara riuh penonton menambah suasana pertadingan menjadi ramai dan menambah semangat para pemain. Aku melihat Adit yang berlari mengejar bola kesana kemari dan menggiring bola itu masuk ke dalam gawang lawan dan itu selalu berhasil. Tidak salah memang Adit dipilih menjadi kapten dari tim futsal sekolah, dia memang ahli dalam olah raga ini. Aku menjadi semakin bangga kepadanya karena selain pintar berbisnis dia juga pandai dalam bidang olah raga futsal.

Pertandingan sudah berjalan 20 menit pada babak pertama kini waktunya untuk beristirahat selama 10 menit. Adit beserta tim nya kembali merancang siasat agar dapat mencetak goal lebih banyak dari lawan, meskipun sekarang tim dari sekolah ku sudah unggul dengan goal 3-2 hanya selisih 1 saja dari tim lawan. 10 menit berlalu. Pluit panjang dari wasit berbunyi tandanya waktu istirahat selesai dan babak ke-2 saatnya dimulai.

Aku kembali merasa deg-degan menyaksikan pertandingan ini. Aku berharap tim sekolah ku menang dan melihat senyum bahagia dari wajah Adit karena berhasil memenangkan pertandingan ini. Waktu kurang dari  5 menit lagi pertandingan akan segera berakhir, Adit semakin genjar untuk mencetak goal dimenit terakhir. Kerja sama tim semakin kuat tapi tiba-tiba sesuatu terjadi kepada Adit. Salah satu pemain dari tim lawan menendang kaki Adit yang sedang menggiring bola dan karena tendangannya membuat Adit  berputar dari posisi sebelumnya membuat dirinya kehilangan keseimbangan dan akhirnya Adit terjatuh dengan posisi kaki berputar ke arah keluar sedangkan pahanya mengarah kedalam itu sebuah posisi yang sangat menyiksa dan pastinya membuat Adit merasa sangat kesakitan.

"Aduh..." Teriak Adit yang sontak membuat sang wasit meniup pluit sebagai tanda berhentinya pertadingan ini karena telah terjadi kecelakaan cedera di dalam permainan ini. Tim medis dan Pak Bowo selaku pelatih dari tim futsal sekolah langsung panik dan membawa Adit ke pinggir lapangan dengan digotong menggunakan branka. Aku berlari menuju tempat Adit. Dia sangat terlihat kesakitan akan cedera yang menimpanya. Tim medis memberi pertolongan pertama pada bagian kaki Adit. Aku menggenggam erat tangan Adit dan aku sangat tidak sanggup melihat Adit yang kesakitan seperti ini. Tim medis memberitahu kepada Pak Bowo dan panitia penyelenggara bahwa Adit harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

"Jangan menangis Baby. Aku tidak akan mati hanya karena cedera seperti ini. Rasanya hanya nyeri." Adit mengusap air mataku yang mengalir deras di pipiku.

"Rasa nyeri juga bisa bikin mati bodoh !!. " Balasku kesal dengan Adit. Dia bisa-bisanya bercanda pada suasana panik seperti ini. Aku takut Adit terkena cedera yang parah. Selama perjalanan di dalam ambulance aku hanya bisa menangis melihat keadaan Adit seperti ini meskipun dia merasakan sakit yang begitu nyeri tapi dia masih bisa memperlihatkan wajah jahilnya kepadaku.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang