54.

9.5K 272 4
                                    

Setelah acara bermanja-manja di pagi hari dengan Adit. Aku bergegas bangun untuk membereskan ranjang sambil menunggu Adit selesai mandi. Pagi ini aku tidak dibolehkan untuk membuatkan dia sarapan karena Adit akan pesan delivery untuk sarapan pagi ini. Setelah Adit selesai mandi, kini giliran diriku yang mengguyur tubuhku dengan air dingin. Sejuk dan segar sekali rasanya. Aku kehabisan pakaian karena kemarin aku lupa tidak mengambil baju dirumah, jadi aku memakai kemeja putih milik Adit.

"Baby, sini !". Adit menepuk-nepuk tepi ranjang sebuah kode agar aku duduk disampingnya. Aku pun mengiyakannya.

"Aku kangen sama kamu, Baby. Aku enggak sabar buat nikahin kamu. Besok kalau udah nikah aku mau ajak kamu honey moon ke paris ya terus disana aku mau ciumin kamu lebih dari 100 kali." Adit berkata dengan memeluk ku erat.

"Heleh.. Jauh amat ke Paris. Udah dirumah aja, aku males keluar jauh-jauh. Enggak usah nunggu honey moon juga kamu sukanya nyosor terus." Jawabku.

Disaat aku sedang bermesraan bersama Adit. Suara pintu kamar ada yang mengetuk. Aku melihat raut wajah Adit yang dilanda kebingungan akan semua ini.

"Di sini cuman ada aku sama kamu kan Baby. Kok ada yang ketuk pintu kamar?". Tanya Adit heran.

"Ada Rista. Dia semalem nginep disini. Aku mau bilang tapi kamu udah tidur." Jawab ku dengan suara lirih takut Adit marah kepadaku karena membiarkan Rista untuk menginap disini.

Adit hanya diam tanpa respon mendengar penjelasan ku. Aku mengambilkan baju untuk Adit sebelum keluar kamar, karena posisi dia saat ini bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer. Ketukan itu tidak berhenti malah semakin kencang dan menderu seluruh ruangan. Aku turun dari ranjang dan membuka pintu. Rista menyelonong ke arah Adit dan dia memberi kecupan di pipi sebelah kanan Adit. Aku mencoba mengatur napas melihat kejadian ini. Adit terlihat terkejut dengan perlakuan Rista yang tiba-tiba mencium dirinya.

"Pagi Adit sayang. Aku udah buatin sarapan spesial buat kamu. Ayo aku bantu buat ke meja makan." Rista bersiap memapah Adit dan dia tersenyum picik kepadaku karena dia berhasil membuat Adit mau menuruti permintaanya. Sedangkan aku mengikutinya dari belakang dan sesekali Adit menengok ke arah ku, menatap ku dengan tatapan bingung. Rista dengan sigap mengambilkan makanan untuk Adit. Ternyata dia sudah menyiapkan sarapan. Adit tak hentinya memandang ke arah ku, sedangkan aku hanya tersenyum memandangnya.

Rista sangat terlihat agresif pagi ini dia seperti mengulang akan waktu dimana mereka pacaran dan posisi ku disini sangat tidak menguntungkan. Aku seperti penonton yang diam terpaku melihat drama dipagi hari ini. Jujur saja perasaan ku sebenarnya tidak karuan. Rasa cemburu, kesal dan aku ingin sekali meluapkan kemarahan ku dengan Rista, tapi aku masih mencoba sabar melihat tingkah laku Rista.

"Makan ya sayang, apa mau aku suapain?". Ujar Rista dengan menyuapkan sesendok nasi ke Adit.

"Apaan si Ta!" Adit menampik sendok yang disuapkan oleh Rista.

"Kamu jangan gitu dong Dit. Dulu kan kalau kamu sakit, kamu suka aku suapin." Balasnya. Aku yang melihat pertengkaran di atas meja makan ini hanya memilih diam tidak ikut campur.

"Tapi sekarang gue bukan milik lu lagi Rista !. Udah deh lu balik aja. Gue enggak mood ada lu ada disini." Gertak Adit meninggalkan meja makan dengan raut wajah kesal. Aku menghampirinya untuk memapah Adit masuk kedalam kamar.

Adit merebahkan dirinya di tepi ranjang dan dengan kesal dia mengumpat. "Mimpi apa gue semalam pagi-pagi ada nenek sihir dirumah."

"Sabar sayang. Aku minta maaf ya karena aku Rista jadi nginep disini." Jawabku dengan mengelus tangan Adit lembut. Aku melihat Adit masih saja kesal dengan perlakuan Rista yang seakan-akan masih merasa Adit adalah miliknya dan dia membuatku untuk menjadi penonton dalam dramanya.

Disaat suasana sedang tidak enak seperti itu tiba-tiba handphone ku berdering. Ada 1 pesan baru dari Endra ternyata. Dia mengirimkan ku pesan ucapan selamat pagi dan dia akan datang untuk membawakan ku sarapan. Aku tidak membalas pesan darinya. Aku meletakan handphone ku di atas ranjang tepat disampingku. Baru saja diletakan, handphone ku kembali berbunyi. Panggilan masuk dari Endra. Adit yang melihat jelas nama yang tertera di layar langsung dengan sigap mengangkat telfon itu. Dia menyalakan loudspeaker agar aku juga mendengar ucapan dari Endra.

"Hai Moza sayang. Selamat pagi. Gue udah didepan kamar Adit. Buka dong pintunya. Gue bawain sarapan buat lu nih." Ucap Endra dari balik sambungan telfon. Aku tidak membalas sapaanya tapi aku melihat bagaimana raut wajah Adit yang terlihat dengan jelas kalau dia marah atas apa ucapan Endra.

"Moza. Kok enggak jawab si. Ada Adit ya disana?" Ucap Endra kembali.

Adit terus saja memandang ku tajam. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya. Tiba-tiba dia memutuskan sambungan telfonnya.

PRANG !!!

Dibantingnya handphone ku oleh Adit. Aku tidak tahu kenapa dia bisa melakukan itu. Aku hanya diam terpaku melihat Adit melakukan itu.

"Sayang kalau marah bisa kan enggak usah banting handphoneku?". Ucapku dengan pelan agar Adit tidak merasa tersinggung.

Adit tidak menjawab apa yang aku katakan. Dia malah merebahkan tubuhnya pada ranjang dan memejamkan matanya. Aku membiarkan Adit seperti itu. Mungkin saja sebenarnya Adit marah karena ulah ku yang memperbolehkan Rista menginap disini dan ditambah lagi Endra yang sepagi ini sudah menggangguku. Aku memilih untuk membereskan hanpdhone ku yang berserakan di lantai menjadi beberapa bagian dan berlalu meninggalkannya ke luar kamar.

"Moza !". Panggil Rista menghampiriku.

Aku menoleh ke arahnya." Adit tidur. Lebih baik kamu pulang. Terima kasih buat sarapanya." Ucapku memandang sinis ke arahnya.

"Baiklah. Aku akan pulang, tapi nanti malam aku akan kembali lagi kesini untuk menemani mantah kekasihku." Balas Rista dengan senyum licik dan pergi meninggalkan ruangan ini.

Hari masih pagi tapi masalah sudah begitu berat ku hadapi. Ingin rasanya aku meluapkan emosi ini dengan berteriak sekencang-kencangnya. Namun itu tidak bisa ku lakukan, aku harus bersikap dewasa dalam menanganinya. Setiap masalah jika di selesaikan dengan emosi tidak akan ada selesainya. Lebih baik aku berdiam diri di ruang tengah menemani Adit yang masih saja terdiam di kamarnya.

Bel terus saja berbunyi, sepertinya Endra masih ada diluar. Aku tidak ada niatan untuk membukanya, namun suara itu terus saja mengganggu.

CEKLEK

Ku buka pintu masuk itu dan benar saja Endra masih setia menunggu di luar.

"Mau apa?". Sapa ku ketus.

Endra menyodorkan box makanan untuk ku. "Gue bawain sarapan buat lu."

"Enggak perlu." Aku menolak pemberian darinya. Tapi Endra tetap saja memaksa ku untuk menerimanya. Akhirnya dengan terpaksa aku menerima pemberiannya. Itu aku lakukan supaya Endra bisa segera pergi dari sini dan itu berhasil.

Aku kembali masuk dan mencoba mengetuk pintu kamar Adit namun tidak ada jawaban. Sudah lebih dari 5 kali aku mengetuk dan memanggil namanya tapi jawabannya tetap sama. Aku memilih untuk duduk berdiam di ruang tengah menunggu Adit keluar. Aku sadar ini memang salahku yang memperbolehkan Rista menginap disini. Tapi aku tidak tahu kalau Rista akan berbuat seagresif itu kepada Adit.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang